Balas Dendam Malah Cinta - Bab 265 Obat Penangkal Sudah Ada Titik Terang (2)

Bab 265 Obat Penangkal Sudah Ada Titik Terang (2)

"Dion, kamu mau kemana lagi?" ibu Dion yang begitu masuk dan melihat Dion bersiap-siap untuk keluar pun merasa pusing.

Dion juga pusing, berkata: "Ibu, saya janji setelah semua masalah selesai aku akan beristirahat, saya hanya keluar membereskan masalah, jangan lupa, anakmu adalah ketua, saya sudah hampir 1 bulan tidak kembali ke perusahaan."

"Semalam kamu baru terluka, hari ini kamu malah ingin pergi lagi, masalah perusahaan pasti akan ada yang bisa mengurusnya." Ibu Dion berdiri di depan pintu, menghalang Dion keluar: "Jangan-jangan masalah Cindy lagi yah."

Dion memegang kepalanya: "Persaingan pasar sangat ketat, saya harus pergi mengurusnya, anakmu hanya sedikit terluka, tidak akan mati, sekarang ada masalah perusahaan yang harus aku atasi, saya berjanji, setelah menyelesaikan masalah itu langsung kembali ke rumah sakit untuk istirahat."

Ibu Dion pun tidak bisa melawan Dion dan hanya menganggukkan kepala: "Besok langsung kembali ke rumah yah, bagaimanapun rumah sakit tidak senyaman rumah."

Dion menganggukkan kepala dan keluar dari kamar.

Winny juga pernah bekerja sama dengan Ryan, jadi sudah mengerti dengan sikap masing-masing, professor Ryan memang sudah lama dibidang ini, tapi dia terlalu mementingkan ketenaran dan hasil penelitian, seperti kelahiran kembali, barusan menyelesaikan penelitian dan begitu cepat sudah membuat skripsinya, termasuk obat penangkal kali ini, jika penelitian ini berhasil, dia pasti akan menulikan skripsi lagi, dan Winny paling membenci orang yang mementingkan ketenaran.

Tapi dalam penelitian obat-obatan, kerjasama mereka sangat baik, karena pemikiran mereka yang sama jadi tidak banyak pendapat yang bertentangan, tentunya selain penolakan tim Ryan.

"Winny, keluar sebentar." Dion pun melambaikan tangan pada Winny yang sedang sibuk.

Mereka berdua memakai baju penelitian berwarna putih, sesuai logika, Dion memang menganggu mereka, professor Ryan pun menggerutkan dahi, yang paling mengesalkan adalah saat melakukan penelitian dan ada orang luar yang menganggu.

"Apakah kamu kenal Aron?"

Ekspresi Winny tidak berubah: "Aron yang mana, nama ini terlalu kuno."

"Peneliti yang dulu meneliti kelahiran kembali bersamamu, dia masih hidup, dan selama ini dia meneliti obat penangkal kelahiran kembali, dan sudah ada titik terang." Wajah Winny pun berubah, dari wajah yang tidak berekspresi hingga terlihat senang.

"Dimana dia?" Dion membuka ponsel, dilayar terlihat seorang pria amerika berambut emas.

"Halo, Winny." Orang dilayar pun menggunakan bahasa inggris menyapanya: "Lama tidak bertemu."

Winny karena terlalu senang hingga tangannya gemetar, di dalam matanya ada airmata: "Benar-benar kamu, kamu masih hidup."

Dulu, orang yang selalu bersamanya setiap hari di ruang penelitian, semuanya terbayang di otaknya, awalnya mengira tim yang mengikutinya semua sudah mati, tidak terpikirkan sekarang dia masih hidup dan membawakan bantuan yang begitu besar baginya.

"Kelihatannya benar." Dion pun menyimpan ponselnya: "Aku akan mengutusnya secepatnya kembali, kalian bekerja samalah dengan baik, saya yakin penelitian ini akan secepatnya berhasil."

Winny menganggukkan kepala, tidak bertanya lagi, wajahnya terlihat begitu tidak percaya dan kembali ke ruang penelitian, bahkan dia pun sampai menjatuhkan sesuatu.

Dion juga sangat senang karena masalah ini, memikirkan makan malamnya hari ini dengan Roman, dia pun dengan senang meninggalkan tempat penelitian, walaupun besok mungkin tidak akan sesenang ini lagi, tapi akhirnya dia mendengar kabar baik.

"Agung, periksa pria yang ada di rumah Elsa." Agung bahkan bisa mendengar Dion yang begitu senang dari telepon."Dan bagaimana dengan masalah kota Sanggit ?" selama ini sungguh menyusahkanmu, tunggu semuanya selesai aku akan memberikanmu libur panjang agar kamu dapat berisitirahat."

Agung mengucek mata berkata: "Hendra memesan pesawat besok, keluarga Tanusaputra sekarang ini masih sangat tenang, ketua Dion, kenapa ada suara mobil di sisimu?"

"Saya sedang diluar."

"Jarak dengan jam 6 masih sangat jauh, jadi belakangan ini ada banyak file yang harus di tanda tangani di perusahaan." Agung pun berkata, walaupun Dion memberikan kekuasaan yang besar padanya, namun jika Ketua benar-benar tidak perlu mengurus semuanya, maka posisinya juga bisa dengan gampang direbut, kekuasaanya juga akan segera dirampas.

Jika Dion yang biasanya pasti akan mengerutkan dahi mengatakan bawahannya bahkan tidak bisa mengatasi hal kecil dengan baik, perusahaan mengaji mereka begitu mahal untuk berdiam saja? Tapi karena mood nya yang sedang baik, dan takut jika ibunya akan menurunkannya dari posisinya, jadi dia pun menganggukkan kepala.

Dion yang sudah menutup telepon pun tidak melihat Agung yang sudah membawa banyak file dan mengatakan panggilan dari ketua.

Roman melihat jam dan masih 10 menit sudah jam 6.

Di ruang privasi yang besar hanya ada dia seorang, di kota Rao Roman tidak memiliki kenalan, walaupun tahu sekarang Derek mungkin sudah terbaring di rumah sakit, namun dia tidak bisa menyuruh orang untuk membunuhnya.

Besok ada rapat keluarga, Roman harus bisa mengambil bukti dari tangan Dion akan bisa membuktikan Hendra bukanlah penerus keluarga, bahkan ingin keluarganya membunuh Hendra.

Orang yang membawa masalah besar bagi keluarga Tanusaputra. Jika bukan karena Hendra mengambil posisinya, dia pasti tidak akan bekerja sama orang itu untuk menurunkan Hendra dari posisinya.

Tidak harus sampai membuat keluarga Tanusaputra mengalami bahaya.

Semuanya karena Hendra.

Dion membuka pintu, memakai jas Armani, kelihatan tidak ada perbedaan dengan foto, hanya saja wajahnya terlihat pucat, benar-benar tidak terpikirkan jika dia baru terluka semalam.

Lama sudah mendengar namamu, orang hebat di kota Rao yang bisa membuat Hendra tidak tahu bagaimana---Dion.

"Hidangkan makanannya." Roman pun memangil pelayan, pelayan mengiyakan dan keluar.

Kamar yang besar pun hanya tersisa mereka berdua.

"Pertama kali bertemu, mohon kerjasamanya, aku Roman." Roman pun tersenyum.

Dion mulai berpikir, pebisnis jika berpura-pura tersenyum adalah hal yang lazim: "Halo, aku Dion."

"Kita tidak perlu memberikan isyarat, tujuanku datang mencarimu, kamu juga tahu." Mereka berdua pun duduk.

Dion pun menganggukkan kepala: "Bukti ada disini." Dion pun menarut amplop coklat di atas meja.

Roman memutar putaran dimeja dan ditahan oleh Dion, Roman pun menatap Dion.

"Kenapa, ketua Dion tidak percaya padaku?"

Dion tersenyum: "Kamu tahu jika Hendra memesan tiket pesawat besok ?"

Roman mengecilkan mata: "Kenapa kamu tahu? Besok adalah rapat keluarga kota Sanggit , Hendra tidak mungkin tidak hadir."

Dion pun melepaskan tangannya, putaran meja pun berputar, amplop coktat pun ada di hadapan Roman: "Dulu, keluarga membeli saham pesawat, jadi tahu sedikit informasi."

Roman pun membuka amplop, di dalam ada sebuah CD.

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu