Balas Dendam Malah Cinta - Bab 164 Mayat Cindy?

Bab 164 Mayat Cindy?

"Sudah kehilangan dia?" Dion mengerutkan dahi.

Dia pun mengeluarkan rokok dari kotaknya, ujung rokok kadang terang kadang gelap, di ruangan yang sempit ini terasa sangat susah bernafas.

"Saya yang tidak berguna." Didepan Dion ada seseorang yang menundukkan kepala.

Dion berjalan mendekati orang ini, dia sedang menundukkan kepala, bisa terlihat kelopak matanya, tidak tahu mengapa, dia merasa ada yang tersesak dilehernya, keringat dingin pun terlihat didahinya.

"Apakah karena saya sudah lama tidak datang disini, jadi kalian tidak menganggapku sebagai bos kali lagi." Dion pun membuat rokoknya dilantai, lalu menginjak ujung rokok dengan kakinya.

"Tidak." Dia pun berkata.

Dion akhirnya pergi dari hadapannya, dan sesak itu pun hilang, dia mengangkat kepala, melihat Dion berbalik, dia pun seperti sedang ditelan.

Sekujur tubuhnya pun membeku.

"Orang yang Mike bawa, memang tidak berguna." Dion dengan tidak sungkan berkata, berjalan ke sisi pria itu dan menepuk pundaknya, berkata: "Saya tidak akan membiarkan orang yang tidak berguna disisiku."

Dia pun melihat Dion, dan tidak terlihat perasaan pada tatapan itu, namun rasa dingin terasa dari kakinya.

"Saya tidak tahu jika Mike menghinatimu, saya tidak bersalah." Dia dengan cepat berkata, orang yang ditendang keluar oleh Dion, mana mungkin bisa hidup lagi di Amerika!

Dion menaikkan alis berkata: "Apakah kamu tidak mengerti maksudku? Saya bilang saya tidak menginginkan orang tidak berguna!"

Maksudnya sangat jelas, tidak ada hubungannya dengan Mike, dan belakangan ini di Amerika orang seperti apa pun ada.

Dion duduk di kursi bos, mengucek mata: "Kembalilah ke Indonesia, saya akan membereskannya untukmu."

Dari mata orang itu pun terlihat bersinar.

Dion pun berkata: "Saya sudah melihat datamu, kamu adalah lulusan bisnis, seharusnya mengerjakan sesuatu yang ada dilingkupmu, dan bukan menjadi mafia."

"Terima kasih ketua."

Dion mengiyakan dan menutup mata.

Dita sudah hilang, hilang begitu saja, orang di perkampungan kumuh pun mengatakan jika Dita tinggal sendiri di sana, seperti menemui jalan buntu.

"Dion, cepat datang ke bagian identifikasi." Telepon Jason memecahkan konsentrasi Dion.

Dion yang mendengar nadanya yang begitu terburu-buru pun dengan cepat berkata: "Ada apa? Terjadi apa?"

"Sudah di temukan 1 jasad, kemungkinan adalah Cindy, karena terendam beberapa hari, mayat sudah kembang, adalah orang Asia, untuk lebih jelasnnya masih dalam tahap penyelidikan."

Dion yang mendengar ini pun langsung susah bernafas.

Dia selalu merasa, asalkan belum menemukan jasad, maka masih ada harapan, di selamatkan oleh orang juga bukan tidak mungkin kan? Apalagi dia meragukan Dita tidak tahu keberadaan Cindy, jika jasad ini adalah Cindy, jika benar…..

Dia tidak berani berpikir.

Seperti mimpi yang sedikit makin hancur, jantung yang berdarah terjatuh d itanah hingga hancur.

Dia berjalan dengan susah payah hingga keluar dari pintu, menyembunyikan identitas, kekuasaan, Jenny , semuanya tidak lagi dipikirannya.

Jika jasad itu adalah Cindy, dia menyentuh jantungnya, kesedihannya tidak terhenti sejak Cindy melompat hari itu, dan saat ini kesedihan itu semakin terasa.

Awalnya tidak begitu menyakitkan , namun sekarang semakin sakit.

"Bos, saya melihat Dion." Sebuah mobil hitam berhenti didepan bagian identifikasi, di dalam itu ada seorang wanita yang tidak berkespresi, itu adalah Zeny.

"Kelihatannya apa yang dikatakan Nichole benar." Jenny menganggukkan kepala: "Pulanglah, kita pergi membawa Nichole."

Jenny pun menutup telepon, memikirkan apa yang zeny gambarkan saat dia bertemu dengan Nichole, walaupun adalah wanita, benar, tidak salah, walaupun mereka saling mencintai, namun Jenny tidak pernah menganggap Nichole sebagai pria, Nichole selalu begitu teguh.

Semenjak dia mengenalnya hingga sekarang, dia selalu begitu.

Dulu karena perjanjian dengan Dion, saham 10% perusahaannya ada di tangan Dion, jika Jeremi membeli saham itu, maka akan mengacam posisinya.

Ternyata, melawan orang seperti Dion tidak boleh lengah sekejap pun.

Jenny membawa orang menuju rumah Jason, mereka berdua seharusnya sedang menunggu identifikasi dokter, walaupun sekarang bukanlah waktu yang tepat, namun dia tidak bisa menahannya, memikirkan Nichole tinggal dengan seorang pria di rumah yang sama, memikirkan dia mungkin tersakiti, Jenny pun tidak tahan.

Jarak waktu terakhir dia ke rumah Jason sudah 3 hari, dia dengan tidak mudah mendapatkan kesempatan ini.

Tidak boleh melewatkannya.

Dion dan Jason sedang melihat jasad yang sudah tidak jelas wajahnya.

Ruangan itu berwarna putih, karena cuaca panas, ruangan itu pun mengeluarkan bau yang menjijikkan.

Dion dan Jason pun menggenakan baju putih, memakai masker, dari kejauhan melihat dokter mengindetifikasinya.

Dion mengerutkan dahi, Jason dengan gugup melihat wajah Dion, takut jika dia akan melakukan sesuatu yang bodoh.

Saat melihat dokter membuka baju jasad, Dion akhirnya tidak bisa menahan.

"Stop." Dion menahannya berkata dalam Bahasa inggris: "Saya ingin identifikasi DNA, kalian tidak boleh menyentuh tubuhnya."

"Tuan Dion, membuatmu melihat ini sungguh maaf, namun ini adalah keharusan." Dokter berkata.

"Saya sudah bilang tidak boleh yah tidak boleh." Dion berkata pada dokter, perdebatan lama itu pun membuat dokter terkejut.

Dokter itu pun dengan tatapan minta tolong melihat Jason, membiarkan orang luar untuk melakukan ini memang tidak terlalu baik.

Jason melihat emosi Dion sudah hampir mencapai batasnya, walaupun tidak mengerti dengan pemikiran orang Asia, namun tetap berkata: "Dapatkan dulu tes DNA, jika Dion adalah keluarganya, maka saya rasa tidak perlu diidentifikasi lagi."

Ini juga bukanlah pembunuhan.

"Baik." Dokter pun mentaati perintah, membawa semua orang keluar.

Dion melihat sisi jasad akhirnya tidak ada orang, dia pun mendekatinya, ingin menyodorkan tangan menyentuhnya, namun di tahan oleh Jason.

"Tidak boleh disentuh." Jason menggelengkan kepala pada Dion.

Dion pun menghentikan tangannya, berkata: "Jika jasad ini adalah Cindy, saya harus bagaimana?"

Mulut Jason begerak, namun akhirnya tidak berkata apapun, saat ini, semua ucapan pun tidak berguna.

Ponsel Jason berbunyi, Jason melihat dan berkata pada Dion: "Dengarkan aku, jangan bergerak, saya pergi menerima telepon dulu."

"Halo, Tuan muda, ada yang masuk." Pengurus dengan nada terburu-buru.

Jason melihat waktu, Nichole mengatakan waktunya sudah tiba, 3 hari lalu dia masih menaati dia tidak akan melarikan diri, ternyata, wanita ini memang sangat hebat.

Jason pun bersandar di dinding, berkata: "Sebentar lagi saya pulang."

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu