Balas Dendam Malah Cinta - Bab 18 Ibu Dion Ingin Menemui Calon Menantunya

Bab 18 Ibu Dion Ingin Menemui Calon Menantunya

"Hahaha, kamu bereskan dulu dirimu sendiri, jika tidak saya tidak bisa melaporkannya padamu, hahaha." Hendra melihat Cindy dan berkata, karena style mu benar-benar seperti orang gila.

"Ish." Cindy melihat Hendra dengan sinis dan pergi.

Kring...

"Paman Harto, sudah dapat hasilnya?" Hendra berkata di telepon.

Orang yang sedang berbicara dengannya memiliki suara yang lebih serak dibandingkan dengan Cindy, dia berkata: "Hendra, saya sudah menemukannya, adalah seorang pria yang bernama Santo yang memanggil sekelompok orang untuk melakukannya."

"Santo?" Hendra dengan heran bertanya, "Siapa orang itu, kenapa saya sama sekali tidak pernah mendengar namanya."

Paman Harto berkata: "Ini saya masih belum dapat hasilnya, namun saya sudah menyuruh orang untuk melacak CCTV di rumah Elsa dan melihat dia pernah masuk ke rumahnya."

"Elsa, ternyata dia lagi." Hendra dengan tegas berkata, wanita ini selalu mencari masalah dengan Cindy, tapi kali ini sudah keterlaluan.

"Hendra, bagaimanapun untuk sementara jangan lakukan apapun, Jordi belakangan ini mengawasi dengan ketat." Paman Harto berkata dengan serius, Hendra tumbuh bersamanya, dia pasti sangat jelas jika Hendra menyukai Cindy, dia tidak ingin Hendra dalam bahaya.

Keesokan paginya, Dion terbangun karena suara Tian, Dion membuka mata dan melihat Tian sudah duduk diatas badanya dan bermain dengan sangat senang, Ibu Dion pun berdiri di samping ranjang dengan senang melihatnya.

Dion kehabisan kata-kata melihat tingkah mereka, dengan suara serak Dion berkata: "Ibu, apa yang kamu lakukan." Mendengar suara Dion, Tian yang masih belum megerti apapun tapi mendengar arah datangnya suara pun merangkak menujunya dan langsung duduk di wajah Dion sembari tertawa terbahak-bahak.

Menahan dudukan Tian, Dion pun mengangkat Tian dari wajahnya, ibu Dion yang melihat anaknya mulai marah pun cepat-cepat menggendong Tian, Dion berkata: "Ibu, cepat bawa dia pergi."

Tian begitu meninggalkan Dion pun menangis, Dion melihat keadaan tidak membaik pun langsung membalik badan dan meredam emosi dengan wajah yang tersiksa berkata: "Kamu duduk, duduklah."

Ibu Dion pun tertawa lepas, Tian kembali duduk di ranjang, namun kali ini tidak duduk di wajah Dion namun merabah wajah Dion, seperti membalikkan wajahnya.

"Kamu lihat anakmu begitu baik, takut jika kamu kesepian." Ibu Dion berkata. Merasa gerakan Tian dia pun membalikkan badan dan melihat Tian mendekatkan wajahnya dan mencium wajah Dion, setelah mencium wajahnya penuh makna, Tian pun tertawa bahagia, melihat ini Ibu Dion pun tertawa.

Dion mengelus wajah Tian merasa sangat senang, walaupun bukan anak kandungnya, namun sangat baik padanya dan sampai menciumnya.

Membalikkan badan dan mengeluarkan tisu dan berkata pada Dion: "Hapuslah, " Dion mengambil nya dan berkata padanya ibunya: "Hapus? Apa yang harus dihapus."

"Tentu saja wajahmu, anak bodohku." Ibu Dion sembari berkata menyodorkan cermin padanya. Setelah Dion melihat wajahnya, dia pun terdiam, setelah melihat itu Tian langsung merangkak ke pelukan ibu Dion. Ternyata Tian menyisakan ingus di wajahnya.

"Kamu menakutinya." Ibu Dion berkata.

Setelah mendengar itu Dion langsung membersihkan ingus di wajahnya dan menggendong Tian, Tian tidak ingin dipeluknya, Ibu Dion berkata: "Kamu lihat, sudah saya bilang kan berlaku baiklah padanya, anakmu sudah tidak suka padamu."

"Kalau begitu saya tidur dulu, beritahu Tian, sesudah ayah bangun akan membawanya menemui ibunya." Setelah mengatakan itu Dion pun menutup selimut dan tidur.

Ibu Dion dengan raut yang tidak puas melihat Dion dan memukul selimutnya, berkata: "Huh, kamu hanya tahu tidur, pulang ke rumah juga tidak menemaniku, Tian bahkan lebih mengerti darimu." Begitu mendengar ada yang memanggilnya, Tian terlihat begitu senang.

Sampai siang hari, Dion baru keluar dari kamar dengan rambutnya yang berantakan, dia mencari Tian dan ibunya namun tidak menemukan mereka.

Menanyakan pada seorang pembantu: "Dimana ibu dan anakku?"

Pembantu menundukkan kepala dan menjawab: "Nyonya menyuruhku memberitahumu jika ingin bertemu tuman muda kecil maka bawa ibunya kemari, jika tuan muda sudah berpikir jelas, temui Nyonya di taman."

Setelah Dion mendengarnya, membalikkan badan dan pergi ke taman.

Sore yang indah, taman terlihat seperti keemasan, Ibu Dion dari dulu sangat suka melihat pemandangan ini, dia bilang suasana seperti ini membuat orang mengingat masa lalu mereka, dan juga sebagai saksi perubahan dari pagi menjadi malam. Namun, sifatnya ini sama sekali tidak menurun pada Dion.

Dion diam-diam berjalan di belakang Ibunya, menutup mata ibunya dengan tangannya, Ibu Dion tersenyum berkata: "Si tampan darimana ya?"

Dion melepaskan tangannya, sedikit pun tidak malu dan berjalan di depan ibunya berkata: "Siapa lagi, pastinya adalah saya."

Ibu Dion tidak melihatnya dan melihat buku sembari berkata: "Sebagaimana tampan pun tidak berguna, bawa menantu ku pulang untuk aku lihat."

Dion membalikkan badan dan berkata: "Tidak perlu terburu-buru."

"Masih tidak buru-buru, tubuh ibumu sudah tidak bisa menunggunya." Setelah berkata dia pun terbatuk. Dion terdiam melihat ibunya, sedikit pun tidak bermaksud membujuk ibunya.

"Tubuhmu masih sangat sehat, jangan pikr saya tidak tahu, jangan berpura-pura lagi." Dion pun mengekspos kebohongan ibunya tanpa ragu. Ibu Dion melototinya dan berkata: "Kondisi tubuh ibumu ini begitu tidak pentingkah? Huh, saya sudah marah."

Buku yang ada di tangannya ditutup seperti anak kecil yang ngambek, Dion kehabisan kata-kata melihat ibunya dan berkata: "Kalau begitu kamu bilang, bagaimana tubuhmu baru bisa sehat."

Ibu Dion membalikan badan dan berkata: "Bawa pulang Ibu Tian, saya ingin melihat menantuku." Wajahnya terlihat begitu senang seperti anak-anak.

"Tidak bisa, dia tidak bisa datang." Dion pun menolak permintaan ibunya.

"Kenapa, saya ingin melihat secantik apakah menantuku." Ibu Dion sembari berkata mengambil satu foto dari buku, terlihat foto mereka berdua yang berdiri bersama-sama menggendong Tian di acara pernikahan.

"Ini, darimana kamu mengambilnya." Dion terkejut melihat foto di tangan ibunya, dia mengambil foto ini dan melihat mereka bertiga di dalam foto itu dan memang mereka bertiga sungguh terlihat seperti keluarga.

"Tentu saja itu foto dari fotografer di acara pernikahanmu, demi berterimakasih dengannya, saya memperkerjakannya sebagai fotografer keluarga kita." Ibu Dion terlihat begitu senang sembari berkata, wajahnya terlihat begitu bahagia.

Dia mengoyak foto itu menjadi dua, Ibu Dion sangat terkejut sampai menjerit, Dion dengan tenang berkata: "Jangan harap ada hal seperti ini lagi kedepannya."

Mereka berdua duduk di taman, ibu Dion masih memkirkan foto yang dia koyak tadi, ibu Dion berkata: "Anakku, dimana ibu Tian?"

"Tidak tahu." Dion meneguk bir berkata.

Ibu Dion terkejut dan menoleh pada Dion, dengan serius berkata: "Bagaimana bisa kamu tidak tahu, kamu pasti tahukan, anak ini tidak boleh tidak memiliki ibu."

Novel Terkait

Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu