Balas Dendam Malah Cinta - Bab 192 Jangan Terlalu Terobsesi

Bab 192 Jangan Terlalu Terobsesi

Ini pun terasa sungguh canggung.

Dion biasanya tidak takut dengan apapun.

Di sisi ibu Dion ada Elsa, Elsa sangat tergesa-gesa, melihat perjamuan yang sudah berlangsung 1 jam, kenapa Dion masih belum muncul?

Ibu Dion menepuk tangan Elsa menyuruhnya untuk tidak tergesa-gesa: "Dion tidak tertarik dengan perjamuan seperti ini, dia sudah sangat sering, namun karena dia sudah bilang akan datang maka dia pasti akan datang.

"Iya." Elsa menganggukkan kepala.

Hanya saja saya belum melihat Dion, dan duluan melihat Cindy.

Bukankah orang yang ada disisi Cindy adalah Hendra, dia bahkan juga datang, kali ini dia ingin ibu Dion tahu bagaimana Cindy yang sebenarnya.

Musuh mungkin memang saling menarik, begitu masuk, Cindy sudah memerhatikan Elsa, dan juga ibu Dion.

Iya, lain kali Dion harus menjelaskan baik-baik pada ibunya, maksudnya kali ini dia tidak sengaja.

"Kita sudah makan malam kenapa harus datang ke perjamuan ini lagi?" Cindy pun menarik Hendra ke samping dengan sangat tidak mengerti.

Hendra membereskan bajunya dengan serius menjawab: "Bukankah aku tidak tahu harus kemana setelah makan, dan pengen bersama dengan mu lebih lama jadi berpikir untuk datang kesini."

Cindy pun tersenyum.

Ternyata, masalah pun datang.

Ibu Dion pun berbicara dengan istri orang kaya, Elsa pun berjalan ke arahnya.

"Cindy, sungguh tidak di duga, kenapa disisimu bukan Dion, sejak kapan berganti orang." Elsa berbicara dengan menusuk.

Cindy melihat wajah Elsa, dia pun sangat ingin menamparnya berkata: "Bukankah ini yang ingin kamu lihat? Oh iya, kapan Dion akan menikahimu?"

Hendra hanya melihat dengan diam dan merasakan suasana menusuk dari mereka, sungguh menakutkan, perdebatan antar wanita sungguh mengerikan.

"Masih belum tahu, sekarang aku sudah tinggal di rumah mereka." Elsa melihat jarinya berkata dengan sombong.

Jika Cindy bukan karena nama baiknya yang selalu lembut, dia pasti sudah melawannya: "Kalau begitu selamat, oh iya, sebagai saudaramu, aku ingatkan kamu, lindungi baik-baik anak di kandunganmu."

Membicarakan anak di kandungannya, wajah Elsa pun berubah.

Saat ini juga, Dion menggandeng seorang wanita masuk.

Ada orang dari lahir sudah sangat menawan, Dion begitu masuk pun menarik banyak orang yang ingin minum dengannya, banyak orang yang ingin dekat dengannya, wanita desa di sisinya terlihat begitu patuh.

Cindy dan Elsa memiliki pemikiran yang berbeda.

Cindy sedang memikirkan di mana papan cuci baju di rumah, dan Elsa melihat orang yang ada di sisi Dion pun merasa sangat kesal.

"Dion mengganti pasangan? Aku lihat wanita ini tidak sebanding denganmu, kelihatnnya dia sudah bosen denganmu." Cindy pun terus membuatnya marah, sekarang pandangan orang luar tidak lagi padanya yang bertengkar dengan Dion.

Hendra melihat Cindy seperti itu, merasa heran bahwa Cindy berubah begitu banyak, awalnya mengira masalah Dion akan membuatnya sedih sangat lama, tidak mengira dia akan begitu cepat membaik dan bahkan bisa membuat Elsa marah.

"Ha, tidak tahu siapa yang diusir dari rumah beberapa hari yang lalu." Elsa pun sudah sangat marah dan mulai mengeluarkan kata yang menusuk.

Cindy pun terdiam, tidak terpikirkan wanita ini bisa berkata begitu, dan berusaha untuk berpura-pura bahwa dia merasa sedih.

"Elsa, kamu..." dia pun terlihat sedih, aktingnya sungguh sempurna, Cindy pun terpikir, namun tidak terlihat di wajahnya.

Ternyata, masih seperti dulu, cinta harus di taruh didalam hati, masalah Dion pun tetap menganggunya.

"Cindy, jangan seperti mereka, masalah yang sudah berlalu biarkan berlalu, ayo kita melihat disana." Hendra pun ingin menarik tangan Cindy.

Cindy juga tidak ingin bersama dengan Elsa lagi, dia pun berpura-pura sudah tidak bisa menahannya, apalagi, dia dan Hendra datang hanya untuk ini.

"Hendra, terima kasih." Cindy berkata.

Hendra pun mengambil bir berkata: "Tidak apa-apa, kamu mengerti hatiku sudah bagus."

Dion melihat Cindy tatapan mereka pun bertemu.

Dion sudah melihat Cindy, tentu juga melihat Hendra yang ada disisinya, tatapan Cindy pun terlihat tidak senang, kenapa berjalan kemana pun bisa bertemu, Dion pun menarik turun tangan Rena dari lengannya, dan berjalan kearah lain.

Rena yang melihat Dion berjalan pergi pun mengikutinya.

Dion hampir saja memarahinya.

Cindy dengan dingin menghindar dari Dion dan pandangannya itu sangat dingin.

Elsa yang diam-diam melihat mereka pun merasa pasti dengan kenyataan yang dia lihat, Cindy dan Dion yang begitu dingin kelihatannya bukanlah akting.

Tentu, tatapan Dion yang dingin terhadap Hendra, Elsa tidak melihat dengan jelas.

Cindy tahu jika perjamuan ini akan ada banyak orang yang melihat, dia pun merasa jika begitu terus bagaiman jika ada yang mengetahuinya.

"Saya tidak ingin melihatnya, ayo kita pergi." Dia, Hendra tahu itu siapa.

Mereka berdua pergi ke taman, duduk di bangku panjang melihat bintang, ada beberapa bintang yang bersinar.

"Hendra, kamu bilang apakah kedepannya juga akan begitu tenang." Cindy mengangkat kepala, berpikir.

"Suatu hari pasti akan." Hendra tersenyum.

"Sebenarnya asalkan kamu tidak berbuat apapun, bukankah akan sangat tenang?" Cindy pun berkata pada Hendra.

Anthony pernah berkata jika Hendra sekarang sedang melakukan hal besar, saat di Amerika, Anthony sudah menyelidiki penelitian itu ada campur tangan dari Hendra, itu adalah tempat virus, sebenarnya apa yang ingin Hendra lakukan?

"Semua yang saya lakukan hanya untuk kembali ke semula, kamu selalu berada disisiku, tidak ada Dion." Hendra berkata, berharap pada dukungan dan pengertiannya.

Namun.

"Tidak mungkin kembali seperti dulu, Hendra, kamu jangan begitu tergila-gila, kamu adalah kakakku." Cindy berkata.

Ada angin yang meniup, Cindy pun mendengus, Hendra pun memberikan mantel padanya berkata: "Saya bawa kamu pulang ya."

Bintang sedang berkedip, perjamuan pun sudah selesai, Dion pun dibawa ibunya pulang.

Dion menundukkan kepala, dengan sangat tulus mendengar ajaran ibunya. Sebenarnya pikirannya sudah tidak tahu berlari kemana.

Dari kantong nya pun terdengar ponsel yang berdering, ibunya akhirnya berkata: "Pergi jawab teleponmu."

Dion pun sangat berterimakasih dengan telepon itu, suara Dita: "Kamu tahu Cindy kemana tidak?"

Dion mengerutkan dahi: "Malam ini dia keluar dengan Hendra, sampai sekarang belum kembali?"

"Saya tidak dapat menghubungi mereka." Dion melihat jam, sudah jam 12, perjamuan sudah selesai 2 jam yang lalu.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu