Balas Dendam Malah Cinta - Bab 43 Tian Dijadikan Alasan Untuk Bertemu Cindy

Bab 43 Tian Dijadikan Alasan Untuk Bertemu Cindy

"Jangan kak, saya adalah adikmu satu-satunya." Jordi terlihat sok sedih dan berkata, Elsa melihatnya dengan sinis berkata: "Ini adalah terakhir kali, lain kali kamu sakitlah sendiri, lalu saya yang akan menjagamu."

"Jangan, sakit sungguh menyiksa, seperti sekarang lebih bebas." Jordi berkata.

"Kamu juga tahu tersiksa, kamu lihat saya yang begitu tidak suka masuk rumah sakit, sangat menyiksa sekali." Elsa berkata.

Saat itu dari luar masuk seseorang, seorang wanita berumur 50 tahunan, dengan serius berkata: "Kamu juga tahu tersiksa."

"Ibu." Elsa berkata.

"Dasar, hari-hari masuk rumah sakit, kamu menganggap rumah sakit adalah rumahmu yah." Ibu Elsa berkata, sambil berkata dia mendorong kepala Elsa.

"Anak laki-lakimu yang mengutukku." Elsa mengeluarkan lidah dan berkata, ibu Elsa terlihat tidak percaya berkata: "Lagi-lagi karena Dion kan."

Begitu Elsa mendengarkan nama Dion, Elsa pun langsung terdiam, Jordi berkata: " Aduh, dirinya sendirilah yang membuatnya seperti ini."

"Kamu mengerti apa, dasar anak kecil." Elsa melihatnya dengan sinis berkata, mungkin memang tidak ada orang yang mengertinya.

"Saya anak kecil? Siapa yang selalu mencariku saat ingin menangis, siapa yang setelah disakiti lalu....," Jordi belum menyelesaikan ucapannya sudah dilempar oleh Elsa menggunakan bantal.

"Huh." Elsa berkata dengan tidak mau kalah.

Ibu mereka berkata: "Kalian berdua jangan ribut lagi, Jordi ayo kita pergi, biarkan kakakmu beristirahat, kita keluar untuk beli makanan."

"Kalian pergi begitu saja? Pergilah..pergilah, biarkan saya menenangkan diri sejenak." Elsa berkata.

Ibunya dan Jordi meninggalkan kamar.

Dion berdiam dirumah untuk menjaga Tian, Tian terus menangis, Dion pun memikirkan cara untuk memanggil Cindy kerumahnya, dia lalu menelepon Cindy.

Saat itu Cindy sedang mengelap cangkir di bar, saat ponselnya berbunyi dia langsung melihat ponselnya, mengetahui itu adalah telepon dari Dion, dia langsung menutupnya. Dion yang melihat layar ponselnya menggelap pun kembali marah.....

Dia menggendong Tian dan berkata: "Anak baik, saya akan merekammu dan menggirimkannya pada ibumu ya." Dia menggendong Tian dan bergaya, setelah berfoto, dia megirim ke Cindy.

Cindy mengambil ponsel dan melihat fotonya, tidak merasa apapun, hanya merasa Dion sangat kekanak-kanakan.

Saat itu Dion meneleponnya lagi, Cindy dengan kesal menjawab teleponnya berkata: "Sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan?" Dion berkata seperti ada masalah: "Tidak apa-apa, hanya ingin tahu apakah Tian akan memikirkan ibunya."

"Dia tidak ada ibu, apa yang perlu dia pikirkan, kamu jangan mencari masalah." Cindy menahan emosinya berkata. Cindy tahu apa yang sedang dia lakukan, dia harus membatasi hubungannya dengan Dion, kalau tidak akan membuatnya dalam masalah.

"Tian benar-benar memikirkanmu." Dion dengan serius berkata, di masa kanak-kanaknya mana mungkin dia tidak memerlukan seorang ibu? Apakah kamu begitu tega, kamu yang memungutnya loh."

Ucapan Dion membuat hatinya melemah, saat dia memungut Tian, dia memang sangat merasa bersalah, karena dia hanya memungutnya dan tidak memberikannya hidup yang baik.

"Tian ayo beritahu ibu kalau kamu merindukannya." Dion menggendong Tian dan berkata.

Tian pun mengeluarkan suaranya, berkata sesuatu yang mereka tidak di mengerti.

"Saya tidak peduli, Tian adalah anakmu, walaupun bukan anak aslimu, tapi dia juga tanggung jawabmu." Dion dengan serius berkata. Sebenarnya dia hanya mencari alasan untuk mencari Cindy saja, mungkin Dion juga tidak mengerti apa yang diinginkan hatinya.

"Hanya kali ini, apakah kamu juga tidak ingin datang?" Dion bertanya: "Oh, ternyata kamu begitu tega, kalau begitu saya akan beritahu Tian siapa ibunya, dan betapa tega ibunya."

"Saya pergi, siapa yang takut." Dengan lantang Cindy berkata.

"Telepon dari siapa?" Dita dengan penasaran bertanya, Cindy hanya tersenyum dan menggeleng kepala, tidak apa-apa. Cindy terdiam sejenak dan berkata: "Saya perlu keluar sebentar, kamu tolong jaga klub sebentar ya, jika Hendra kembali katakan saja kamu tidak tahu aku kemana. Saya pergi dulu ya."

Setelah berkata Cindy pun pergi, berjalan ke parkiran, tiba-tiba ponselnya berbunyi, melihat adalah telepon dari Hendra, ia mengangkatnya.

"Ada apa?" Cindy berkata, dia membuka pintu mobil dan bersiap-bersiap pergi ke rumah Dion.

"Kamu masih di klub?" Hendra bertanya.

"Oh, saya ada urusan mau keluar sebentar, ada apa?" Cindy dengan bingung bertanya, Cindy membuka mesin mobil.

"Saya sudah mengetahui asal mobil itu." Hendra dengan serius berkata, "karena masalah serius makanya langsung memberitahumu setelah mengetahuinya."

"Milik siapa?" Cindy bertanya, dia harus mengetahuinya, pemilik mobil itu ingin nyawanya, dia pasti harus pergi menemui orang itu.

"Orang itu adalah," Hendra terlihat ragu, dia tidak tahu harus memberitahunya atau tidak.

"Katakan." Cindy dengan tidak sabar berkata.

"Mobil itu dikendarai dari rumah Dion." Hendra berkata, dia tahu Cindy pasti kecewa, namun jika karena hal ini dapat membuatnya melupakan Dion dan membuatnya untuk tidak begitu terluka, maka ini juga sangat baik.

Mendengar ini membuat Cindy terbengong, saat dia sadar, di depannya ada tembok, dengan tergesa-gesa dia menginjak rem, membuat Hendra terkejut.

"Ada apa?" Hendra dengan tegang bertanya, dia mulai menyesal memberitahunya, jika Cindy terjadi sesuatu karena ini, dia pasti akan membenci dirinya sendiri.

Cindy menenangkan dirinya, menarik nafas dan berkata: "Saya tidak apa-apa."

"Benarkah? Kamu dimana saya pergi mencarimu." Hendra dengan tegang berkata.

"Tidak apa-apa, saya sedikit sibuk, saya tutup dulu ya." Cindy pun menutup telepon setelah berkata, dia pun melipat tangannya di stir mobil dan seluruh badannya pun tertumpu pada stir mobil, memikirkan ucapan Hendra, dia benar-benar tidak percaya, namun masalah yang di urus Hendra selalu terpercaya, dia sangat kecewa, karena awalnya dia berpikir Elsa lah orangnya, dia pun menyuruh Dita untuk melacaknya, namun dia tidak pernah berpikir bahwa Dion lah pelakunya.

Seorang yang sungguh palsu, Cindy sangat sedih, dia memikirkan Dion menyuruhnya ke rumahnya, dia pun berkata pada dirinya sendiri: "Dion, kali ini kita lihat siapa yang akan hidup."

Setelah menenangkan diri, Cindy pun kembali membuka mesin mobilnya dan pergi ke rumah Dion, di jalan dia memberitahu dirinya untuk mengontrol emosinya, dulu dia buta karena menganggap Dion jatuh cinta padanya.

"Haha, Cindy kamu benar-benar bodoh." Cindy menertawai dirinya berkata: "Kamu sudah mencintai orang yang salah, dia hanya memanfaatkanmu." Dalam hati Cindy, dia sudah sangat kecewa pada Dion.

Novel Terkait

Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu