Balas Dendam Malah Cinta - Bab 233 Siapa Dion? (2)

Bab 233 Siapa Dion? (2)

Cindy pun mengambil makanan dan bersembunyi disudut untuk makan, suster pun memapang Elsa untuk bangun.

Melihat Elsa yang kakinya bengkak, merasa sangat kasihan: "Sekarang nona Cindy seperti ini, sudah menyusahkanmu, semoga kamu mengerti."

Elsa dengan pincang duduk dikursi berkata: "Tidak apa-apa, bagaimana pun dia adalah kakakku, sebenarnya melihat keadaan ini aku juga sangat sedih."

Suster pun merasa dia adalah adik yang baik berkata: "Saya cari obat, kamu disini sebentar tidak apa-apakan? Sekarang nona Cindy sedikit kasar, saya khawatir..."

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa." Elsa dengan cepat berkata: "Bagaimanapun dia adalah kakakku."

Suster menganggukkan kepala, dia pun merasa puas dengan Elsa, dan juga teringat gossip Dion, sepertinya 2 kakak beradik ini ada masalah, dengar-dengar Cindy 2 kali merusak pernikahan Elsa, benar-benar tidak mengerti mengapa Dion bisa menyukai Cindy, padahal kelihatannya Elsa lebih cantik.

Elsa melihat suster yang keluar, dan tidak menyembunyikan tatapan gilanya.

"Cindy, kakakku yang baik." Elsa berkata, melihat dari kejauhan Cindy yang sedang makan dengan gila, tidak sedikit pun terlihat elegan, walaupun Cindy seperti ini, Dion tetap masih menyukainya? Elsa tidak percaya.

Cinta sebesar apapun dalam keadaan ini akan semakin menghilang.

Cindy sepertinya tidak mendengar ini, dan hanya fokus makan, dengan nafsu makan yang tinggi memakan makanannya seperti takut akan ada orang yang akan merebut makanannya.

Elsa tersenyum dingin berkata: "Kamu rasa apakah Dion akan menyukaimu?"

Hati Cindy tiba-tiba berdetak kencang.

Perasaan aneh ini membuat Cindy mengangkat kepala dengan ragu melihat Elsa.

"Haha, biarkan aku beritahumu, Dion tidak menyukaimu." Elsa tertawa dengan gila: "Orang yang dia nikahi adalah aku, dan istrinya adalah aku.

Melihat Elsa yang menggila, Cindy pun memiringkan kepala, terlihat begitu polos dan lucu, dia berkata: "Dion, siapa? Kenapa nama ini membuatku merasa sangat tidak asing."

Elsa terdiam, memikirkan saat dia terakhir melihat Cindy, dia sedang berlarian di rumah sakit, dia masih memanggil nama Dion, kenapa sekarang tidak ingat? Kelihatannya Cindy tidak hanya gila, kelihatannya terjadi banyak hal.

"Obat sudah datang." Elsa masih ingin mengatakan sesuatu, suster pun masuk, ditangannya mengambil obat.

"Sebentar lagi aku panggilkan mobil untukmu pulang, nona Cindy biar aku yang menjaganya saja." Suster pun membungkuk lalu mengobati kaki Elsa.

Elsa tahu dia sudah kehilangan kesempatan membunuh Cindy, dan dia barusan sudah di buat malu oleh Dion makanya ingin membunuh Cindy, jika saat itu berhasil, walaupun keluarganya memiliki kekuasaan sebesar apa, dia juga akan masuk penjara seumur hidup.

Lain kali dia harus berhati-hati.

"Baik, lain kali aku akan datang melihat kakak, tidak merepotkanmu lagi." Elsa berkata dengan sangat patuh, membuat suster semakin meyukainya.

Cindy melihat Elsa pergi pun terdiam tidak tahu memikirkan apa.

"Sudah kenyang?" suster melihat Cindy bertanya.

Cindy terburu-buru menggelengkan kepala, dia pun memasukkan stroberi ke mulutnya, di matanya tidak tahu kenapa ada air mata, seperti melupakan sesuatu, namun Cindy tidak tahu mengapa dia sedih, dia pun tidak berhenti memasukkan stroberi kemulutnya.

Suster pun terkejut dengan kelakuan Cindy, betapa gilanya Cindy, dia tidak pernah menangis, ada apa?

"Kamu, kamu kenapa?" suster bertanya, apakah karena dirinya tidak menjaganya dengan baik, merasa sedih?

Cindy pun menelan makanan dimulutnya, ada air stroberi berwarna merah yang mengenai bajunya, matanya masih berair, terlihat sangat menyentuh, membuat orang kasihan, jika dia tidak gila, memang tidak dipungkiri, Cindy lebih menarik dari pada Elsa, dengan melihat saat mereka berdua menangis.

Tidak tahu mengapa, ditubuh Cindy ada sesuatu yang menarik orang, membuat orang tergoda.

"Siapa Dion?" Cindy bertanya.

Berhasil menarik suster dari perbandingan antara Cindy dan Elsa, suster pun merasa heran, dan mengatakan ha?

"Saya tanya, siapa Dion?" Cindy bertanya.

Suster membuka mata begitu besar, apakah Cindy tidak mengenal Dion? Padahal setiap sadar dia biasanya memanggil nama Dion.

"Dion adalah pacarmu." Suster dengan hati-hati berkata. Dion selalu mengingatkan tidak boleh membuat Cindy tertekan, namun saat ini, siapa tahu kata apa yang akan membuat Cindy tertekan.

"Pacar? Bisa di makan?" Cindy bertanya dengan penasaran, terlihat jelas dia sangat tertarik dengan Dion, kalau tidak dia tidak akan bereaksi seperti itu dengan nama ini.

"Tidak bisa di makan, dia adalah orang yang paling penting buatmu." Suster dengan hati-hati melihat mata Cindy, melihat mata yang tidak mengerti apapun.

Mulut Cindy sedang berkata: "Orang yang paling penting?"

Mata Cindy yang kosong, seperti masuk kesebuah pemikiran dan tidak bisa keluar, suster bisa merasakan Cindy yang sangat kacau.

Orang yang hilang ingatan jika memaksa mengingat akan merasakan kekosongan dan sakit.

"Nona Cindy, hari ini matahari sangat terik, bagaimana kalau kita jalan-jalan diluar." Suster pun memutuskan pemikiran Cindy, dan menunjuk matahari berkata.

"Ha?" Cindy pun melihat mengikuti petunjuk suster, matahari bersinar di ranjang, begitu hangat, seperti mengusir kedinginan dihatinya.

"Baiklah." Cindy pun mengecilkan mata, perasaan kekosongan tadi pun hilang.

Suster pun mengelap mulut Cindy, dan menggantikan baju baru, lalu menarik Cindy keluar.

Cindy pun tinggal di kamar VIP, jadi orang sangat sedikit, hanya ada Winny yang sedang menunggu diluar ruangan darurat.

Cindy melihat orang selain suster, dengan cepat berlari kesana, memegang bahu Winny.

Winny yang tiba-tiba dipengang bahu pun sadar dari pikirannya yang kacau, melihat Cindy berkata: "Cindy, kamu?"

Cindy melihat Winny, tersenyum berkata: "Halo, apakah kamu mengenal Dion? Ada orang yang mengatakan dia adalah pacarku, adalah orang yang sangat penting, tapi kenapa aku tidak mengingatnya?"

Winny melihat suster di sisi Cindy, suster menganggukkan kepala menyatakan penyakitnya semakin parah.

"Sebentar lagi dia akan datang melihatmu." Winny pun menepuk kepalanya, Cindy mengucek matanya, dengan sangat patuh, Winny pun dengan terpaksa tersenyum, melihat suster bertanya: "Kalian mau kemana?"

"Kami ingin pergi keluar jalan-jalan." Suster menjawab.

Winny menganggukkan kepala, dan menarik jarak dengan Cindy: "Kalian pergilah, aku masih ada urusan."

Novel Terkait

Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu