The Winner Of Your Heart - Bab 280 Nyali Untuk Mengulangi Kalimat Ini Lagi

Walaupun aku dapat mendengar dia menyemangatiku, tapi aku merasa aneh. Dalam pikirku, Danielle tidak lagi berkata apa-apa, sampai-sampai atmosfirnya kembali diam, membuatku merasa tidak bebas.

Tidak tahu kemana waktu pergi, akhirnya, Danielle inisiatif bicara kepadaku, tapi yang dibicarakan bukan tentang perusahaan, malahan tentang Elva.

Dia berkata: " Freddy, hari itu yang pergi bersamamu ke acara pengusaha, adalah kekasih barumu kan? "

Aku terdiam seketika, tidak disangka Danielle salah sangka tentang hubunganku dengan Elva. Bagaimanapun juga ini hanyalah pengandaian saja.

Aku ingin menjelaskan padanya, tapi yang terulang dalam pikiranku sama saja, ingin membiarkannya menebak untuk menjelaskan, tapi itu bodoh. Di saat ini, aku sama sekali tidak terpikirkan bagaimana harus menjelaskan.

Dalam pandangan Danielle yang makin mencurigai, aku akhirnya menjelaskan padanya, tapi yang tidak tepat adalah, saat ini ponselnya berdering.

Danielle menerima panggilan itu, yang menelepon adalah suara laki-laki dan berkata: " Sudah larut, kenapa masih diluar sendirian? "

Danielle menjawab: " Aku akan segera kembali. "

Mereka berdua lanjut berbincang sebentar, lalu barulah menutup telepon. Dari pembicaraan di telepon, aku dapat merasakan bahwa hubungan mereka bukan sekedar teman biasa, tapi hubungan biasa dengan lawan jenis. Kenapa bisa mengenali Danielle sampai seperti ini?

Tapi, mereka tidak seperti pasangan, karena cara bicara pasangan seharusnya sedikit mesra. Mungkin karena ada orang lain, makanya mereka sungkan, tentu karena orang itu adalah aku.

Setelah dimengerti, yang terikat diantara hubungan pertemanan dan pasangan begini, jika bukan teman dekat laki-laki, mungkin saja kekasih. Berpikir begini rasanya membuat dadaku seolah tersumbat akan sesuatu. Aku tidak tahan untuk menanyakan kepada Danielle: " Yang barusan itu kekasih barumu kan? "

Danielle tidak menjawab malah berkata: " Sudah larut, aku pulang dulu. "

Aku memandanginya curiga, Danielle seolah tidak melihatnya. Ia berbalik bersiap pulang, dan akhirnya, dia pergi tanpa menunggu balasanku.

Dibawah redup lampu, jalanan terisi dengan bayanganku. Aku menjauhi bayanganku dan menghampirinya berkata: " Kau bukan anak kecil, kau harus lebih berhati-hati. Lain kali jangan keluar selarut ini sendirian. "

Danielle menghentikan langkahnya, membalasku: " Terima kasih perhatianmu. "

" Sama-sama. "

Tengah malam, aku baru sampai ke penginapan. Walaupun ini sudah waktunya untuk kembali ke dunia mimpi, tapi aku tidak bisa tidur, bahkan keinginan untuk tidur pun tidak ada.

Aku bangun dari kasurku, masuk ke kamar mandi dan mandi air hangat. Selesai itu berbaring di sofa dan menonton film.

Film yang aku tonton adalah sebuah film lama, ceritanya tentang seorang wanita kaya dan lelaki miskin. Si wanita kaya menyembunyikan identitasnya, lalu saat si lelaki itu menyadari bahwa wanita itu adalah atasannya, dia merasa dirinya dibohongi, lalu dia meninggalkannya.

Tentu, akhir ceritanya adalah akhir yang modern terbuka, juga seperti apa yang dibayangkan penonton.

Selesai menonton film ini, aku dapat merasakan rasa minder yang dirasakan si lelaki dalam film. Tapi di saat yang bersamaan, menggabungkan setiap adegan di film itu dengan status diri sendiri. Aku rasa dua orang berjalan menuju unsur utama tersebut, bukan karena mereka tidak berani menghadapi tetapi lebih karena tekanan yang mereka rasakan, pasangan tidak merubah hatinya tapi malah makin menyayangi.

Mengumpulkan modal untuk menjalin pernikahan, hanyalah sebuah tekanan yang biasa.

Sampai aku dan Danielle, awalnya sebelum kami berhubungan, termasuk setelah kami resmi menjadi kekasih saat itu, aku sering merasa tidak aman karena minder, juga sampai sekarang, aku baru menyadari itu semua karena aku sendiri. Karena sekarang aku menginginkan rasa aman yang aku dapatkan saat bersama dengannya, walaupun hanya sedikit, tapi aku sudah tidak pantas lagi.

Saat sedang mengintrospeksi diri, tanpa sadar, aku tertidur.

Hari berikutnya, aku lagi-lagi terbangun oleh suara yang aku kenal. Aku mengusap-usap mata sambil membuka pintu, kali ini aku melihat Patricia yang marah sambil menggertakkan gigi.

Adegan ini sangat ku kenali, sama seperti beberapa hari lalu. Satu-satunya yang berbeda adalah, kali ini berisiknya hingga mengganggu penghuni lain. Seorang kakek terganggu bahkan sampai-sampai berkata: " Anak muda jaman sekarang! "

Aku menarik Patricia masuk, meski sebenarnya tidak ada niat untuk melihatnya, tapi aku langsung menariknya sampai ke ruang tamu. Lalu berbalik dan ganti baju.

Melihat usianya yang masih muda, tapi nyalinya tidaklah kecil, ia langsung masuk ke kamarku. Kedua tangannya didepan dada, melihatku yang sedang ganti pakaian, benar-benar seperti anak SMP. Anak SMP tidak sopan yang sedang mengganggu siswa lama.

Aku berkata padanya dengan sengak: " Perempuan tidak sopan, apa kau tidak lihat aku sedang ganti pakaian? "

Dia menjawab: " Aku tidak buta, tentu saja aku lihat, tapi kau berpakaian ketat begini, bagaimana bisa aku disebut tidak sopan? "

" Kalau kau tidak percaya, aku akan melepas semua baju? "

Dia sedikit pun tidak takut, malahan menjawab: " Lepas saja, kalau punya nyali ya lepas saja. Kalau kau berani lepas, aku juga berani lihat, sekalian saja ku foto, jaga-jaga saja untuk jika kau berani tidak membayar uang sewa rumahku. "

Aku malas meladeni anak perhitungan seperti ini, aku memutar mata didepannya, membawa baju rapi dengan cepat lalu pergi mandi. Melihatnya menghalangiku, aku hanya bisa menyingkirkan dia dengan lenganku.

Aku tidak tau bahaiaman dia bisa tiba-tiba datang meledak begini, menyerangku dengan berkata: " Dasar kau, beraninya kau terang-terangan menggunakan nenekku? "

Kata-kata dia ini, membuatku sangat senang. Aku menghentikan langkahku, dan berbalik melihatnya: " Makanan bisa sembarangan di makan, tapi kata-kata ini tidak bisa sembarangan diucapkan. Bagaimana pun juga anak kecil sepertimu, termasuk yang pendidikannya tidak bagus, atas rata, belakang tidak oke. Kecuali bila kepalaku telah terbentur, barulah aku bisa tertarik padamu. "

" Kau.... Kau berani bilang itu sekali lagi padaku? "

Novel Terkait

Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu