Balas Dendam Malah Cinta - Bab 86 Tidak Mau Makan

Bab 86 Tidak Mau Makan

Dion dan Hendra akhirnya membuat kesepakatan, dan mengartikan keluarga Dion sudah masuk ke dunia hitam.

Orang-orang yang menganggu Hendra bukanlah orang sembarangan, paling tidak Dion hanya mengetahui keberadaan orang ini namun tidak mengetahui dengan pasti orang ini.

Belakangan ini terjadi banyak masalah.

Dion menekan dahinya, tidak tahu sedang berpikir apa.

Setelah itu dia pun mulai menelepon dan mengurus semuanya, namun masalah seperti ini, Dion berjanji tidak akan menyakiti Cindy.

Dion pulang kerumah sudah tengah malam, Cindy masih belum sadar, badannya yang munggil pun tergulung ke selimut, kelihatannya sangat lucu.

Dion pun menyelimutinya dengan baik, memikirkan bagaimana mendapatkan hatinya kembali.

Hendra sudah menyetujuinya untuk memberitahu Cindy, namun hal itu adalah perbuatan ibunya , bagaimana dia harus membalasnya? Hanya bisa lebih baik terhadapnya.

Dion membungkuk dan menghilangkan kerutan dahi Cindy, dengan lembut menciumnya berkata: "Saya pasti akan membuatmu bahagia."

Setelah berkata dia pun memeluk Cindy dan tertidur.

Dion terbangun dulu, dan melihat wajah Cindy.

Wajahnya yang sempurna membuatnya tergoda, namun Dion menahannya, dia tidak boleh membuat Cindy sedih.

Dion pun perlahan bangkit dan pergi ke toilet.

Ada pelayan yang mengantarkan sup dan sayuran sesuai dengan perintahnya.

Waktu bangun Cindy sangat pas, pagi jam 8 dia pun terbangun.

Karena mabuk, kepalanya sangat pusing, dengan kabur dia melihat seorang pria gagah yang memakai baju tidur mengangkat barang berdiri disampingnya.

"Sini, minum ini akan lebih baik." Suaranya sangat lembut, Cindy pun membuka mulutnya.

Bubur yang begitu enak pun masuk ke tenggorokannya, otak Cindy pun tersadarkan.

Saat memikirkan kondisinya, dia pun mengerutkan dahi melihat sendok yang diberikan kepadanya, dan membelokkan kepalanya.

"Cindy, sayang, setelah kamu makan ini kamu akan lebih baik."

Cindy melihat Dion dan masih tidak memperdulikannya, seperti mengatakan dia tidak ingin melihat orang ini.

Pelayan disamping dengan hati-hati berkata: "Semalam nyonya tidak makan apa-apa dan hanya minum bir, mengatakan apapun tidak mau di dengar."

Dion pun menaikan keningnya, mengetahui hal ini dan marah pada pelayan tidak ada gunanya, karena dia sendiri juga tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kamu pergi dulu." Dion menarik selimut yang menutupi wajah Cindy, masih dengan nada membujuk: "Cindy, sayang, jangan seperti ini."

"Biarkan aku pergi." Cindy dengan suaranya yang serak.

Mendengar ucapannya Dion tidak menjawab, sampai sebentar baru berkata: "Tubuhmu sangat penting, makan sedikit yah."

"Tidak nafsu." Cindy berbalik, tidak ingin melihat pria ini.

Dion meletakkan makanan dan berdiri, tiba-tiba tertawa dingin berkata: "Jika kamu tidak ingin Hendra dalam masalah, maka patuhi ucapanku."

Cindy pun langsung bangkit dari ranjang: "Kak Hendra dimana?"

Biasanya Cindy sangat bersinar namun tiba-tiba dia sedih, hanya tersisa wajah yang kesepian, saat melihat Dion, dan merasa ada sesuatu yang sangat dia benci.

Walaupun ucapan Dion sangat keras, namun hatinya sangat sakit, seperti sedang meneteskan darah.

"Kamu sebaiknya makan, baru akan memastikan dia baik-baik saja."

Cindy melihatnya, mereka saling memandang dan berkata: "Dion, kamu begitu hanya membuatku semakin membencimu."

Katakanlah, dia pun mengangkat mangkuknya ke meja, dengan perlahan mengambil sendok dan memakannya, gerakannya sangat pelan, seperti makan adalah hal yang sangat sulit baginya.

Mendengar ucapan ini, Dion pun menunjukan dia sangat marah: "Bencilah, saya ingin kamu mengingatku seumur hidupmu."

Air mata Cindy pun menetes, dan memaksa dirinya untuk memakan suapan terakhir, lalu berbaring lagi.

Dia tidak boleh membuatnya melihat Cindy yang begitu lemah, dia tidak boleh nangis.

Dion pun menariknya dari ranjang dan dengan lembut berkata, "Pergi bersih-bersih ya, siang ini kita pergi melihat Tian."

Mendengar nama Tian, Dion dengan jelas melihat nya lebih bersemangat.

Saat Cindy pergi ke toilet, dia hanya mendengar ucapannya yang menusuk.

Suara Cindy sangat serak berkata:"Dion, selain dapat mengancamku, kamu bisa apa?"

Dari awal Dion tidak pernah merasa begitu tidak berguna, dan dia juga tidak ingin berbuat seperti itu, namun dia tidak bisa membiarkannya melukai dirinya sendiri, dia tidak bisa melakukan apapun.

Mendengar suara mangkuk pecah, Cindy masih tenang, dia yang sekarang seperti boneka yang tidak bernyawa.

Karena Dion, dia sudah kehilangan seluruh emosinya.

Cindy dengan rambutnya yang basah pun berjalan keluar, melihat Dion dia pun melewatinya saja.

"Saya bantu kamu keringkan rambut ya." Dion memeluknya dari belakang, Cindy pun terkejut, akhirnya dia menganggukkan kepala.

Jika ini yang dia inginkan, maka biarkan saja, dengan begitu orang disektiranya pun tidak akan terluka lagi, dan dia juga akan bosen sebentar lagi.

Dion tidak pernah mengeringkan rambut orang, dia takut membuat Cindy kesakitan, gerakannya sangat lembut.

Rambut panjang berterbangan di depannya, Dion merasa sangat tenang, ternyata membuat hal kecil dengan orang yang dicintainya pun adalah suatu kebahagiaan.

Namun sampai kapan mereka baru bisa saling mencintai.

Cindy seperti boneka yang dimainkan Dion, dulunya dia juga berimajinasi untuk memiliki hubungan seperti ini, namun pria selalu tidak bisa dipercaya.

"Cindy, jika mulai dari sekarang selalu seperti ini, maka pasti akan baik sekali." Dion melepaskan hair dryer, dengan lembut memeluk Cindy.

Karena baru mandi, rambutnya masih tercium aroma shampo, sangat bersih, membuat Dion tidak bisa melupakannya.

Melihat Dion seperti ini, Cindy sangat terkejut, memikirkan segala sesuatu yang dia lakukan sebelumnya, hanya merasa dia sangat kesepian, orang ini mengapa begitu tidak tahu diri.

"Jika kamu sudah puas, bisakah kamu melepaskan Hendra dan Tian."

Dion yang awalnya lembut pun berubah.

Awalnya, dia sudah merasa bisa masuk ke hati Cindy,namun selalu ada masalah yang diungkit dan membuat Dion merasa dia hanya menahannya.

Sakit dalam hatinya membuatnya tidak bisa bernafas, namun ucapan Dion masih begitu dingin: "Kamu bertindak dengan baik dan saya tidak akan mengganggu mereka."

Antara mereka, apakah hanya tersisa ancaman dan kompromi?

Tubuh yang hangat saling memeluk, dua hati malah begitu dingin.

Novel Terkait

Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu