The Winner Of Your Heart - Bab 317 Menghibur Patricia Mi

“Kamu, kamu jahat sama aku!" Matanya pun langsung merah, dan dengan sedih ia menatap aku, "Yauda jadi sekretaris, akan ku tunjukkan padamu!"

Habis ngomong, dia tidak peduli pada ku lagi, hanya terduduk diam di sofa sambil main hp.

Saat itu, aku menelepon ke Lauren Luo, menyuruhnya untuk jangan mengurus gadis itu lagi, dan memberitahu Lauren Luo kalau dia sudah memiliki rencana yang lain.

Lauren Luo mengeluh dengan pasrah, "Aku bilang, kirain melarikan diri demi orang lain, membuat aku kaget saja.”

Setelah menghiburnya beberapa saat, dan menutup telepon tersebut.

Dia menoleh dan melihat Patricia Mi yang sedang merajuk, aku coba menyuruhnya, “Kamu pergi ke ruang kantor sebelah dan ambilkan laporan minggu ini untuk aku.”

Patricia Mi tidak mempedulikan aku, hanya terus bermain hp sendiri.

Saya bersabar dan meneruskan, "Siapa tadi yang bilang akan tunjukkan kepada ku。“

Atau ucapan itu hanya sekedar omongan saja, setelah ia mendengar ucapan itu ia menaruh hpnya, kemudian ia mendorong pintu dan keluar, namun gerakannya sedikit kasar.

Aku mengatakan ini bukan untuk membuatnya malu, tetapi saya tidak ingin orang lain melihat bahwa ketika Patricia Mi di kantor tidak melakukan apa-apa. membuat orang lain melihat ia seperti orang yang tidak punya kerjaan, malah membuat omongan baru untuk orang lain, nanti Patricia Mi akan melabrak orang tersebut. Lagi pula dengan sifat dia seperti itu, apapun bisa dilakukannya.

Melihat bayangan Patricia Mi pergi, hati ku merasa terhanyut, seperti di genggam dengan keras oleh orang, perasaan itu seperti rasa sakit hati, tapi seperti rasa tidak tega juga. Mungkin, aku benar-benar tidak terlalu mencintainya, hubungan dengan dia juga terbangun diatas hubungan itu, tapi hati ku sampai sekarang belum bisa menerima kemunculan dia, tidak membicarakan Daniella Xia, bahkan kedudukan Alicia Fang pun, Patricia Mi tidak bisa mengantikan dia.

Bagi aku, dia lebih mirip seperti adik perempuan, walaupun aku juga tidak tahu, bagaimana hubungan kami bisa perkembang sampai seperti saat ini.

Mungkin, ini adalah takdir Tuhan kepadaku, aku tidak bisa menolaknya, dan tidak bisa menghindarinya. Orang yang jelas-jelas jatuh cinta tidak bisa bersama, dan orang yang tidak ingin menjadi kekasih, ntah bagaimana malah menjadi sepasang kekasih.

Aku tidak tahu, apakah aku sendiri akan bersamanya sampai akhir. Dan sekarang, kami hanya bisa menjalani hubungan seperti ini, aku pikir aku tidak akan berhubungan intim lagi dengannya, setidaknya kalau sampai nanti tidak bersama lagi, bisa membiarkannya tetap polos.

Dia berjalan ke arah sini sambil membawa sebuah laporan, wajahnya terlihat berat dan tidak senang, kemudian ia melemparkan laporan tersebut ke depan ku.

Menghadapi sikap kerjanya, aku benar-benar ingin marah, tetapi ketika aku berpikir bahwa mungkin aku akan bersalah kepadanya, amarah aku tidak dapat berekasi, dan akhirnya aku menahan amarah dan berkata kepadanya, "Patricia Mi, di tempat kerja, kita harus memiliki etos kerja, jika kita tidak mengenal satu sama lain, apakah kamu melakukan ini kepada bos mu? Sekretaris seperti kamu, bos kamu masih mau kah?”

Patricia Mi sangat tidak puas, “Tapi kalau apa yang kamu katakan tidak terjadi, memangnya aku tidak bisa jadi Ibu bos, harus jadi sekretaris sialan ini.”

“Patricia Mi, kalau kamu terus berpikir seperti ini, nurut aku lebih baik kamu istirahat saja di rumah, kalau kamu ingin nyaman, enak, kenapa kamu harus datang bekerja? Ayah kamu begitu kaya, uang jajan tiap bulan mu selalu lebih besar daripada gaji, kenapa kamu harus ke sini?” aku sebenarnya ingin membujuknya untuk tidak bekerja lagi, karena aku tahu, dia pasti hanya kesenangan sesaat saja, orang yang sudah terbiasa hidup enak, mana mungkin akan fokus dan bekerja dengan tenang?

“Tidak, aku mau bekerja!” Patricia Mi sambil mengigit bibirnya, “Apakah kamu sengaja mengusir aku, biar kamu bisa bermesra-mesraan dengan pelakor itu.”

Ucapan tersebut keluar dari mulutnya, aku merasa dia benar-benar kelewatan, benar-benar tidak masuk akal.

“Patricia Mi! Cukup kamu!” aku pikir aku benar-benar marah, tidak bicarakan sikap kerjanya dulu, lihat ia seperti ini, dan emosi dia terhadap pekerjaannya, sama sekali tidak terlihat seperti orang yang bisa bekerja dengan baik.

Aku melototinya, aku mengakui kalau ini adalah pertama kalinya aku marah kepadanya.

“Kamu, kamu…….“ Dia tidak bisa menahan rasa sedih di hatinya lagi, langsung menangis di dalam ruangan.

Aku melihat ia yang menangis, hatiku pun merasa tidak enak, jelas-jelas ia hanya seorang gadis yang sederhana dan sedikit egois, mengapa aku harus mengubahnya menjadi wanita yang dewasa. Mungkin ketika dia benar-benar sudah dewasa, dia juga akan seperti Elva An yang selalu memperhitungkan orang lain, membuat orang lain merasa berbahaya setiap saat.

Habis meluapkan emosi, aku merasa menyesal lagi.

Dulu aku juga pernah melototi Alicia Fang, kemudian ia meninggalkan aku.

Aku takut Patricia juga akan pergi, tetapi, dalam hatiku bukannya aku juga berharap ia akan meninggalkan aku? ntah kenapa, aku merasa sedikit takut dan tidak tega, jangan-jangan, aku sudah memiliki suatu rasa terhadap dia?

Tidak, pasti bukan begitu, aku pikir, aku hanya tidak ingin berutang kepadanya lagi, tidak ingin membuatnya sedih, kalau bisa berpisah dengan saling tidak berutang, ini adalah akhir yang aku inginkan.

Dan bukan perpisahan yang membawa rasa sedih dan air mata.

Suara menangis dia sangat keras, seumur hidupku, hal yang aku paling benci adalah tangisan wanita dan kelemahan seorang pria.

Dan hal yang paling aku tidak berdaya adalah melihat seorang wanita menangis di depan ku, dan aku tidak bisa membuatnya berhenti menangis.

“Patricia Mi, cukup ya.” Aku takut diluar nanti ada yang mendengar tangisannya dan mengira aku telah melakukan sesuatu terhadapnya, aku pikir lebih baik membuatnya berhenti menangis.

Mungkin aku benar-benar tidak paham dengan makhluk yang disebut wanita, semakin aku bicara dengan baik-baik, tangisannya pun semakin keras.

Sepertinya harus membiarkan semua orang mendengarnya, ia baru puas.

Aku melihat ekspresi wajah Patricia Mi, sepertinya ia diam-diam sedang melirik aku, seperti sedang menunggu gerakan aku selanjutnya apa. Mungkin dia sedang menunggu aku untuk menghiburnya, dan mungkin juga, tidak bukan benar-benar sedih, hanya ingin memberitahu aku dengan cara menangis, agar aku tahu kalau dia merasa tidak senang.

Aku tidak pandai menghibur wanita, kalau tidak aku pasti sudah menjadi seorang penakluk wanita.

“Sudah, sudah cukup ya.” Dengan pelan aku mendorongnya, namun ini anak sama sekali tidak peduli dengan ku, melihat gayanya, sepertinya tidak ingin berhenti.

Dan, aku masih berlanjut menghiburnya, berteriak padanya ida juga nangis, ngomong baik-baik dia juga nangis.

Benar-benar sama seperti sedang menghibur anak kecil, sudah tidak tahu harus pakai cara apalagi. Kalau anak kecil masih mending, kasih permen saja sudah berhenti menangis, namun bagi Patricia Mi, kasih permen akan membuatnya berhenti menangis kah?

“Kalau tidak begini, nanti siang aku membawa kamu pergi beli baju.” Aku mulai menggodanya dengan keuntungan lainnya.

Dia tidak peduli padauk.

“Nanti aku temanin kamu ke taman hiburan, kita juga belum pernah kesana.”

Dia tetap tidak peduli pada ku.

“Kalau tidak kita pergi tonton flim saja bagaimana?” aku benar-benar tidak tahu harus menggunakan cara apalagi.

Dia seperti tidak mendengar kata-kata ku, terus menangis.

Aku bingung menggaruk telinga, hp tiba-tiba berbunyi.

Di waktu kosong seperti ini aku tidak punya waktu untuk melihat tampilan hp lagi, tapi tiba-tiba ada telepon masuk lagi, aku harus mengangkatnya.

Aku baru mengangkat telepon, telepon tersebut langsung mati. Sedang kesal siapa yang begitu tidak punya kerjaan, sengaja menelepon dan menutup telepon. Tiba-tiba ada sebuah notif yang masuk. Wechat dari Vincent Lu.

Aku membuka notif tersebut, dia malah memberitahu ku kalau ia sedang menguping dari luar, dan memberitahu ku sebuah cara.

Kurang ajar, benar-benar tidak punya moral sama sekali.

Tapi, cara dia, aku rasa, mungkin akan berhasil.

Aku menaruh hp, dan mendekati Patricia Mi dengan perlahan, dia sedang menangis dengan sedih, melihat aku sedang berjalan ke arahnya, dia langsung membalikkan badannya menghadap ke arah lain, aku mengikutinya, dia berputar ke arah lain lagi, sepertinya ia tidak ingin berhadapan dengan aku.

“Aku tidak percaya.” Aku langsung mengikuti cara yang diberitahu Vincent Lu, menarik tangannya, dan mencium keningnya.

Mungkin karena aku benar-benar tidak ingin membiarkannya terus menangis lagi, jadinya aku menggunakan cara yang begitu ekstrim.

Tidak ku sangka, cara ini benar-benar berhasil.

Dia tiba-tiba tertegun, dan menyentun tempat bekas ciuman ku, dan menatap aku dengan bengong.

Hatiku tidak menahan untuk bersalut terhadap Vincent Lu, anak itu benar-benar dewa dalam urusan percintaan, cara ini langsung berhasil.

Tapi hal selanjutnya yang terjadi membuat aku semakin pusing, setelah tertegun beberapa saat, Patricia Mi menangis dengan semakin histeris, aku pun terkejut, ingin menariknya, tidak ku sangka dia malah datang kepada ku dan memukul dada ku.

Walaupun tidak sakit sama sekali, mungkin ini adalah salah satu cara ia melampiaskan emosinya.

Aku tidak mengeluar sepatah kata, hanya mengelus rambutnya dengan perlahan, beberapa saat kemudian, ia baru menjadi lebih tenang.

“Sudah selesai menangis?” Aku menatapnya dengan tidak berdaya, ujung matanya dipenuhi dengan bekas menangis, matanya pun menjadi kering.

Dia menganggukkan kepala, akhirnya dengan tenang ia bersandar di dadaku, diam seribu bahasa.

Aku menghelakan nafas, merasa sedikit tidak berdaya, dan merasa mungkin wanita seperti ini semua, hanya aku saja yang tidak tahu mereka sedang berpikir apa saja.

Wanita yang dewasa selalu memiliki sesuatu yang tersimpan di dalam hatinya, dan pura-pura tidak terjadi apa, dan kemudian tersenyum. Mungkin di masa depan, hal kecil tersebut akan tertumpuk lama-lama menjadi sebuah bukit, dan sampai akhirnya seperti itu akan menumpuk banyak, dan akhirnya meninggalkanku seperti Alicia Fang, dan Patricia Mi tidak sama, jika ia tidak bahagia ia akan nangis, kemudian ia akan melampiaskan emosinya pada ku, setelah melampiaskan emosinya, ia akan memohon bujukkan dari aku.

Namun keterus-terangan dari dia sedikit menusuk orang lain, namun lebih baik daripada hati yang menarik orang, membuat orang lain harus terus menerka.

“Coba kamu lihat, habis nangis jadi tidak cantic lagi.“ Aku sambil menyentuh hidung, aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba aku menjadi seperti ini, mungkin dipengaruhi oleh emosinya, mungkin juga, aku tidak tega kepadanya.

“Hm, siapa suruh kamu jahat sama aku.” Dia masih belum puas, dan memukul aku lagi.

“Patricia, di kantor tidak seperti di rumah, kalau sudah dikantor kita harus membagi kehidupan personal dan pekerjaan profesional dengan jelas, kalau semua orang sama seperti kita, bagaimana perusahan ini akan berjalan, kalau ngomong yang enak di dengar, aku ini bos di kantor ini, aku harus menjadi seorang pemimpin. Aku ini adalah gambaran dari tim aku, kalau aku tidak bagus, berarti tim aku juga tidak bagus, lagi pula, apakah kamu benar mau kita nanti tiap hari minta uang sama Ayah mu?”

Dengan diam ia mendengar, sepertinya ia benar-benar paham apa yang aku ucapkan.

“Yasudah, kerja kerja.” Patricia Mi berusaha berdiri, “Apakah butuh aku bawakan kamu minum seperti pelayan!” emosi tuan putri dia langsung terlihat jelas, namun, kali ini, dia terlihat lucu.

“Aku tidak keberatan, tapi sebaiknya kamu sekarang rapikan dokumen itu, untuk aku nanti pergi ke World Corp untuk membicarakan program dan rencana investasi.

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu