The Winner Of Your Heart - Bab 342 Makan Hotpot

Alicia Fang melengkapi aku, aku melengkapi nya. Bagaimanapun kita adalah dua orang dari dunia yang berbeda, semua di masa lalu, seperti asap, yang terbang dihembuskan angin.

Waktu hampir jam 8, aku belum melihat Patricia Mi kembali, aku mulai khawatir, gadis ini biasanya melakukan segala sesuatu dengan cepat, kenapa hari ini sampai sekarang tidak ada kabar.

Aku baru berencana meneleponnya, dia tiba-tiba muncul entah dari mana, mengelap keringat di dahinya, sambil terengah-engah mengambil gelas dan mengisinya dengan air langsung meneguknya, beberapa saat kemudian, dia baru membaik.

"Kamu ini pergi mengatur atau melakukan sendiri, melihatmu mengerjakan sepanjang sore, bahkan membuat diri sendiri lelah seperti ini." Aku mengambil beberapa helai tissu dan mengelapnya.

Dia tertawa, mengeluarkan ekspresi bahagia, "Para bajingan itu, langsung kabur melihatku, benar-benar melelahkanku, tapi masih untung, tidak membuat ku sia-sia pergi, kamu tunggu saja, tidak sampai tiga hari, kamu akan mendengar berita tentang Nico Li."

"Uang itu kamu habiskan semuanya?" Aku bertanya dengan menyelidik.

Bola mata Patricia Mi berputar, "Iya, tentu saja, uang segitu tidak cukup." Selesai berbicara tanpa sadar dia mundur dua langkah.

Aku melihatnya tidak mengatakan yang sebenarnya, tapi tidak meneruskan bertanya, "Asal orang yang kamu cari terpercaya, buang uang pun tidak apa-apa."

Dia mengangguk, dengan diam bersuara oh.

Aku menyuruhnya merapikan dirinya sebentar lagi Elva An akan datang mentraktir kita makan. Begitu dia mendengar Elva An akan datang, langsung gembira, mengambil kaca dan berkutat di toilet.

Aku melihat mobil yang lalu lalang di bawah gedung, begitu langit gelap mobil-mobil ini hanya tersisa lampu. Lewat dengan cepat, seperti bintang di galaksi. Sedangkan aku seperti debu di alam semesta, melihat waktu pelan-pelan berlalu, di hatiku bertambah kekhawatiran.

Kekhawatiran ini sangat tidak bisa dijelaskan, membuatku sangat tidak senang, seperti ada sesuatu yang pelan-pelan lepas dari tanganku, sedangkan aku tidak dapat menangkapnya, dan tidak dapat menggenggamnya, apakah ini hidup? Kenapa aku bisa tiba-tiba berpikir begini, atau, karena hari ini melihat Nico Li, mengingatkanku aku tidak bisa melihat Paula Jiang lagi? Atau, yang aku takutkan adalah target Nico Li selanjutnya.

"Patricia Mi, apa kamu sudah selesai?" Aku berteriak.

"Hampir selesai." Suara Patricia Mi langsung menjawab.

Beberapa hari lagi, aku bawa kamu ke kampung halaman ku, apa kamu mau?" Mungkin pikiran yang tiba-tiba muncul, tapi dulu aku pernah mengatakan padanya, aku memang sedikit kangen orang tua ku.

Patricia Mi agak sedikit tertegun, tapi segera bereaksi, "Apa maksud mu kamu mau membawa ku bertemu orang tuamu?"

Aku merasa geli melihat ekspresinya, "Lebih baik kamu dandan dulu baru membicarakan lagi, aku juga hanya sekedar omong saja, kalau kamu benar pergi, takut kamu tidak terbiasa."

"Tidak bisa, hal yang sudah dijanjikan, bagaimana bisa tidak ditepati!" Sikap Patricia Mi sangat teguh.

Beberapa saat kemudian, ada suara klakson dari bawah, aku tahu Elva An sudah datang.

Saat itu aku mendesak Patricia Mi, dan turun bersama.

Elva An melihat kami turun, membukakan pintu belakang mobil untuk kami.

"Yo, kenapa sekarang tren memakai topi?" Aku tahu dia akan mempermainkan aku. Aku segera melepas topi, menunjukkan kepala yang botak. Dia melihat melalui kaca spion, membelalakan mata, seperti tidak percaya apa yang di depannya nyata. "Kamu, astaga, Freddy Shen, kamu merubah pandanganku terhadap dunia, benar!”

" Haha...haha." Patricia Mi juga ikut tertawa. "Kak An, kamu lihat bagaimana topi yang aku pilihkan untuknya."

“Topinya lumayan, hanya saja kepalanya terlalu keras.” Elva An mana mungkin melewatkan kesempatan mengejekku, begitu dipegang tidak mungkin berhenti membicarakannya.

“Pergi kamu, menyetir dengan baik, kenapa banyak bicara.” Kataku dengan tidak tahu harus berkata apa lagi.

Elva An masih belum mau melepaskanku, melanjutkan bertanya, “Freddy Shen, kamu beritahu padaku, kenapa tiba-tiba memangkas gundul rambutmu, jangan-jangan karena rambutmu panjang tapi pengetahuan sedikit!”

Aku melihat Elva An tertawa begitu senang, juga tidak menyinggung luka di kepalaku, hanya bertanya dengan ringan, “Elva An, apa akhir-akhir ini kamu tidak merasa ada orang yang terus menyetir mengikutimu?” Dulu aku masih berpikir apa mungkin orang Elva An, tapi hari ini melihat golongan Nico Li, melihat mobil itu, jadi, masalah ini, sekarang tidak bisa tidak aku tanyakan.

“Ada orang yang mengikutiku?” Elva An sedikit tertegun, “Aku bilang Freddy Shen, kamu jangan menakutiku, kamu tahu aku penakut, tidak bisa dikagetkan, kalau terjadi sesuatu padaku, kamu harus bertanggung jawab sepenuhnya.”

Elva An sepertinya masih mengira aku masih bercanda dengannya, bahkan mengira aku hanya ingin mengalihkan dari candaannya padaku.

Patricia Mi ikut berbicara, “Kak An, sebuah mobil Land Rover, akhir nomornya 6787, mobil ini pernah berpapasan dengan aku dan Kak Freddy, aku melihat dia bukan orang baik, saat itu keluar dari bar, aku melihat mobil itu mengikutimu, tapi saat itu Kak Freddy tidak membiarkanku bertanya, aku juga tidak mengatakannya.”

Mendengar sampai sini, kecepatan mobil Elva An mulai memelan.

Dia di kaca spion, mukanya muram, sepertinya sedang memikirkan masalah yang berat.

“Kenapa?” Aku bertanya dengan ingin tahu, kelihatannya, dia sepertinya tahu dari mana mobil ini.

“Tidak apa-apa.” Elva An menjawab dengan tenang, tapi aku tahu, dia pasti ada masalah, hanya tidak mengatakannya pada kami saja.

“Mungkin kalian salah lihat saja, mungkin terlalu banyak mengira.” Elva An sepertinya sedikit tidak percaya.

Tapi Patricia Mi kembali melanjutkan berbicara, “Kak An, tidak mungkin, kami sudah bertemu dengan mobil itu beberapa kali, sekali beberapa akhir ini yaitu sore ini, dia ikut Nico Li datang mencari keributan dengan Kak Freddy, akhirnya diusir oleh Kak Freddy.”

Mendengar sampai sini, sebaliknya tertawa, “Baik, apa yang kalian katakan aku sudah tahu, aku juga akan lebih hati-hati. Malam ini keluar makan untuk bersenang-senang, untuk apa membicarakan hal yang tidak menyenangkan, malam ingin makan apa, aku yang traktir.”

Patricia Mi menoleh menatapku, aku mengisyaratkan nya untuk menjawab pertanyaan Elva An.

“Makan apa saja boleh, asal enak, semua boleh.”

“Kalau begitu makan hotpot, sudah lama aku tidak makan.” Kami tidak menentang ucapan Elva An. Sepanjang jalan Patricia Mi melihat ponselnya, sedangkan aku juga terus mengamati ekspresi Elva An. Dia sepertinya menyadari aku mengamatinya, terus melihat kedua arah, hanya tidak melihat ke kaca spion lagi.

Hatiku mengerti sedikit, sepertinya, Elva An memang menyembunyikan sesuatu dari kami.

Mobil berhenti di sebuah toko hotpot jumbo, tapi baru saja kami turun dari mobil, Elva An mengerutkan alisnya, tiba-tiba berkata tidak ingin makan hotpot lagi.

Aku mengerutkan alis, sedikit ingin tahu melihat ke segala arah, ternyata, ada sosok yang familiar yang menunggu di sudut.

“Jangan, Kak An, aku tidak ingin naik mobil lagi, aku sangat lapar.” Patricia Mi belum menyadari apa-apa, dengan keras menarik nya masuk.

Elva An melihatku sebentar, aku juga ingin melihat apa yang terjadi selanjutnya, saat itu juga sama dengan Patricia Mi, “Iya, nama yang begitu dominan, pasti hotpot yang terbaik.”

Elva Aan ditarik kami masuk, mencari sebuah meja untuk empat orang, aku menarik Patricia Mi duduk di samping, tinggal Elva An sendiri duduk di bagian yang lain.

Elva An sedikit mendelik kepadaku, “Apa kamu sengaja?”

“Apa?” Aku memandang tidak bersalah padanya, “Sengaja apanya.”

“Sudahlah, kamu juga pasti melihatnya, masih berpura-pura di sini!” Elva An memutar bola matanya padaku, langsung memanggil pelayang memesan menu.

Patricia Mi melihat kami dengan sedikit ingin tahu, sepertinya tidak mengerti apa yang kami katakan, di matanya, tugas yang utama sekarang adalah mengisi penuh hotpot di depan mata ini.

Melihat pot panas di sekeliling yang mengeluarkan aroma yang wangi, jangankan Patricia Mi, aku sendiri sedikit meneteskan air liur. Toko Hotpot Jumbo ini, memang benar jumbo, memesan sepasang udang, ternyata setebal lengan, tapi untungnya pot nya besar apinya besar, walaupun di masukkan masih bisa memasak yang lain.

Tatapanku melihat ke segala arah, Elva An sebaliknya menendang kakiku di bawah, mengisyaratkanku jangan ikut campur.

Aku sedikit komplain melihat pada Patricia Mi, “Patricia Mi, apakah di bawah meja ada nyamuk, aku merasa ada yang menggigitku.”

“Apa ada?” Patricia Mi menundukkan kepala memeriksa, aku memanfaatkan waktu ini, segera menjepit Elva An dengan sumpit. Elva An juga tidak mau kalah, menyerangku dengan sendok. Saat Patricia Mi mengangkat kepalanya, kami kembali menjepit sayur seperti biasa.

“Tidak ada.” Patricia Mi sedikit bingung, tapi, matanya tiba-tiba berbinar, melihat seseoarang yang hebat. “Haiya, Kak Freddy, kamu lihat, itu, itu Pablo!”

Aku mengikuti pandangannya, langsung berdiri, “Haiya, kebetulan, disini bisa bertemu dengan kenalan.”

Pablo Chen pelan-pelan mendekat, juga dengan ekspresi canggung, tapi masih saja mengusap kepalanya tersenyum berkata, “Iya, kebetulan, bertemu dengan kalian lagi, makan hotpot....”

Novel Terkait

Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu