The Winner Of Your Heart - Bab 216 Ayo Kita Putus

Melihat pesan Lauren Luo, aku hampir meloncat dari kasur, berpakaian, cuci muka seadanya lalu bergegas keluar.

Langit masih turun hujan, hujan sudah lebih reda dari kemarin, bahkan hanya kadang-kadang turun.

Aku datang ke Yufei, saat sedang bejalan cepat menuju pintu besar, tiba-tiba ada sesosok berpakaian seragam di hadapanku, menghadang jalan.

“Permisi, selain pegawai perusahaan dilarang masuk.” Orang tersebut berkata dengan tenang.

Aku tertegun, mengangkat kepala melihat, menyadari sosok di depanku itu bukan petugas keamanan yang dulu, melainkan sebuah wajah yang asing.

Lagipula dulu hanya ada satu petugas keamanan di depan pintu saja, sekarang ada dua orang, bahkan semuanya wajah yang baru, satu diantaranya memegang ponsel melihat-lihat, lalu melirikku sebentar menilai, lalu dia berjalan ke depanku, dengan muka tanpa ekspresi melihatku.

Aku merasa firasat yang tidak enak, namun dengan sopan berkata : “Aku mencari Lauren Luo bagian penjualan, aku mendaftar dulu.”

“Maaf.” Petugas keamanan yang di belakang maju selangkah ke depan, dengan dingin berkata : “Hari ini perusahaan tidak menerima kunjungan, anda tidak dapat masuk.”

Aku kembali tertegun : “Tidak mungkin! Aku pernah bekerja di sini, perusahaan tidak pernah menolak tamu, bagaimana mungkin hari ini menolak?”

“Tidak bisa ya tidak bisa, bagaimanapun kamu tidak dapat masuk, cepat pergi.” Orang tersebut melambaikan tangan dengan tidak sabar.

Mendengar perkataannya, aku mengerutkan alis, sepertinya tidak menerima kunjungan, hanyalah untukku saja.

Aku ingin memaksa masuk, tapi kedua petugas perusahaan di depan mata ini bertubuh tinggi dan kekar, sangat jelas tidak bersahabat, kalaupun memaksa tidak akan ada keuntungan apapun.

Ditambah lagi, bila memang memaksa, kira-kira aku akan masuk perangkapnya, kalau tidak dipukul, kalau tidak dimasukkan ke kantor polisi.

Akhirnya aku menahan diri, melihat kedua petugas keamanan itu dengan dingin, lalu berbalik berjalan keluar pintu gerbang, sambil mengeluarkan ponsel menelepon Danielle Xia.

Ponselnya sudah tersambung, tapi dia tidak mengangkat teleponku.

Setelah menelepon beberapa kali, aku pun menyerah tidak berdaya, membuka Wechat mengirim beberapa pesan padanya, memberitahunya aku menunggunya di depan pintu perusahaan.

Lalu aku sampai dan duduk di bawah pohon sebelah pintu keluar, aku mengeluarkan dan merayakan rokok, mengisap dengan diam.

Danielle Xia pasti melihat pesan Wechatku, tidak tahu apakah dia akan keluar, namun bagaimanapun aku akan di sini menunggunya, sampai dia pulang kerja, entah berjalan ataupun menyetir, akan melewati depan mataku.

Sekarang jam 10 pagi lebih, biasanya dia makan siang di dalam perusahaan, sangat mungkin aku harus menunggu sampai jam 6 sore.

Namun aku tidak takut, asal aku bisa bertemu dengannya.

Hujan di musim gugur, sangat sedikit ada orang di jalan, kadang ada orang yang memegang payung lewat, mereka melihat aku yang duduk di bawah pohon dengan ingin tahu .

Meskipun daun pohon di atasku cukup rimbun, tapi masih ada titik air yang jatuh melalui daun, jatuh di atas tubuhku.

Waktu berjalan dengan lambat, saat bajuku sudah basah kuyup, akhirnya melihat kerumunan orang berjalan keluar dari gedung Yufei, waktu pulang kerja di siang hari sudah tiba.

Aku buru-buru bangkit, melihat lekat ke arah pintu keluar parkir.

Tidak berapa lama, sebuah mobil putih tiba-tiba keluar dari tempat parkir, itu adalah BMW putih milik Danielle Xia.

Aku buru-buru pergi menghadang di tengah jalan, merentangkan kedua tangan, sambil meneriakkan nama Danielle Xia.

Mobil BMW pelan-pelan memelankan kecepatan, berhenti tepat di depan kedua kakiku, melalui kaca, aku melihatnya yang duduk di kursi pengemudi.

Tapi, dia memakai kacamata hitam, aku tidak melihat sepasang mata yang indah itu, hanya

melihat separuh wajah yang dingin itu.

Aku buru-buru memutari kepala mobil, ingin berjalan ke samping pintu pengemudi ingin berbicara kepadanya.

Namun, baru saja aku memutari kepala mobil, mobil BMW itu tiba-tiba menyala, dengan deruan yang besar melaju dari sampingku, dan melesat ke arah jalan.

Saat itu, aku tertegun, aku berdiri di tempat dengan terkejut, melihat mobil BMW putih itu menghilang di dalam hujan.

Dia pergi, tidak menungguku menjelaskan.

Aku berdiri dengan terkejut, ada perasaan sedih yang tidak bisa diungkapkan di dalam hati, jiwaku seperti dibawa pergi oleh mobil tersebut, sakit dengan kehilangan jiwa.

Air hujan melayang di dalam angin musim gugur, aku berdiri gemetar di dalam hujan, seakan kehilangan rasa terhadap hujan yang dingin dan orang-orang di sekitar.

Tidak tahu berapa lama berlalu, ponsel di tanganku tiba-tiba berbunyi, ada pesan masuk.

Aku mengankat ponsel dengan kebal, di bar layar pemberitahuan di layar muncul gambar profil Wechat Danielle Xia di bawahnya ada sebaris kata :

“Kita putus, maafkan aku!”

Saat itu, seperti tersambar oleh petir di hujan musim gugur, kepalaku muncul bunyi gemuruh, selanjutnya hanya kosong.

Hati yang sudah sedih, seperti tiba-tiba tertusuk sebilah pisau, membuatku sakit sampai tidak bisa bernapas.

Sakit yang tiba-tiba itu menguras kekuatanku, membuat tangan dan kakiku lemas, aku duduk tak bertenaga di tengah air hujan.

Aku tidak tahu apakah aku menangis, karena air hujan tidak berhenti mengalir di wajahku, seperti air mata menangis yang yang tidak habis.

Muncul beberapa kaki orang di sekelilingku, mereka adalah pejalan kaki, ada yang buru-buru dan tidak berhenti, ada yang berdiri di samping menunjuk-nunjuk.

Ada beberapa mobil yang lewat dengan cepat, menyipratkan genangan air di jalanan ke arahku, terkena ke wajahku, menambahkan banyak bekas air mata yang kotor.

Terhadap semuanya ini, aku tidak menghiraukannya.

Tapi, tidak lama kemudian aku tertarik oleh situasi yang aneh, semua orang-orang yang berkerumun di sekeliling mundur, sekerumunan orang berpakaian jas hitam muncul, mengelilingi aku sambil memegang payung, menatapku tanpa ekspresi.

Aku mengangkat kepala, menemukan wajah familiar di antara orang-orang berpakaian hitam itu.

Nico Li.

Dia menunduk melihatku, wajahnya masih mengeluarkan ekspresi rendah hati namun senyum yang percaya diri.

Awalnya aku mengira, bila melihat Nico Li, aku akan sangat marah, akan muncul pikiran ingin memukulnya.

Tapi kali ini, aku tidak bisa merasa sedikit amarah pun.

“Apa kabar Freddy Shen.” Dia berkata sambil tersenyum.

Aku tidak mood untuk memedulikannya, hanya kembali menatap tanah.

Nico Li tiba-tiba berjongkok, orang berpakaian hitam di belakangnya buru-buru merendahkan payungnya, menutupi kepalanya.

“Freddy Shen, kedengarannya beberapa hari ini kamu melaluinya tidak baik.”

Tentang dia yang jelas-jelas sudah tahu namun masih bertanya, aku malas menjawabnya, namun sudah tidak sesedih seperti barusan, akhirnya aku bertumpu pada tanah, ingin bangkit berdiri.

Baru berdiri setengah, Nico Li tiba-tiba mengulurkan tangan, dengan kuat mendorong ke arah mukaku.

Aku tidak sempat menghindar, didorong olehnya, lalu kembali jatuh ke tanah.

Sudah tidak ada ekspresi rendah hati di wajah Nico Li, melainkan berubah menjadi bengis, mukanya berbelit jelek, melihatku dengan tatapan jahat, sambil berkata :

“Kamu ingin pergi kemana? Ha? Masih ingin mencari Danielle? Dengan kamu yang seperti ini, masih berani mencarinya?”

Aku tidak menjawabnya, juga tidak lagi mencoba bangun, melainkan melihat Nico Li dengan lekat.

Aku sangat ingin memukulnya.

Aku tahu dari awal dia adalah orang jahat, di kelilingi orang-orang yang berbaju hitam itu, orang lain tidak tahu apa yang terjadi, dia baru berani menunjukkan wajah aslinnya.

Melihatku tidak berbicara, Nico Li mengendus dengan dingin : “Kamu tahu karena siapa kamu bisa seperti ini?”

“Aku!” Tidak menunggu jawabanku, dia menunjuk pada dadanya,melanjutkan berkata : Siapa kamu? Berani-beraninya berebut Danielle denganku? Benar-benar ceroboh!”

Aku masih belum membuka mulut, hanya melihatnya dengan dingin.

Dia kontak mata denganku, beberapa saat kemudia dia tiba-tiba mengangkat tangan, dengan kuat ingin menamparku, sambil memaki dengan marah :

“Lihat apa kamu!”

Aku tahu hari ini aku tidak akan melalui dengan baik, tapi tidak kusangka dia bisa tiba-tiba memukul, saat aku menyadari, sudah tidak sempat menghindar, tamparan di mukaku.

Bunyi “Pak”, wajahku sakit pedas, telingaku juga berbunyi berdengung.

Tanpa ragu-ragu, aku meninju balik, Nico Li tidak mengira aku akan memukulnya, terkejut di tinju olehku di batang hidung.

Seiring teriakan Nico Li, kerumunan orang berbaju hitam itu mengamuk, mereka mengacungkan tinju ke arahku.

Aku tidak mengacuhkan orang-orang berbaju hitam itu, hanya menerjang tubuh Nico Li dengan bengis, satu tangan menekan lehernya, tangan lainnya meninju batang hidungnya dengan bengis.

Di Guangzhou, aku pernah memukul wajah seorang brengsek dengan cara ini, hari ini aku juga ingin memukul habis Nico Li.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu