Balas Dendam Malah Cinta - Bab 67 Dion Memasakkan Sarapan Untuk Cindy

Bab 67 Dion Memasakkan Sarapan Untuk Cindy

Hendra meninju ke dinding, namun tidak merasa sakit.

"Kamu sedang berbicara dengan siapa?" Dion yang barusan selesai mandi masih mengenakan handuk, dadanya yang lebar dan masih telanjang pun keluar, walaupun Cindy sudah sering melihatnya tapi dia tetap merasa tubuh Dion benar-benar adalah idaman wanita, tidak heran jika Elsa mencintainya, bahkan dirinya pun.....

"Orang yang mengirim pesanan." Cindy dengan lembut memeluk Dion, jantung Dion berdetak kencang, Cindy hanya merasa nyaman, seperti dirinya benar-benar bisa bergantung pada pria ini, asalkan tidak memikirkan hal yang sudah berlalu, namun dia tidak dapat melupakan masalah itu.

Cindy tahu bahwa sebenarnya tadi dia bisa pergi dengan Hendra, keluarga Elsa sudah hancur, namun, mengapa harus mengatakan keluarga Elsa bangkrut baru akan pergi? Jawaban itu keluar begitu saja, namun dia bahkan tidak berani berpikir, lepaskan dirinya sendiri untuk terakhir kali, terakhir kali, setelah melewati beberapa hari, dia akan pergi.

Konferensi pers keluarga Elsa di tetapkan 3 hari kedepan, itu juga waktu yang ditetapkan pada dirinya sendiri, 3 hari lagi, setelah itu dia akan pergi.

"Memikirkan apa? Begitu fokus, bahkan tidak memedulikanku, kamu bilang harus bagaimana menghukummu." Saat Cindy sedang berpir, Dion tiba-tiba mencium bibir Cindy dengan lembut.

Sebelum meninggalkan Dion dia melepaskan dirinya sekali lagi, hanya sekali ini saja.

Air mata pun memenuhi mata Cindy , medapat balasan Cindy, ciuman Dion semakin mendalam, Cindy hampir tidak bisa bernafas, wajahnya memerah seperti tidak bisa bernafas.

Suatu malam.

Saat Dion terbangun, Cindy berada di sisinya, bulu mata yang panjang bergetar, tidak terlihat seperti dirinya yang biasa begitu keras, saat ini dia terlihat lembut, bibir yang memerah terlihat sedikit bengkak, mungkin karena seseorang terlalu mengeluarkan tenaga semalam.

Kulit yang putih seperti bayi yang baru lahir, kelima indera nya yang sempurna membuatnya tertarik, tidak dapat di pungkiri, dia adalah wanita yang menawan.

Setiap pagi saat terbangun dan melihat seorang wanita yang di cintainya sedang terbaring di pelukannya, benar-benar adalah suatu kebahagian.

Dion tidak bisa menahan dan mencium dahinya, terlihat sangat tulus dan lembut.

Dia tiba-tiba teringat sepasang suami istri yang di pedesaan itu mengatakan bahwa suaminya sering membuat sarapan untuknya, saat itu Cindy sangat tertarik, mungkin dia juga sangat menyukai hal seperti ini.

Kedepannya dia harus menjadi suami yang baik, menjadi ayah yang baik, memanjakan Cindy.

Cindy yang belum terbangun sepenuhnya melihat di sisinya sudah tidak ada orang, memikirkan keadaan semalam membuat wajahnya memerah, bajunya sudah berantakan di lantai, dan tidak dapat di pakai lagi, dia pun mengambil kemeja Dion dan memakainya.

Semalam terlalu keras, sekarang kakinya sedikit pegal dan mati rasa, memikirkan bahwa Dion sudah pergi berkerja dan tidak memanggilnya, huh.

Perutnya sudah berbunyi dari tadi, dia pun berjalan ke dapur untuk mencari makanan.

Saat dia berjalan ke dapur, dia melihat seorang lelaki gagah yang memakai celemek dan sedang memasak makanan, pemandangan seperti ini membuatnya merasa sangat tenang.

"Dion." Cindy memeluknya dari belakang, merasanya aroma badan Dion, betapa baiknya jika semuanya ini nyata, ada seorang pria yang rela tanganya terkena panas deminya, mencintainya dengan tulus, namun semua ini palsu, dia hanya bisa mengingatkan dirinya sendiri bahwa pria ini sangat kejam dan tidak memiliki perasaan.

"Bagaimana, apakah kamu sangat terharu, sebentar lagi saya akan selesai menggoreng telur, kamu tunggu sebentar." Cindy melihat telor yang sudah gosong, sangat hitam dan jelek, membuatnya tertawa.

"Kemampuan saya memasak benar-benar hebat, kamu tunggu saja, jangan mengganggu ku." Dion dengan serius melanjutkan masakannya, terlihat sangat bangga.

Cindy tidak tega mengungkapkan kebenaran hanya diam-diam menunggunya, menahan tawa dan tidak berkata apapun.

"Baiklah." Dion membawa piring, didalamnya ada telor yang sudah hitam dan gosong.

Dion dengan ragu melihat telornya, heran mengapa buatan orang lain berwarna kuning, yang terlihat begitu menarik selera, dan buatannya sendiri malah seperti ini?

Namun dia berbalik melihat Cindy dan sudah melupakan pertanyaan ini.

Mungkin karena dia baru bangun, tubuh Cindy terlihat begitu mempesona, ekspresi wajah yang tidak taat, namun terlihat begitu menarik, memakai kemeja putih yang kebesaran, tubuh yang mempesona, aroma wanita kecil yang menggelilinginya, Dion tanpa sadar menelan ludah, tenggorokannya seketika menggering.

Memikirkan semalam Cindy sudah sangat lelah, dia pun menahan nafsunya, berbalik dan menunjukan telur gorengnya dan membawanya ke depan Cindy.

Cindy sangat menghargainya, mengambil garpu dan memakannya, wajahnya tidak memiliki ekspresi dan hanya mencari susu di kulkas, lalu meminumnya dalam satu tegukkan.

"Enak?" Dion bersiap-siap untuk mendengar, dengan sangat agresif ingin menunggu Cindy memujinya.

Cindy benar-benar tidak tega memutuskan kepercayaan dirinya, dengan senyuman berkata: "Sangat enak, sini, kamu coba."

Dion tanpa ragu pun memakan suapan dari Cindy.

Saat itu dia lebih terfokus karena Cindy yang menyuapinya, apakah Cindy juga sudah mencintainya, pemikiran ini pun muncul di benak Dion, merasakan rasa gosong, dia pun langsung ingin memuntahkannya.

Namun dia mengangkat kepala dan melihat Cindy, dengan jelas berkata, berani-beraninya kamu memuntahkan makanan yang kusuapi.

Dalam intimidasi Cindy, Dion pun menyerah, makanan yang istri ku suapi sangat enak, makanan yang istri ku suapi sangat enak, Dion seperti sedang menghipnotis dirinya.

Makanan asal-asalan yang dia buat benar-benar menakutkan, akhirnya Dion pun menuang segelas susu dari kulkas, setelah meminumnya dia pun merasa agak baikan.

Memikirkan jika Cindy juga memakannya, saat itu dia juga merasa sangat senang, pasti karena ini disiapkan langsung olehnya, namun lain kali dia tidak boleh malu-maluin lagi, besok dia akan pergi belajar dengan koki keluarga mereka, lain kali dia pasti tidak akan membuat istrinya begitu kasihan memakan makanan yang tidak enak.

Dion memutuskan, memlihat dapur yang berantakan, berkata: "Kita makan di luar saja ya."

Cindy menganggukkan kepala, karena dia juga tidak bisa memasak, dia tidak ingin membuat diri sendiri malu di depan Dion.

"Ayuk ke perusahaan." Setelah sarapan Cindy berkata.

Siapa yang tahu bahwa Dion menolak: "Kamu beristirahatlah, kamu tenang saja tenang masalah keluarga Elas." Dion melihat bibir Cindy yang masih bengkak, lehernya juga masih tertinggal bekas ciuman semalam.

Orang lain mana boleh melihat pacarnya yang begitu menggoda, harusnya memang di simpan bagus-bagus.

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu