Balas Dendam Malah Cinta - Bab 4 Dipaksa Untuk Tinggal

Bab 4 Dipaksa Untuk Tinggal

Kata-kata Cindy dan penampilan Cindy membuat Hendra terkejut, wajahnya pun terlihat berbeda dan terdiam sejenak lalu berkata: "Nyonya, banyak hal yang harus kamu urus di klub malam, tinggal disini mungkin tidak begitu baik?"

Hendra menyukai Cindy dan dari awal Cindy sudah mengetahuinya. Namun bayangan ayahnya masih membuatnya tidak percaya terhadap pria, ayahnya bahkan bisa mengusir dia dan ibu dari rumah, dan membiarkannya menderita sejak kecil. Itulah yang membuat dirinya tidak pernah ingin bergantung pada pria untuk menjalankan hidup.

Melihat Hendra yang menahan kemarahan, dia pun berputar dan berkata dengan suara dingin: "Jangan beromong kosong, apakah kamu tidak bisa mengurusnya?"

"Baiklah! Saya akan menjemputmu dua hari lagi."

Hendra melihat belakang Cindy dan melihatnya tidak berbalik maupun berkata, dengan suara rendah berkata kepada kedua bodyguard: "Ayo!" dan berjalan keluar dari ruang tamu.

Mendengar langkah kaki mereka, Cindy pun menoleh dan hanya melihat bayangan Hendra.

Didunia ini selain ibunya yang telah meninggal tidak ada lagi orang yang baik kepadanya kecuali Hendra. Walaupun dia terlihat dingin namun dia banyak membantunya di klub malam, bahkan dia mejaganya dari lelaki-lelaki jahat.

Memikirkan dirinya telah dikotori oleh Dion, matanya seketika menjadi kabur. Baru saja menahan kesedihan,terdengar suara Dion yang berkata: "Jelas-jelas ada orang yang baik kepadamu, namun kamu malah menggerogotiku, apakah kamu tahu? Wanita sepertimu pantas diperlakukan seperti ini."

Dion berdiri di tangga lantai 2, nada suaranya terdengar marah dan sinis, dari ketinggian pandangannya terlihat sangat merendahkan Cindy.

Dari kecil Cindy tumbuh di lingkungan yang sangat buruk, orang seperti apapun dia pernah melihat, kata sekasar apapun dia pernah mendengar. Dia bahkan tidak peduli bagaimana Dion memandangnya, dan dengan dingin berkata: "Tidak peduli betapa baiknya dia, dia tetap hanyalah bawahan, bagaimana bisa dibandingkan denganmu Dion."

Cindy melipat kedua tangannya didepan dada dan dengan angkuh berkata, berputar badan dan masuk kamar, terdengar suara Dion dengan dingin berkata: "Kalau begitu akan kubiarkan kau merasakan bagaimana rasanya menjadi wanitaku!"

Walaupun anak itu hanya bersama Cindy selama 3 hari, namun Cindy sangat mengkhawatirkannya, mungkin itu adalah sifat seorang wanita. Setelah berada lama di dalam kamar, melihat keluar ternyata hari sudah gelap, dan perutnya sangat lapar, disaat dia kelaparan dia justru memikirkan anak itu. Bagaimana jika dia begitu kecil, kalau haus dan lapar dia hanya tau menangis, bahkan katapun tidak bisa mengucap, bagaimana jika tidak ada yang menjaganya, dia harus berbuat apa?

Tidak tahan berdiam didalam kamar, sejenak ragu, dia pun membuka pintu kamar dan menanyakan pada seseorang keadaan anak itu.

Diluar ruang tamu terlihat berdiri lebih dari 10 bodyguard, dia baru saja keluar dan pandangan dingin dari bodyguard itu sudah tertuju padanya dan membuatnya hanya bisa kembali ke ruang tamu. Didalam kamar seorang bawahan pun tidak terlihat, memikir Dion mungkin berada di lantai 2, diapun berjalan ke arah tangga menuju lantai 2.

Ditingkat 2 ada lebih dari 10 kamar, ini adalah rumah yang Dion tinggal sendiri, dengar-dengar orang tuanya tinggal di rumah peninggalan, jadi kamar ini semuanya kosong. Cindy pun mencari disetiap kamar, setelah mencari 7 sampai 8 kamar juga tidak menemukan Dion. Tubuhnya yang mulai melemah, hanya bisa menghela nafas dan menyandar didinding untuk beristirahat.

Namun belum beristirahat setengah menit, pintu di sampingnya terbuka, sebuah tangan meraihnya dan menariknya masuk. "Bang", suara pintu tertup keras dan membuatnya terkejut.

"Kamu..."

"Kenapa? Begitu cepat sudah merasa bosan dan naik untuk mencariku, benar-benar bejat." Dion menyodori Cindy kedinding, menatapnya dengan dingin dan kata-kata yang dia lantarkan sangatlah kasar.

"Dimana anak itu! Sudah begitu lama, dia pasti lapar, apakah kalian memberinya makan?"

Cindy mengangkat kepalanya, lampu didalam kamar yang begitu terang membuat mata terlihat bersinar, dia mengedipkan mata melihat Dion, Dion dengan senyum tipis yang sinis berkata: "Sudah saya bilang, selama kamu tinggal disini, anak itu akan baik-baik saja."

Cindy baru saja ingin berbicara, Dion lagi-lagi meraih lengannya dan melemparnya ke tempat tidur, dia bahkan tidak ada tenaga untuk melawan, hanya bisa melihat Dion yang semakin mendekatinya.

"Kamu pikir utangmu 3 hari lalu sudah selesai? Aku hanya sibuk mengurus pernikahan dan tidak ada waktu memperdulikanmu, karena sekarang saya sudah punya waktu, saya akan menghitung utangmu baik-baik."

Dion tersenyum sinis, Jingyu belum menyadari arti perkataanya dan Dion telah mengeluarkan handuk dari atas ranjang untuk mengikat Cindy. Cindy yang ketakutan pun ingin melarikan diri , namun Dion sudah menahan lehernya.

Nafasnya terhenti membuat matanya menjadi merah, dia pun menendangnya, namun Dion menghindari tendangannya dan memegang dagunya lalu berkata: "Nyawa anak itu ada ditanganmu, kamu pikirkan sendri apa yang harus kamu lakukan!"

"Apakah... kau akan membunuhku?"

Cindy menahan keadaannya yang tidak bisa bernafas dan dengan suara serak bertanya, tapi ini malah membuat Dion tertawa: "Nyawa yang bejat sepertimu, wanita bejat sepertimu, saya tidak akan mebunuhmu, hanya akan memainkanmu."

Lehernya diikat di atas ranjang dan kedua tangan dan kaki juga diikat secara terpisah pada ranjang. Cindy terpikir bahwa dirinya juga pernah melakukan hal yang sama pada Dion, jika dia ingin membalas dendam juga merupakan hal yang lazim.

Lagipula dia dan Dion sama sekali tidak memiliki dendam, hanya karena dirinya memiliki dendam dengan Elsa malah menyakiti orang yang tidak bersalah, dalam hati Cindy juga merasa bersalah. Oleh karena itu, ketika Dion mengikatnya dan dia memikirkan bahwa anak itu telah diambil Dion, dia pun tidak berkutik seakan tidak peduli terhadap segala hal yang akan Dion lakukan padanya.

Dion tersenyum sinis dan melepaskan semua pakaian Cindy, pisau digenggamannya pun diarahkan kedada Cindy. Senyuman pada wajah Dion semakin besar dan berkata: "Cindy benar-benar adalah pengecualian dari semua wanita, ketidaktakutanmu terhadap hidup dan mati membuatku kagum."

Tangan yang memegang pisau itu mengeluarkan sedikit tenaga dan Cindy pun mengerutkan dahi karena kesakitan, terasa aliran darah yang panas mengalir melewati tubuhnya hingga ranjang, namun handuk yang mengikat lehernya membuatnya tidak bisa bernafas. Meskipun kesakitan, dia tetap tidak berani bergerak, hanya melebarkan mata menatap Dion yang tertawa sinis dan menahan air matanya agak tidak keluar.

Lelaki ini benar-benar berbeda dengan lelaki umumnya, jika ada dendam dan tidak dibalas bukanlah lelaki sejati. Namun ini adalah kesalahan yang Cindy lakukan sendiri dan dia harus membayar kesalahannya.

Pisau pun mengarah pada perutnya, memikirkan tubuh yang membuatnya percaya diri, kedepannya akan terlihat berbekas, membuatnya terlihat sedih. Rasa sakitpun seketika terasa, walaupun dia berusaha kerasa menahannya, akhirnya dia mengeluarkan jerit kesakitan.

"Bagaimana rasanya diiris tubuhnya? Nikmatkah?"

Setelah Dion mengucapkan kata-kata kasarnya, Cindy akhirnya meneteskan air mata.

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu