Balas Dendam Malah Cinta - Bab 101 Cindy Tertembak

Bab 101 Cindy Tertembak

Orang suruhan Elsa sudah mengalihkan perhatian orang Dion.

Dan paman Santo yang mendapatkan kabar dari Dion pun langsung bersiap-siap, namun saat melihat orang-orang itu dia pun menggelengkan kepala, orang-orang ini terlalu lemah.

Seperti kata pepatah, untuk menghilangkan rumput harus membersihkan akarnya terlebih dahulu, kelihatannya hari ini harus kerja keras.

Paman Santo pun tersenyum, walaupun dalam hatinya merasa ada sesuatu yang salah, namun rasa itu dengan cepat lenyap karena rasa tanggung jawabnya.

Cindy yang mendengar suara orang bertengkar pun pergi ke balkon lantai 2 dan melihat, dia tidak berhenti mencari keberadaan Hendra.

"Kalian, pergi kejar dia." Paman Santo pun menyuruh puluhan orang untuk mengejar orang suruhan Elsa.

Hendra melihat Elsa yang sudah menyingkirkan orang-orang itu, dia pun masuk ke dalam.

Orang ini dengan jelas tidak sebanding dengan orang itu, paman Santo pun terkejut.

Cindy yang melihat Hendra pun tanpa ragu langsung turun kebawah, hanya saja dia langsung di halang oleh orang yang ada di depan pintu.

"Mingir." Cindy melihat orang yang menghalanginya dengan suara besar berkata.

Sekarang Dion sedang tidak ada di rumah, ini adalah waktu yang pas untuk melarikan diri, dan orang ini tidak berani menyakitinya.

"Nyonya, sekarang diluar sedang ada bahaya, mohon kamu masuk." Pengawal tidak terlihat ingin mundur.

Dia melihat bibir Cindy yang perlahan tersenyum sinis, dengan bingung, dia hanya merasakan pukulan pada kepalanya, wajah pria gagah dibelakang pun perlahan terlihat mendekat.

"Kak Hendra, bagaimana dengan lukamu?" Cindy pun melewati pengawal yang pingsan, dengan tergesa-gesa bertanya, yang dia khawatirkan belakangan ini adalah luka Hendra.

"Tenang saja, saya tidak apa-apa." Hendra melihat Cindy yang begitu tegesa-gesa pun tersenyum lembut. "Kita cepat pergi dari sini, tidak boleh berlama-lama."

Hendra pun langsung menarik tangan Cindy dan berlari keluar.

Saat dia datang, dia sudah mempersiapkan segalanya, asalakan mereka bisa secepatnya pergi sebelum Dion kembali, seharusnya tidak akan ada masalah.

Semuanya masih berjalan dalam rencana, Hendra berhasil mengendarai mobil dan meninggalkan vila Dion, melihat vila yang semakin menjauh, seketika Cindy tidak tahu bagaimana perasaannya, mungkin dia tidak akan melihat vila ini lagi.

Dalam hatinya terasa sangat berat, dengan cepat dia menghilangkan rasa itu, karena dia tidak boleh begini lagi.

"Chit..." Suara mobil yang tiba-tiba mengerem.

Melihat mobil yang menghalangi mereka, didalam mobil itu terlihat wajah Dion yang mengerut.

"Turun." Dion melototi Cindy, dengan gerakan mulut dan tanpa suara dia mengutarakan pemikirannya.

Cindy dengan tegas menggelengkan kepala, dia tidak ingin tinggal disisi pria ini, dia sama sekali tidak memperdulikan perasaannya, dia sudah banyak menyakitiinya, dia tidak ingin berada disisi pria ini lagi.

Dion pun langsung membuka mesin mobil dan tanpa ragu menabrak mobil Hendra.

Hendra tidak berpikir bahwa pria ini begitu gila, dia pun berusaha menghindar, namun tetap ditabrak dibagian pintu mobil, meninggalkan lubang yang besar.

Dion turun dari mobil dengan wajah yang marah berjalan kearah mereka.

"Kamu diam saja dimobil, terjadi apapun jangan turun." Hendra mengingatkan Cindy.

"Hendra, jika dari awal saya tahu, saya pasti akan langsung membunuhmu, maka tidak akan ada hal begini." Dion menumbuk kearah Hendra.

Reaksi Hendra sangat cepat dan berhasil menghindar: "Kamu selalu mengatakan bahwa kamu mencintai Cindy, namun kamu memaksanya melakukan hal yang tidak dia inginkan, apakah ini adalah cintamu?"

"Masalah diantara kami tidak perlu kamu ikut campur." Dion berkata sambil menarik Cindy turun dari mobil, namun dihalangi oleh Hendra.

"Cindy adalah wanita yang saya cintai, saya akan menghalangi semuanya yang mau merebut dia." Hendra dan Dion saling memandang, mereka saling tidak ingin mengalah.

Seharusnya dia membuat keputusan. Cindy melihat mereka berdua yang marah pun membuka pintu mobil.

"Dion, kita berdua sudah berakhir." Cindy berkata:"Saya tidak mencintaimu, disisimu aku tidak bahagia, lepaskanlah aku."

Mata Dion memandang Cindy: "Katankan sekali lagi."

Matanya terlihat penuh kebencian.

"Apakah kurang jelas? Kalau begitu saya katakan sekali lagi." Cindy melihat mata Dion: "Dion, dengarkan baik-baik, saya tidak ingin berada disisimu."

Dion pun terlihat sedih: "Apakah aku membuat kamu begitu membenciku?"

Kata-katanya belum terucap, peluru pun melesat ke kaki Cindy.

"Shit, tidak kena." Jordi yang bersembunyi dibalik rawa melihat 2 pria yang melihat padanya pun dengan cepat melarikan diri.

Jenny menyuruh kakaknya melakukan sesuatu, cukup baik, dia memberikan mereka sebuah pistol, ini adalah pertama kali bagi Jordi melihat pistol asli, dia sangat senang, barusan dia dikejar oleh orang Dion sampai disini dan melihat mereka bertiga, awalnya dia bermaksud membunuh Cindy, namun pelurunya meleset dan hanya mengenai kakinya, namun tidak apa-apa, ini juga sudah termasuk membalas dendam untuk kakaknya.

Aroma darah segar pun tercium, rasa sakit yang seketika menjadi tidak berasa, seketika Cindy merasa mual.

"Uek." Cindy pun muntah, saat dia kan terjatuh, Dion pun mengendongnya.

"Cepat, naik kemobil, bawa kerumah sakit." Hendra dengan cepat membuka pintu mobil, Dion juga tidak ragu, mereka pun mengenyampingkan semuanya, karena Cindy lah yang paling penting.

"Uek." Cindy tidak berhenti muntah.

Aroma darah membuatnya merasa mual, dulu dia tidak pernah merasakan ini, mana mungkin bisa merasa mual?

"Cindy, sebentar lagi kita akan sampai, kamu tahan dulu." Luka dikakinya pun diobati dulu oleh Dion, mobil Hendra sudah rusak, jadi mereka menggunakan mobil Dion, namun Dion yang sebagai pebisnis tidak memiliki musuh, dimobilnya juga tidak ada kotak obat, hanya bisa menahan agar darah tidak mengalir.

Cindy yang melihat tangan Dion yang penuh darah pun merasa semakin mual.

Hendra yang melihat reaksi Cindy pun mengerutkan dahinya, saat di klub malam, Cindy bukan tidak pernah melihat keadaan seperti ini, namun dia tidak pernah seperti ini.

Mual, jangan-jangan...

Memikirkan ini membuat Hendra pun khawatir.

Sebaiknya jangan begitu, kalau tidak bagaimana jika Cindy tidak ingin pergi lagi.

Dion tidak berpikir begitu banyak, dia hanya berusaha menenangkan Cindy, hanya merasa luka pada tubuh Cindy membuat dirinya lebih sakit daripada terkena pada dirinya sendiri, siapa yang ingin melukai Cindy, selain Elsa, Cindy tidak ada musuh lagi, namun Elsa bukanlah orang yang bisa melakukan hal ini.

Sebenarnya siapa?

Suasana sangat tegang.

Akhirnya Cindy pun pingsan karena mengeluarkan terlalu banyak darah.

"Cindy, bertahanlah, sudah sampai." Dion menggendong Cindy masuk ke rumah sakit.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu