The Winner Of Your Heart - Bab 39 Sana Carilah Pacar

Sebenernya, bertahun-tahun yang lalu, aku dan Jim Tan berdiskusi sepanjang waktu untuk menentukan kapan kita pergi menemui wanita. Namun, kami belum melakukan.

Untuk pertanyaan Danielle Xia, aku tidak langsung menjawabnya. aku malah balik bertanya: "Danielle Xia, apakah kau menentang pria untuk mencari wanita?"

"Tentu saja." Danielle Xia membalasnya seketika juga.

"Lalu, bagaimana aku bisa menyelesaikan masalahku?"

"..." Danielle Xia hanya membalas titik-titik , Dan kemua menambahkan lagi, "Selesaikan sendiri."

Aku merasa malu, tidak terpikirkan olehku bahwa Danielle Xia bisa mengatakan hal tersebut, tipe perempuan seperti dia yang memiliki ciri khas polos, elegan dan cuek, sangat tidak cocok untuk membicarakan hal tersebut!

Mungkin baru menyadari bahwa kalimat itu tidak tepat, Danielle Xia dengan cepat mengirim pesan lagi: "Cepat cari pacar."

"Aku ini tidak tampan dan juga tidak kaya, pasti aku tidak bisa menemukannya."

"Hanya hantu yang percaya padamu, kamu tidak tahu malu, pandai berbicara, dan sambil berlaripun kamu bisa membuka topik pembicaraan dengan cewek cantik."

Aku tersenyum, tiba-tiba kepikiran olehku peristiwa saat pertama kali aku bertemu dengannya, jadi aku sedikit bercanda membalasnya: "Kalau begitu cari kamu saja, apakah hutang pertaruhan kita masih berlaku."

Danielle Xia tidak membalas pesanku, obrolan jadi hening.

Aku mulai panik, apakah manajer Danielle Xia marah lagi? Hubungan aku dengannya baru saja membaik beberapa hari yang lalu. Jika dia marah lagi, itu bukan hal yang baik.

Jadi, aku buru-buru menambahkan kalimat lain: "Hanya bercanda, jangan marah manajer Danielle Xia!"

Danielle Xia masih tidak menjawab. Ketika aku masih panik dan tidak tahu mau berbicara apa lagi, tiba-tiba handphoneku menerima sebuah pesan.

Aku mengambil handphoneku dan melihatnya, seketika aku merasa gembira. Itu adalah pesan dari bank atas diterimanya uang transaksi dari Bob Hu sebesar 100 juta.

Karena transaksi ini tidak melewati agen, itu merupakan transaksi yang kami tangani, lagipula Bob Hu juga tidak perhitungan, tidak ada tawar-menawar dengan aku, bahkan harga yang kuberikan lebih tinggi dari harga agen.

Oleh karena itu, perusahaan secara langsung memberikan aku komisi satu poin persentase dari omset. Pada industri elektronik dengan nilai tinggi ini, rasio komisi ini relative lebih tinggi.

Dengan uang itu, aku dapat melunasi hutangku kepada Jim Tan, dan aku dapat segera mengganti tempat tinggalku. Sekarang menyewa satu ruang dengan orang lain bareng-bareng sudah tidak terlalu nyaman lagi.

Dalam suasana hati yang baik ini, aku mengambil kesempatan itu untuk mencairkan suasana yang tidak enak ini, dan kemudian mengirim kalimat ke Danielle Xia : "Danielle Xia, komisi sudah di terima, terima kasih!"

"Oh, baguslah kalau sudah di terima, berapa banyak?" Jawab Danielle Xia dengan sangat cepat. "Aku sudah mentraktirmu untuk makan dua kali. Sekarang kamu punya uang, harusnya kamu mentraktirku balik bukan?"

"Hehe," aku tidak bisa menahan tawaku dan berkata, "Ya sudah, kutraktir kamu makan malam hari ini."

"Yah... malam ini aku sudah berjanji dengan teman untuk jalan-jalan." Danielle Xia menjawab, dan beberapa saat menambahkan dua kata: "Teman baik."

“Kalau begitu, lain waktu saja.” Aku tidak terlalu memerhatikan 2 kata ‘teman baik’ yang di tambahkan olehnya.

"Besok adalah akhir pekan, kantor libur, lusa atau besok kita bisa pergi."

Aku berpikir sebentar dan menjawab: "Besok aku ingin mencari rumah untuk pindah, tunggu sampai aku sudah pindah rumah baru kita bicarakan lagi."

“Oke.” Setelah itu Danielle Xia hanya membalas dengan satu kata, kemudian dia mengirim dua nomor ponsel dan memberi tahu aku yang mana nomor kantor dan mana yang merupakan nomor pribadinya.

Aku tidak dapat menahan perasaan senangku, akhirnya Danielle Xia memberi tahu aku nomor teleponnya, dan tiba-tiba aku menyadari bahwa hubunganku dengannya telah melebihi hubungan antara bos dan bawahan, dan bahkan sedikit lebih dekat.

Penampilannya pas makan siang, kepribadiannya di QQ berbanding terbalik dengan sikapnya di kantor, bahkan dia dengan antusias memintaku mentraktirnya….

Jangan-jangan, Danielle Xu memiliki perasaan terhadapku?

Seketika, aku menggeleng-geleng kepala dan menyangkal spekulasi tersebut. Siapa dia? Nona orang kaya, direktur utama, ada begitu banyak pria yang mengejarnya, bagaimana mungkin dia tertarik terhadapku.

Selain itu, aku dan dia adalah dua orang di dunia yang berbeda.

Dengan senyumnya pahit aku menghilangkan angan-angan tersebut, aku mengeluarkan ponselku, menympan dua nomor Danielle Xia, dan seperti sudah menjadi kebiasaanku yaitu membuka Wechat, dan menemukan bahwa di Wechatku bertambah satu teman baru.

Aku melihanya, notifikasi tersebut menunjukkan 2 kata 'Danielle Xia', jadi dia benar-benar menambah Wechatku.

Setelah ragu beberapa saat, aku baru menerima pertemannya, ternyata dia sangat antusias berteman dengan Wechatku.

Seperti kebanyakan wanita, dia memiliki berbagai foto makanan di albumnya, pemandangan dan sejenisnya, tetapi dia tidak memiliki fotonya sendiri, apalagi selfie yang di berikan efek.

Oh, Danielle Xia cantik begitu, tidak perlu mengunakan efek lagi.

Setelah menambahkan teman, Danielle Xia tidak mengirimkan pesan kepadaku, QQ juga sudah sunyi. Setelah menelusuri beberapa foto dirinya, aku ragu-ragu sejenak, lalu meletakkan handphoneku dan mematikan kolom obrolan QQ di komputer.

Saat jam kerja, aku tidak bisa bicara terlalu banyak dengan Danielle Xia.

Aku mengunakan sedikit waktu sebelum pulang kerja, untuk membuka situs web dan mulai mencari rumah sewaan.

Di kota Binhai sangat susah untuk mencari kos-kosan dengan kamar yang hanya di tinggal sendiri. Jika Anda ingin hidup sendiri, Anda harus menyewa satu apartemen, tetapi harganya terlalu mahal, harus membayar puluhan juta untuk menyewa sebuah rumah.

Aku adalah seorang agen pemasaran, sering pergi dinas. Aku tidak punya banyak waktu untuk tinggal di daerah Binhai. Jika aku menyewa apartemen dengan harga sewa mahal, ada sedikit perasaan sayang.

Sebenarnya permintaanku tidak tinggi, tinggal bareng dengan orang lain juga tidak apa, asalkan aku bisa memilki kamar kecil pribadi, bisa melakukan apapun yang ku mau di sana, dan bisa menonton flim dengan tenang.

Di internet aku menemukan banyak rumah sewaan yang tipenya berbagi dengan orang lain. Menghabiskan sedikit waktu, untuk aku memilih beberapa rumah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari perusahaan, atau tidak terlalu jauh dari stasiun kereta bawah tanah, kemudian mencatat alamat dan nomor telepon.

Setelah pulang kerja, aku pergi makan semangkuk bihun di pinggir jalan, dan kemudian mulai melihat rumah lagi.

Setelah menghabiskan waktu cukup lama, beberapa rumah yang dekat dengan perusahaan sudah kulihat. Aku masih merasa tidak terlalu puas, baik harga sewanya terlalu mahal, lingkungannya berisik, atau teman sekamar tidak suka kebersihan dll.

Ketika sudah jam sepuluh malam, aku berencana untuk mencari lagi besok, kemudian aku menaiki kereta bawah tanah untuk kembali ke tempat tinggalku, aku mengeluarkan ponselku dan menelepon Jim Tan.

“Apakah kau minum lagi?” Telepon baru saja diangkat, dan Jim Tan seperti biasanya bertanya tanpa menyapa.

Aku menarik mulutku dan berkata: "Tidak minum."

"Sudah tengah malam begini, kalau kau tidak minum untuk apa kau meneleponku? Menganguku sedang bermain dengan wanita saja."

"Shit! Kau punya sekantong wanita ."

Aku sangat mengenal Jim Tan, dia tidak pernah mengambil inisiatif untuk mengajak seorang wanita untuk bermain, wanita-wanita tersebutlah yang memulai duluan.

Ada banyak alasan: Pertama, dia sepertinya terlihat sedikit lebih tampan dariku, tetapi dia suka berperilaku sombong , seakan-akan ia memiliki banyak kenalan cewek. Ketika melihat cewek cantik matanya akan memandangnya setengah mata, setelah jarak cewek tersebut lumayan jauh dari kami, ia baru akan berkomentar cewek tersebut dari kepala sampai kaki, diiringi dengan helaan nafas. Secara tidak langsung ia adalah seorang yang berpenampilan dingin tapi dalamnya bergairah.

Namun, aku dan Jim Tan mempunyai pengalaman putus cinta, apalagi mantan pacarnya sudah bersamanya sejak SMP kelas 2, boleh dikatakan termasuk dalam kategori cinta yang muncul diwaktu yang terlalu dini.

Dia bersama mantan pacarnya hampir sepuluh tahun, dan kemudian dia diputusin. Setelah sekitar setengah tahun, aku juga diputusin oleh Alicia Fang.

Namun, Jim Tan bangkit lebih cepat daripada aku, baru sebulan sudah bisa melanjutkan kesibukan kerjanya.

Kalau katanya: Jika aku punya banyak uang, aku tidak harus bekerja keras setiap hari untuk mendapatkan uang, maka aku akan punya banyak waktu untuk menemani pacarku, jika aku punya uang, pacarku ingin romantis, setiap detik juga bisa kuberikan kepadanya!

Karena itu, selama lebih dari setahun ini, ia menolak semua gadis yang mengejarnya, ia tidak pernah berpacaran lagi, hanya mensibukkan dirinya untuk mendapatkan uang.

Dan aku, setiap malam keluar untuk membeli minuman, menghabiskan uangku, dan kemudian menghubunginya untuk meminjam uang.

Dan kali ini aku mencarinya, tentu saja untuk mengembalikan uangnya.

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu