Balas Dendam Malah Cinta - Bab 259 Bahaya menghampiri (2)

Bab 259 Bahaya menghampiri (2)

Dari atas terdengar suara langkah kaki.

"Di atas ada......" ucapan Cindy belum selesai dikatakan pun ditutup mulutnay oleh Dion, Cindy pun bersandar ditubuh Dion, bisa merasakan wangi parfum ditubuh Dion, wangi itu membuatnya tenang, membuat hati Cindy berdetak kencang, namun setelah mengikuti kata hati, orang itu tetaplah kosong.

Rasa itu membuatnya putus aja.

"Jangan berbicara, patuhlah." Dion pun berkata disamping telinga Dion, begitu menyentuh hati orang.

Cindy menganggukkan kepala, merasakan tangan yang ditaruh dimulutnya mulai dilepaskan.

Seketika, diruang bawah tanah pun tidak ada suara, hanya bisa mendengar suara nafas.

Otak Dion berputar dengan cepat, dia percaya alasan Derek adalah data yang dikirimkan dari Hendra, dari kecil tumbuh besar ditempat seperti itu tidak akan melakukan hal itu, dan juga orang ini tidak bisa disogok.

Hendra pun melemparkan filenya dihadapan Roman.

Sekarang masih pagi, rapat perusahaan akan dilaksanakan jam 9.30 pagi ini, dan sekarang barusan jam 8, Roman masih sedang menyantap sarapan, melihat Hendra yang mengetok pintu dengan kasar, dia pun menjatuhkan file kelantai.

"Ngapain begitu marah pagi-pagi?" Roman terlihat tersenyum dingin, dasi Hendra belum diikat rapi, kancing paling atas masih terbuka, dimatanya ada garis merah, rambutnya juga tidak seperti biasanya, terlihat sangat kacau, kelihatannya dia tidak terlihat begitu hebat seperti semalam.

Roman tersenyum dingin, dan lanjut memasukkan roti kemulutnya.

"Ada larangan di keluarga Tanusaputra yang tidak boleh disentuh, apakah kamu lupa?"Hendra pun menarik kursi dan duduk.

Roman pun mengambil tisu dan mengelap mulutnya berkata: "Kamu bukanlah orang keluarga Tanusaputra, kenapa ikut campur?"

Hendra tersenyum dingin berkata: "Kamu kira kamu bisa merahasiakan hal yang kamu lakukan? Dalam waktu sehari sudah bisa Aku ketahui."

Hendra pun menunjuk file yang ada dimeja.

Roman pun melihat Hendra, melihat isi file itu.

Barusan membuka halaman pertama, wajahnya sudah berubah.

"Salah paham, ini salah paham." Roman dengan gegabah berdiri, bahkan sisa bubur di mangkuknya hampir terjatuh.

Hendra tertawa dingin: "Roman, kamu ingin keluarga ini hancur yah."

Roman tiba-tiba menarik kera baju Hendra berkata: "Seorang yang bukan orang keluarga Tanusaputra tidak berhak mengatakan ini, Hendra, apa arti keluarga ini untukmu, hanyalah alat untuk merebut wanita saja, dan untukku berbeda, Aku memiliki perasaan pada keluarga ini." Roman pun melempar Hendra ke kursi.

Hendra merapikan dasi berkata: "Kamu tahu ada sesuatu yang tidak boleh di sentuh, politik dan bisnis tidak boleh dicampur, kesalahanmu sangat besar."

"Kamu ingin membuang kesalahan yang tidak aku lakukan padaku?" Roman sudah tenang kembali, dia pun merahasikan semuanya dan berpura-pura.

Hendra melihat Roman yang tidak tahu diri berkata: "Derek bukanlah orang bodoh, jika dia tidak mati, kamu hanya menunggu mati saja, saat itu seluruh keluarga Tanusaputra akan hancur di tanganmu."

Hendra tidak berbalik dan berjalan keluar: "Kamu juga tahu, Aku secara diam-diam memiliki banyak saham perusahaan Tanusaputra, orang-orang tua di rapat tidak bisa menyentuhku."

Roman mendengar suara dari dalam pintu yang tertutup, mengetahui Hendra sudah pergi, dia pun duduk dikursi, mengambil secangkir air dan tenang sejenak, namun menyadari tangannya gemetar hingga tidak bisa mengambilnya.

Derek bajingan itu, jika dia benar-benar kembali kesini, akan kuhabisi dia.

Tangan Roman tidak berhenti bergetar, karena jika gagal, yang membayar bukan hanya dirinya sendiri, namun keluarga tanusaputra.

Suara langkah kaki diatas sudah hilang, seharusnya tidak ada yang menyadari dan pergi mencari ketempat lain.

Semua orang pun mendesah.

"Kring......" ponsel tiba-tiba berbunyi, terdengar jelas di ruang bawah tanah.

Nafas semua orang terhenti, adalah ponsel Desly, Derek pun dengan cepat menutupnya, namun sudah terlambat.

Langkah kaki diatas pun terdengar, bahkan suara semakin jelas terdengar.

"Apakah kalian mendengar suara ponsel berdering?" seorang pria berkata.

"Ada, sepertinya dari.......bawah." suara orang ini lebih kecil, lalu langkah kaku yang hati-hati mulai memeriksa, langkah kaki mereka sangat pelan, namun setiap langkah kaki itu seperti menginjak hati mereka.

"Apakah ada jalan keluar lain?" Derek dengan suara rendah bertanya.

Dion pun duduk di lantai, vila ini sudah lama, dia berusaha mengingat kembali, ingatan masa kecilnya yang paling suka bersembunyi di ruang bawah tanah, tapi sudah beberapa kali, tidak pernah menemukan jalan keluar lain.

"Tidak ada." Dion pun menutup mata, kelelahan terlihat.

Dia sudah semalaman tidak beristirahat, langkah kaki diatas yang begitu ribut kira-kira ada puluhan orang.

"Disini ada ruang bawah tanah." Ada orang yang membuka karpet, melihat dengan jelas ada yang berbeda dengan lantai.

"Bisa berkelahi?" Derek pun berdiri, lilin mulai menetes dan menyisakan bekas.

Desly berdiri, menggerakkan otot: "Bisa."

Dion mengelus rambut Cindy berkata: "Kamu diam disini yah."

Cindy menarik ujung baju Dion, Dion pun berdiri dan melihat Cindy sejenak, dan menarik tangannya dan bajunya.

"Kamu diam disini , semalam kamu terluka lumayan parah." Dion pun melihat supir dan berkata.

Desly itu lumayan hebat, sekarang supirnya bahkan pincang, jangan bilang berkelahi, orang diatas semuanya sudah melewati pelatihan.

"Ketua Dion, tubuhmu..."

"Agung, berhati-hatilah." Agung belum selesai berkata pun dihentikan Dion, terlihat jelas tidak ingin dia melanjutkan ucapannya.

Agung tahu jika Dion sudah memutuskan maka tidak akan merubah keputusannya, jadi dia pun tidak menghentikannya.

Dion berjalan di paling depan, ini adalah tempat yang gelap, bisa terdengar langkah kaki yang sedang bergerak.

Senter diponsel pun bersinar dikegelapan, Dion pun memberikan isyarat, beberapa orang pun perlahan bergerak, jarak senter ponsel terbatas, musuh jelas, mereka tidak ini adalah kesempatan mereka.

"Sudah turun 4 orang." Derek perlahan berkata.

Dion juga tidak ragu, bagaimana pun terhadap orang yang sudah melewati pelatihan, mendengar langkah kaki dan mengetahui berapa orang tidak lah aneh.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu