Balas Dendam Malah Cinta - Bab 82 Kamu Ingin Membunuhku?

Bab 82 Kamu Ingin Membunuhku?

"Kamu ingin membawaku kemana?" Cindy menepuk pundak Dion.

Memikirkan hal yang mungkin akan terjadi selanjutnya, hati Cindy sangat kesal, sekarang dia tidak ingin terjadi sesuatu antara dirinya dengan Dion, dia sangat tidak ingin.

Pria ini,berulang kali mempermainkannya, mempermainkan perasaannya, memanfaatkannya, bahkan membuatnya, Dita, Hendra tidak berhenti berada didalam bahaya, dia mana mungkin bisa memaafkannya.

"Dion, saya membencimu."

Dion melempar Cindy ke tempat duduk, mendengar ucapan Cindy yang penuh dengan kebencian, seketika dia tercengang, namun segera bersandar.

"Tidak apa-apa, walaupun kamu membenciku, saya juga akan berusaha sebisa mungkin untuk membuatmu berada di sisiku." Dion pun mencium bibirnya.

Anthony melihat semuanya dari kamera, dia bahkan sambil menikmati segelas teh, uap dari teh pun menghalangi pandangannya, hanya terlihat senyuman di wajahnya.

"Elsa, wanita ini benar-benar sama dengan ibunya." Anthony berkata, hanya saja saat membicarakan ibunya, suaranya semakin berat.

Tangannya seketika mengeluarkan keringat dingin, walaupun wajahnya masih terlihat santai, namun bawahannya tahu jika pria yang bernama Antohny ini sedang marah.

"Saya segera pergi mengatasinya." Bawahannya pun langsung dengan hormat berkata.

Jari Anthony yang panjang di angkat: "Tunggu." Ini adalah tangan yang sangat di jaga, bahkan tidak terlihat ini adalah tangan dari pria yang sudah berumur 40-an.

"Jika wanita itu sangat kekurangan pria, kenapa tidak memuaskannya." Masih dengan nada suaranya yang tenang, namun ucapannya yang bisa menghancurkan wanita itu.

"Lalu bagaimana dengan nona Cindy?" bawahannya sudah mengikuti Anthony selama kurang lebih 10 tahun, namun dia tidak tahu Cindy ini seberapa penting, hingga membuat Anthony begitu menjaganya.

Anthony menaikan matanya dan terlihat tersenyum, memikirkan Dion yang menggendong Cindy pergi, dengan lembut dia tertawa: "Pasangan yang sedang berseteru, untuk apa kita pergi meramaikan."

Bawahannya tampak heran, belakangan ini terjadi banyak masalah, namun dia merasa Anthony sangat susah di tebak, tidak heran jika dia menjadi ketua mafia.

"Oh iya, ada lagi, ikuti terus Hendra, anak itu tidaklah mudah." Anthony menunduk sambil meminum teh, kebijakannya tersembunyi di tatapannya yang telihat santai, tidak ada orang yang bisa menebak apa yang sedang ada di pikirannya.

Cindy merasa waktu sangatlah panjang, akhirnya dia pingsan, saat membuka mata, dia hanya melihat wajah yang gagah yang sangat dekat dengannya, dia sedang berada dipelukan pria itu, kelihatannya sangat mesra, namun faktanya, hanya merekalah yang tahu, mereka berdua sangat dekat, namun hati malah sangat jauh.

Cindy pun duduk, karena Dion minum terlalu banyak bir dan semalam juga terlalu kelelahan, membuatnya tidak sadar.

Dari tas, Cindy mengeluarkan pisau, ini adalah kebiasaannya setelah keluar dari keluarganya.

Dion masih belum sadar, asalkan dia bisa menusukkan pisau ini di dada Dion, maka, dendam Dita dan dendamnya selama ini pun sudah akan berakhir.

Namun dia ragu.

Kebencian yang mendalam membuat tangannya yang memegang pisau pun bergetar.

Saat dia mulai ragu, Dion pun membuka matanya, melihat keadaan ini membuatnya tidak percaya: "Kamu ingin membunuhku?"

Dengan lantang, melihat Dion dengan penuh kebencian: "Dion, sudah saya bilang, saya sangat membencimu, saya sangat membencimu hingga ingin membunuhmu."

Pisau itu pun tanpa ragu di tusuk pada pundak Dion, Dion tidak bergerak dan menahan tusukan ini.

Cindy melototinya, mata yang indah penuh dengan airmata: "Mengapa kamu tidak menghindar."

Darah segar pun mengalir , lukanya sangat dalam, sedang mengalirkan darah segar, melihat itu membuat Cindy sangat sakit hati.

"Bukankah ini kemauanmu?" tatapan Dion sangat menusuk, ucapannya juga sangat menusuk.

Seketika Cindy tidak tahu harus melakukan apa, perasaannya sangat kacau, dia hanya tahu jika dia sangat kacau, benar, melihat darah Dion yang mengalir membuatnya sangat kacau.

"Kenapa kamu tidak menusuk kesini." Dion menunjuk pada jantungnya: "Jika kamu tidak membunuhku, aku akan terus mengganggumu."

Dion menarik tangan Cindy, menaruh pisau pada bagian dadanya, memaksa Cindy: "Tusuklah, tusuk kedalam."

Cindy tidak henti menggeleng kepala, tangannya sudah tidak bisa memegang pisau dengan baik.

"Dreng" suara pisau jatuh ke lantai.

Wajah Dion terlihat tersenyum dengan makna yang dalam: "Cindy, ingat, jika kamu tidak membunuhku, seumur hidup ini kamu tidak akan bisa melarikan diri."

Cindy melihat Dion dan tidak berhenti memikirkan, berkata: "Haruskah kita saling menyiksa?" didalam suaranya terdengar sangat putus-asa.

Dion menyadari keputusasaan Cindy, hatinya juga sakit, namun memikirkannya yang begitu tega, dia berkata: "Tidak buruk, walaupun harus saling menyiksa, saya tetap akan membuatmu berada disisiku."

Cindy melewati malam ini dengan sangat tersiksa, begitu juga dengan Elsa.

Karena suruhan Anthony, semalaman Elsa dibawa oleh segerombolan pria ke gang kecil dan menganiyayanya.

Dia sudah hancur, semuanya karena Cindy.

Semalam, setelah Dion meninggalkannya, ada segerombolan orang yang tidak tahu dari mana membawanya ke gang kecil di dekat klub malam, mereka langsung membuka bajunya, dia bahkan tidak tahu siapa pria itu dan siapa yang ingin menghancurkannya.

Pakaian Elsa sudah dikoyak, sekarang Elsa bahkan bisa dibilang sudah tidak mengenakan baju dan tasnya juga sudah tidak tahu jatuh dimana.

Di tubuhnya bahkan tidak melekat identitas diri, dengan baju yang sudah berantakan dia dibuang di jalanan, gang ini jarang ada yang lewat dimalam hari, namun dipagi hari adalah kebalikannya.

"Semuanya karena wanita itu, membuat saya seperti sekarang ini." Tatapan Elsa penuh dengan kebencian.

"Aduh, wanita cantik tidak memakai baju untuk menggoda kami kan." Beberapa preman melihat Elsa, dengan maksud tidak baik ingin mendekatinya.

"Pergi." Elsa melototi mereka.

"Aduh, galak juga ya, kita sangat suka yang begini."

Tangan nya pun menyentuh wajah Elsa.

Elsa berusaha keras untuk menghindar, semuanya karena Cindy yang menyebabkannya sampai seperti sekarang ini.

"Ini seperti kakaknya Jordi." Seorang preman yang mengikuti Jordi menangkap Cindy, jadi dia sedikit mengingatnya.

Segerombolan preman yang mendengarkan nama itu pun menghentikan gerakannya dan menggerutkan dahi.

Saat Elsa merasa sudah ada sedikit harapan, namun siapa tahu dia semakin putus-asa.

"Pas sekali, saya tidak tahu harus bagaimana menghabiskan anak itu, yang hanya mengandalkan uang, ayo kalian, lanjutkan."

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu