Balas Dendam Malah Cinta - Bab 153 Kekacauan Di Meja Makan

Bab 153 Kekacauan Di Meja Makan

Dion pun ingin berkata, namun diputuskan oleh paman Budi yang masuk.

Suasana menjadi diam.

Makanan sudah dibawa kemeja, paman budi merasa suasana sedikit aneh, dia pun teringat Jenny dan Dion begitu romantis, dan sekarang Dion memiliki pacar, apakah akan canggung? Paman Budi pun menepuk kepalanya, orang sudah tua otak sudah tidak baik, dia masih menyatukan mereka bertiga.

Cindy pun menunggu paman Budi keluar pun berkata:"Saya ke kamar mandi dulu."

Dia tidak bisa seperti Jenny begitu santai, walaupun dia sudah tidak berharap dengan Dion, dia tetap tidak bisa begitu saat melihat Dion dan Jenny bersama, otaknya pun terbayang foto Dion dan Jenny yang bermesraan.

Dan dirinya begitu bodoh.

Cindy menepuk wajahnya dengan air dingin, berusaha memaksa dirinya untuk tenang.

Dion melihat Cindy ke toilet, dia pun melihat Jenny berkata: "Cindy adalah pacarku, istriku, bukanlah wanita yang tidak senonoh."

Jenny dengan wajah yang tidak bersalah melihat Dion berkata:"Aduh, kamu tahu saya besar di Amerika, jadi sudah terbiasa seperti itu, maaf ya." Berkata sampir menarik lengan Dion menggoda.

Dion melihat Jenny yan menarik bajunya, dengan jengkel pun menariknya, namun melihat Cindy sejenak seperti melihat apa dan langsung menarik tangannya, dia pun merasa aneh.

Cindy yang melihat ini pun terdiam, dan Dion membelakanginya, jadi bagaimana wajahnya Cindy tidak melihatnya, hanya dapat berimajinasi.

Wanita seperti Jenny jika manja siapa pun pria itu pasti tidak tahan.

Terdiam sejenak, seperti tidak melihat apapun berjalan kearah meja.

Lalu, Jenny dan Cindy pun saling menatap, dengan cepat berpura-pura tidak terjadi apapun.

Hati Cindy terasa sakit, namun berpura-pura seperti tidak terjadi apapun dankembali duduk.

Dion seketika terpikir mengapa Jenny tiba-tiba menarik tangannya, pasti karena Cindy melihatnya, dan Dion tidak berpikir bahwa sekarang Cindy sedang memikirkan dia menutupinya.

"Nona Cindy, tadi saya....." Jenny ingin mengatakan sesuatu.

Dia pun diberhentikan dengan gerakan tangan Cindy:"Kita cepatlah makan, nanti dingin tidak akan enak lagi, oh iya, Dion, bukankah sebentar lagi kita akan pergi melihat patung liberty? Nona Jenny jika tidak keberatan boleh pergi bersama."

Dion barusan ingin menolak mereka pergi bersama, namun dijawab oleh Jenny:"Siang ini saya ada urusan, tidak menggangu kalian lagi."

Masih tahu diri, memang pewaris keluarga, selain dukungan dirinya, Jenny juga sangat hebat.

Jika bukan karena keuntungan, jujur, Dion tidak mengagumi Jenny, walaupun dia sangat lembut, namun kehebatannya sungguh membuat orang tidak bisa membedakan kelaminnya, ini juga alasan Dion tidak tertarik dengan Jenny, terlalu lembut hingga terasa palsu, dan nafusnya terlalu besar, benar-benar berbeda dengan penampilannya.

Mereka bertiga tidak berbicara, makan dengan diam.

Paman Budi akhirnya membawa satu makanan berkata: "Sayur sudah sampai semua."

Jenny tersenyum pada Cindy berkata:"Nona Cindy, bagaimana jika mencoba sayur yang saya pesan, paman Budi sangat hebat loh."

Cindy dengan sopan mencoba, tersenyum memuji:"Enak sekali."

Dion melihat Jenny menghargai Cindy pun tidak memperdulikan, terhadap Jenny dia masih tidak buruk, dirinya dulunya juga menganggap Jenny sebagai adiknya sendiri, sangat menjaganya, berbalik melihat sayur Jenny semuanya penuh dengan cabai, berkata:"Saya ingat kamu tidak suka makan cabai."

Wajah Cindy berubah.

Dion menyadari dia sepertinya mengatakan hal yang salah, mengapa dia begitu bodoh hari ini, ngapain mengkhawatirkannya.

Barusan ingin menjelaskan, pun dihadang oleh Jenny:"Ternyata kakak kelas masih ingat, biasanya saya datang dengan teman, dia suka makanan ini, saya seketika pun lupa, oh iya, nona Cindy, saya dan kakak kelas hanyalah kebetulan menjadi teman, nona Cindy jangan berpikir yang tidak-tidak, Dion tidak menyukai ku."

Semakin menyuruh Cindy untuk tidak berpikir, Cindy semakin berpikir.

Dan seketika Dion pun teringat orang yang biasanya suka makan dengan Jenny adalah Niko, jadi Niko menyukai masakan China, tapi Jenny dan Niko bukankah tidak terpisahkan? Hari ini dia kemana.

Dan dimata Cindy, kata ini sedang menandakannya, dulu mereka karena berasal dari tempat yang sama, mereka berdua sangat tahu dengan kesukaan masing-masing, mana mungkin orang tidak berpikir, hanya karena satu ingin di Indonesia dan satu ingin di Amerika, jadi terpaksa berpisah.

Dion mengerutkan dahi, merasa ada yang salah, namun dia juga tidak berpikir lagi.

Cindy melihat Ditapan Jenny tersenyum berkata: "Mana mungkin, kamu juga coba sayur ini, melihat kamu berbicara dengan paman Budi, kamu selalu makan sayur yang sama, seharusnya kamu mengganti rasa."

"Kalau begitu saya tidak sungkan yah." Jenny tersenyum.

Suasana diantara mereka pun menjadi lebih baik, namun pertarungan kedua wanita masih tersembunyikan.

Acara makan yang sulit ini pun akhirnya selesai, mereka bertiga pun berpisah, Jenny menggengam pedal mobil dan tidak bergerak, setelah melihat Dion dan Cindy pergi, dia baru turun dari mobil dan kembali ke restoran.

"Paman Budi, saat itu Niko mengatakan menyembunyikan hadiah untukku disini, mengatakan ingin memberiku kejutan, saya tidak sengaja mengetahuinya dari ponselnya, jadi bisakah kamu menunjukkannya padaku." Jenny pun berkata pada paman Budi, berkata.

Paman Budi memukul kepala berkata:"Ini bukanlah aku yang membeberkannya yah, orang muda sekarang memang suka merahasiakan sesuatu, ternyata kamu datang untuk mengambil hadiah, saya juga berpikir mengapa kamu datang sendiri hari ini."

Jenny tersenyum lembut tidak berkata seperti mengakuinya.

Paman Budi pun mengeluarkan satu kantongan, didalamnya ada satu kotak, tidak kelihatan isinya.

Jenny pun menerimanya, mengatakan terimakasih dan pergi.

Dion dan Cindy masih berkendara, namun karena barusan makan, Cindy sedikit ngantuk, dia pun tertidur.

"Cindy, jika kamu makan lalu tidur setiap hari kamu akan seperti babi."Dion berkata.

"Apakah kamu takut aku menjadi gendut dan jelek?" Cindy bertanya.

"Tidak peduli kamu menjadi seperti apa, aku akan tetap suka." Dion berkata.

Cindy terdiam, tidak menjawab, mengapa hingga saat ini Dion masih bisa mengatakan hal semacam ini, pantesan orang mengatakan pria sangat banyak akal.

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu