Balas Dendam Malah Cinta - Bab 41 Mengobati Luka Cindy

Bab 41 Mengobati Luka Cindy

"Bereskan dulu lukamu, baru lanjutkan imajinasimu." Hendra dengan lembut berkata. Menariknya ke tempat ganti pakaian, Dita yang sedang membereskan pakaian melihat mereka bergandengan masuk pun tersenyum berkata: "Hahaha, apa yang terjadi dengan kalian."

Cindy pun memandang ke arah Dita, menyadari tangannya yang digandeng Hendra, Cindy pun berusaha keras untuk melepaskannya, namun Hendra tidak memberikan kesempatan bagi Cindy untuk melepaskannya.

"Lepaskan." Cindy dengan marah berkata, karena Hendra bertindak seperti ini membuatnya terlihat seperti preman.

"Sekarang kamu sedang sakit, saya wajib untuk menjaga mu, menjagamu agar kamu tidak sembarangan pergi." Hendra menjawab, Cindy pun memandangnya sinis, dengan tidak senang berkata: "Siapa yang sakit, kamu yang berpenyakitan kali."

"Aduh, bukan saya ingin berkata, tapi ada apa dengan kalian, jangan saling marah dan bertingkah begitu manis di depanku. Tapi aku mengerti kok, saya akan memberikan ruangan untuk kalian, saya pergi dulu." Dita dengan tersenyum berkata, setelah berkata dia pun pergi.

"Apa yang sedang kamu pikirkan, dimana kotak obat?" Hendra dengan tersenyum berkata, dia sangat ingin bersama dengan Cindy, dia bahkan berharap apa yang dikatakan Dita menjadi kenyataan.

"Kotak obat, kenapa kalian mencari kotak obat?" Dita dengan heran bertanya, dia berpikir bukannya mereka sedang bermarah-marahan lalu akan jadian yah, mengapa tiba-tiba mencari kotak obat.

Hendra mendorong Cindy hingga berjalan ke depan Dita, menaikan poninya dan membuat bekas lukanya terlihat oleh Dita, Cindy memukul tangan Hendra, dengan tidak suka berkata: "Jika kamu begini lagi saya akan memotong gajimu."

"Potonglah, gajiku juga bukan tidak pernah di potong." Hendra mengayunkan tangan tidak peduli, Dita yang berada di samping pun mengacungkan jempol berkata: "Hebat, memang orang kaya." Setelah berkata dia pun berputar melihat Cindy lalu berkata: "Bagaimana bisa ada luka di dahimu, lukanya terlihat parah."

"Bagaimana jika saya mengoper gaji yang kupotong darinya padamu?" Cindy menaikan alis bertanya pada Dita, Dita terlihat senang berkata: "Serius?"

"Mau uang tentunya tidak segampang itu, bantu aku." Cindy tersenyum berkata.

Dita yang mendengar ucapan Cindy pun mengerutkan dahi berkata: "Saya sudah tahu pasti akan begini." Cindy melihat Dita yang kecewa pun dengan nada rendah berkata: "Mau tidak? Kalau kamu tidak mau saya akan memberikannya pada yang lain."

"Mau..mau..mau, mana ada orang yang tidak mau uang, tapi syaratnya jangan terlalu susah ya." Dita mengeluh dan berkata: "Lihatlah syarat yang kamu berikan terkahir kali, apakah itu syarat yang seharusnya dilakukan manusia."

Hendra yang disamping pun tidak bisa menahan tawa, lalu dibentak oleh dua perempuan itu, dengan menahan tawa dia berkata: "Aduh, saya benar-benar tidak sengaja untuk tertawa, jika kamu ingin menyalahkan, salahkanlah syarat yang dikatakan Cindy waktu itu, hahaha, bagaimana harus saya bilang yah, memang bukan manusia."

"Dita syarat pertama adalah usir dia dari ruangan ini." Cindy dengan kesal berkata, sekarang dia benar-benar ingin membunuh Hendra. Mendengar ucapan Cindy, Dita tidak begerak dan terdiam berkata: "Kamu ada berapa syarat, saya tidak mau menyuapi nyamuk lagi." Mendengar ucapan Dita, Hendra lagi-lagi tertawa terbahak-bahak, Cindy pun menahan emosi dan berkata pada Dita: "Gaji dua bulan."

Mendengar itu, Dita langsung menarik Hendra keluar, Hendra terkejut dengan perubahan Dita dan langsung menarik meja berusaha sebisa mungkin untuk tidak ditarik keluar. Dita berusaha keras untuk menariknya, namun bagaimanapun kekuatan wanita tidak dapat dibandingkan dengan pria.

"Bos, lihat lah dia curang, saya tidak bisa menariknya keluar." Dita dengan nada minta tolong berkata.

"Kamu jagan marah dulu." Hendra dengan tergesa-gesa berkata, dia tidak ingin melihat Cindy marah, sebenarnya tidak ingin melihatnya marah hanyalah pura-pura, namun takut jika Cindy marah barulah benar.

Cindy berjalan ke samping Hendra dengan nada suara yang sadis berkata: "Kamu ingin tinggal berapa hari?" Hendra berkata: "Satu hari pun tidak ingin." Walaupun Hendra sangat hebat bertengkar, ditambah lagi dari kecil dia hanya dengan bertengkar baru bisa hidup disuatu tempat. Namun dia adalah orang yang berprinsip, walaupun ada masalah yang betapa besar pun, dia tetap tidak akan memukul wanita, walaupun dia harus masuk rumah sakit karen dipukul wanita itu, karena di dalam hatinya menganggap wanita itu sangat lemah.

Saat kecil, ayah Hendra selalu mabuk dan memukul ibunya, ibunya sangat membenci pria yang mabuk-mabukan, terutama ayahnya, suatu malam, ibunya menggunakan pisau untuk membunuh ayahnya. Hendra yang masih kecil pun ketakutan dan bersembunyi sambil menangis, ibu Hendra yang melihat tangannya sendiri berlumuran darah pun tertawa dan mengayunkan tangan ke arah Hendra, Hendra berlari ke sisi ibunya, ibunya pun berkata: "Tumbuhlah dengan baik, jangan menjadi seperti ayahmu, dia itu bajingan, orang yang tidak berguna." Ibu Hendra dendam dengan ayahnya. Lalu ibunya pun di tangkap, setelah beberapa hari polisi mengatakan padanya bahwa ibunya bunuh diri, dirinya yang masih begitu kecil dan sudah mengalami hal yang begitu sulit pun membuatnya menjadi anak yang bandel, dia pergi bertengkar dengan orang untuk mengobati kesedihannya, setelah dia selesai bertengkar dan mengingat kembali kata-kata ibunya, dia pun tertawa.

"Sudahlah, jangan bermain lagi, Hendra katakanlah, apa yang mau kamu lakukan?" Dita berkata.

"Perban dulu lukanya, setelah itu aku akan pergi." Hendra berkata, sebenarnya dari tadi dia hanya ingin membantunya untuk membungkus luka, namun hampir saja dipukul.

Dita berbalik mengambil kotak obat dan berjalan ke arah Cindy, Hendra mendudukkan Cindy di kursi dan berkata: "Jika orang akan membungkus lukamu maka tunduklah sedikit, kalau tidak bagaimana orang melakukannya."

Dita menggunakan kapas dengan ringan menyentuh luka Cindy, karena alkohol sangat perih, Cindy pun mengerutkan dahinya, Hendra yang melihat keadaan itu pun merebut kapas dari tangan Dita dan membantu Cindy membersihkan lukanya, Cindy sama sekali tidak malu, malah wajah Hendra yang berubah merah seperti apel, mungkin karena dia sudah jatuh hati pada Cindy, Dita pun menahan tawa dan mengeluarkan ponsel untuk memotet mereka.

"Selesai." Hendra berkata, melihat kepala Cindy dibungkus membuat Hendra sedih, dan berkata: "Saya akan melacak siapa yang melakukan ini padamu, lalu akan kuserahkan padamu untuk mengurusnya."

"Berhati-hatilah, jika dia bisa melacakku, dia pasti juga bisa melacakmu, berhati-hati saat berkendara dan berhati-hatilah dengan orang sekitar." Cindy dengan khawatir mengingatkannya, dia tidak ingin karena dirinya malah membuat orang sekitarnya terluka.

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu