The Winner Of Your Heart - Bab 209 Dia Telah Pergi

Aku tahu bahwa didalam kenyataan benar-benar ada banyak perangsang hewan, obat yang mengandung delusi. Ada banyak iklan di televisi tentang itu, tapi belum pernah terbayangkan olehku bahwa ini akan terjadi padaku.

Pasti ada didalam air galon itu, aku dan Alicia meminum air itu bersama-sama. Sekarang obat itu sedang bereaksi, bahkan memiliki efek yang kuat. Saat ini kepalaku pening, mataku blur, tenggorokan sangat kering, sekujur badan kepanasan, bahkan menimbulkan gatal-gatal di seluruh tubuh.

Aku masih sadar, kepalaku masih bisa berpikir, tetapi badan dan hatiku makin masuk kedalam keinginan yang sangat kuat dan pukulan yang sangat keras. Disaat yang bersamaan aku masih bisa berpikir, hampir kehilangan kesadaran.

Kami telah meminum dua gelas, tetapi Alicia minum lebih cepat dariku, sekarang keadaannya makin kacau.

" Freddy... aku... tidak tahan. "

Saat kesadaranku masih aktif, Alicia tiba-tiba bergumam, juga mendekatkan badannya kearahku.

Aku menolaknya dengan sekuat tenaga, membuat diriku lebih sadar, lalu menjauhkan tangannya yang ada di pelukanku. Kedua tanganku memegang pundaknya dan berkata: " Alicia, kita diracuni, tenanglah dulu, kita akan ke rumah sakit. "

Sambil berkata demikian, satu tanganku memapah Alicia, satu tangan membantunya bangun dari sofa.

Alicia seperti mabuk, ia berjalan terseok-seok. Dia sambil memegang tanganku bergumam: " Kau bilang apa? Obat apa? Kau sudah mau pergi? Jangan tinggalkan aku sendirian ya? "

" Aku tidak akan meninggalkanmu, cepat berdiri, kita ke rumah sakit sekarang. "

Aku menahan sakit kepalaku dan berdiri, sambil bicara sambil memapah Alicia, dengan sekuat tenaga menariknya.

Alicia melingkarkan tangannya di belakang leherku, tetapi saat aku hendak menggunakan tenagaku, kepalaku terasa pening lagi, tapi tidak begitu pening. Hanya saja rasanya seakan melayang, juga tidak bisa mengkontrol diri sendiri.

Aku tidak bisa berjalan ke depan, Alicia kembali setengah berbaring di sofa, tetapi aku masih menahan badannya.

Posisinya sedikit tidak nyaman, aku dan Alicia telah menggunakan sekuat tenaga kami. Dia tidak lagi bersandar pada sofa, dia sudah berbaring disana. Tapi aku ingin mengumpulkan tenaga dan berdiri lagi, tapi rasanya tetap saja melayang, tidak dapat membawa Alicia.

Bibirnya terus dekat telingaku, nafasnya terengah. Kelembutan itu menggetarkan badanku dari telinga, bahkan sampai ke hati.

Aku merasakan bahagia yang entah dari mana, tenggorokan seakan ingin berdeham, yang dibawah pun seakan berdiri.

Saat ini, aku sudah tahu apa yang telah aku lakukan.

" Freddy... ", tiba-tiba kedua tangan Alicia memelukku, kembali membawaku kembali ke tubuhnya.

" Feddy, aku merindukanmu, dua tahun ini terus merindukanmu... "

" Aku juga merindukanmu... "

Aku tidak tahan ingin mengatakan kata-kata itu, mengangkat tangan, memegang wajahnya dengan tanganku dan memandangnya tetap.

Tanpa sadar, aku kembali memasuki tahun-tahun sebelumnya, saat aku dan dia ke hotel pertama kalinya.

Malam itu, aku juga sama seperti itu, menekan tubuhnya, memegang wajahnya dan memandangnya.

Dan Alicia, perlahan menutup matanya, bulu matanya yang panjang gemetar seiring dengan nafasnya yang tidak teratur.

Dalam ketidak sadarannya, dia memeluk kepalaku, memelukku erat dan mencium bibirku.

Semangat, bahagia, senang dan lain-lain, sekilas aku tenggelam dalam ketidak sadaranku. Hanya membalasnya kuat-kuat, kedua tanganku tanpa sadar menyusuri tubuhnya.

Aku tidak dapat membedakan apakah ini kejadian awal itu, atau perasaan yang kembali memanas.

Tidak tahu waktu sedang berhenti, atau mengalir. Aku ditengah mabukku, lupa akan dunia.

" Freddy! Kalian... "

Tiba-tiba, sebuah suara berdenging di telingaku. Tetapi aku kira aku masih ada didalam kamar di tahun itu, mengira orang di dunia ini tidak akan mengganggu kami.

" Freddy, kau brengsek! "

Hingga ada sebuah suara yang marah, aku baru tersadar. Dengan sadar aku menoleh kearah datangnya suara itu.

Walaupun yang didepan mata tetap tidak jelas, tetapi aku bisa melihat sosok depan mata. Sebuah sosok yang aku kenal mendekat, bukankah dia Peyton? Kenapa dia ada didalam kamar hotel kami?

Tapi dibelakang Peyton diluar pintu, ada beberapa orang berdiri, diantaranya ada orang yang aku kenal. Tubuh yang begitu molek, wajah yang cantik.

Tetapi, di wajah yang cantik itu, saat ini seperti sebuah warna putih. Mata yang sedang berbicara itu, seakan-akan sedang tidak percaya.

Danielle, dia Danielle!

Aku tiba-tiba seperti disamber petir, kepala meledak dan bangun dalam sekejap.

Aku bukan didalam hotel itu, tapi didalam kantor Alicia. Saat ini, Alicia adalah mantan kekasihku, Danielle adalah kekasihku yang sekarang.

Danielle telah melihatnya, melihatku ada diatas tubuh Alicia dan menciumnya, melihatku memegang tubuhnya, melihatku membuka pakaiannya...

Habislah aku.

Aku melihat pandanganku, muncul ekspresi terluka di wajah Danielle, bahkan ia kecewa. Sorot mata itu membuatku takut, dia memandangku lurus.

" Danielle... ", aku tidak tahan untuk berteriak. Lalu terburu-buru berdiri, tetapi hanya melihat bayang hitam didepanku.

"Plak!" suara itu, kepalaku kembali seperti diledakkan, tiba-tiba terasa sakit dan pening, membuat semuaya gelap.

" Aahh!!! ", telingaku kembai berdengung mendengar suara teriakan Alicia, dia juga sadar.

" Freddy brengsek! Kurang ajar! Aku ingin menghajarmu... "

Dari sebelah telinga terdengar suara Peyton menggelegar, sebuah hantaman mendarat di wajahku. Tetapi bergantung pada insting mempertahankan kepalaku, berusaha melawan, lalu merasa badan ini ingin rubuh, dan jatuh ke lantai.

Aku ingin bangkit, ingin berkata sesuatu pada Danielle, karena ku takut dia akan pergi, takut selamanya akan kehilangan dia.

Tapi, Peyton menghantamku di punggung, kepala, membuatku bangkit dan rubuh berkali-kali.

" Jangan pukul dia!Jangan pukul dia! Kau pukul saja aku... "

Alicia menangis dengan hebatnya, lalu aku merasa ada badan yang hangat menempel diatasku.

Aku tahu, itu tubuh Alicia.

" Sudah sudah, jangan pukul lagi! Jangan macam-macam lagi! " ada suara yang aku kenal, tetapi aku tidak dapat membedakan siapa dia.

Peyton berhenti, dan berteriak keras. Aku berusaha untuk bangun, tetapi sakit kepalaku makin jadi, badanku pun terasa berat.

Alicia menangis sambil membantuku berdiri, aku memakai sekuat tenaga lalu akhirnya dapat duduk di lantai, bersandar pada sofa merasa lemas sangat.

Semua yang didepan mata seakan berputar, bahkan perlahan menjadi gelap, tetapi setelah berkedip sekuat tenaga, masih bisa melihat Danielle.

Dia tetap memandangiku, tetapi tidak ada perasaan apapun disitu, hanya pandangan dingin yang menakutkan.

Aku membuka mulut, saat hendak menjelaskan sesuatu, dia malah berbalik dan pergi. Dia hilang dari pandanganku.

Dia telah pergi.

Sekilas, aku merasa telah istirahat sebentar, aku kesakitan hingga ingin mati, air mataku memburamkan pandanganku.

" Danielle... ", aku berusaha sekuat tenaga, menangis dan meneriakkan namanya.

Tapu, aku tidak melihatnya kembali, hanya melihat sepatu Peytin yang melayang kearahku sekali lagi.

Sekali lagi aku merasakan sakit yang teramat sangat, semuanya menghitam, aku tidak menyadari apapun lagi.

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu