Balas Dendam Malah Cinta - Bab 37 Tian Masuk Rumah Sakit

Bab 37 Tian Masuk Rumah Sakit

Dia melempar ponsel pada Hendra dengan kesal berkata: "Lainkali jangan tunjukan hal begini padaku." Hendra terdiam melihatnya, Cindy dengan marah berkata: "Sudah dengar kan."

"Kamu sendiri yang ingin melihatnya, sekarang malah menyalahkanku." Hendra dengan nada rendah berkata, Cindy mendengar ucapannya pun dengan canggung berkata: "Lain kali saya tidak akan lihat lagi." Setelah mengatakan itu dia pun pergi.

"Kenapa kamu kembali lagi?" Hendra dengan heran bertanya, dia barusan pergi, tidak tahu kenapa tiba-tiba balik lagi, sangat mengherankan.

"Saya kembali untuk berdamai." Cindy berkata. Hendra lagi-lagi terdiam, Cindy melempar bir padanya dan membuatnya tersadar.

Elsa mengambil bantal dibelakangnya dan melempar kedinding berkata: "Cindy, saya tidak akan membiarkanmu begitu saja." Elsa tidak akan pernah menyalahkan Dion, sekarang Elsa makin marah pada Cindy.

Cindy dan Hendra sedang minum bir di bar, tiba-tiba Hendra teringat sesuatu, lalu mengetok kepalanya sendiri dengan kuat, Cindy penasaran bertanya: "Apa yang sedang kamu lakukan?"

"Saya barusan teringat suatu hal yang sangat penting namun melupakannya lagi." Hendra berusaha mengingatnya kembali, namun bagaimana dia berusaha pun tetap tidak ingat.

"Kalau begitu tidak usah pikir lagi, temani saya minum bir." Cindy berkata, dia sedang sedih karena pesan itu, jadi meminum bir untuk mengobatinya, hatinya merasa kata yang dikatakan Hendra tadi benar, dia bahkan bisa memberikan calon istrinya pada orang lain, bagaimana dengan dia, dia sama sekali bukan siapa-siapa.

"Tidak, kamu tidak boleh minum terlalu banyak." Hendra menasehatinya, setiap kali minum bir, Hendra harus berpura-pura mabuk baru dapat mengatasinya.

"Aduh, Tian, Cindy kamu jangan minum lagi, dimana Tian?" Hendra dengan tegang bertanya, saat itu Cindy baru pergi dan saat dia pergi dia menggendong Tian, namun sekarang Tian tidak ada.

Mendengar nama Tian, membuat Cindy tersadar, dengan gemetar berkata: "Tian, Tian, dimana, di mobil, benar dimobil."

Mendengar bahwa di mobil mereka pun tenang, lalu mereka langsung lari ke depan, dengan cepat menuju parkiran, saat sampai Tian sudah tertidur, Cindy langsung membuka mobil dan menggendong Tian, masih bernafas namun sangat lemah. Namun bagaimanapun Cindy memanggil nya, Tian tidak sadar, Hendra pun menjadi tergesa-gesa.

"Cepat naik ke mobil, kamu terus memanggilnya dan lakukan CPR" Hendra mengendarai mobil dengan cepat, membiarkan mereka duduk dibelakang.

"Tian, sadarlah." Cindy dengan tergesa memanggil, namun berbuat apapun Tian tetap tidak sadar, terlihat seperti pingsan, airmata Cindy pun memenuhi matanya, keadaan ini sama seperti keadaan saat ibu Cindy meninggal, bagaimanapun Cindy memanggilnya dia tetap tidak bangun. Cindy takut bahwa Tian akan seperti ibunya, dia pun sudah tidak bisa berpikir dan hanya menangis."

"Cindy kamu jangan tergesa-gesa, jangan menangis, terus lakukan nafas buatan." Hendra berkata padanya, Hendra mengerti perasaan Cindy, dia juga mengendarai mobil dengan cepat, namun rumah sakit terlalu jauh.

Hendra menelepon perawatan darurat untuk bersiap-siap di depan rumah sakit, agar Tian langsung dapat di obati begitu turun dari mobil.

Dion tiba-tiba bangkit, Elsa dengan heran bertanya: "Mau kemana?"

"Bukan urusanmu." Dion menjawab dengan dingin, jika dia ingin pergi tidak ada yang bisa menahannya.

"Tante akan segera kembali." Elsa mengingatkannya, tadi ibunya bilang agar dia menjaga Elsa selama dia pergi, namun dia ingin pergi dan Elsa tidak dapat menahannya, hanya bisa mengancamnya dengan membawa nama ibunya Dion.

Dion kembali dan mendekat pada Elsa, Elsa terkejut melihat Dion, tidak tahu apa yang akan dilakukannya, dia berpikir Dion akan menciumnya maka menutup mata, Dion dengan dingin berkata: "Apakah kamu begitu murahan?" kata ini sangat menyakiti Elsa.

Dia membuka mata dan berkata: "Jadi apa yang sedang kamu lakukan, bukankah kamu tergoda karena kecantikanku?"

"Benar, nona Elsa yang cantik, tapi kamu bukan seleraku." Dion dengan dingin berkata, pemikirannya tidak dapat di baca orang lain, bahkan ibunya sendiri juga tidak mengertinya.

"Oh, jadi Cindy seleramu? Seorang wanita jalang di klub malam." Elsa berkata dengan tidak rela, dia tidak rela harus kalah dengan seorang wanita klub malam.

Dion mengerutkan dahi, menyodorkan tangannya dan mengelus pipi Elsa dan berkata: "Mengapa dia bisa berada di klub malam, saya pikir kamu lebih jelas tahu dari padaku kan, kamu ingin saya mengungkit semua hal di masa lalu kah." Dia memberatkan suaranya di kata "Ingin", mengartikan dia sedang mengingatkan jika ucapannya di masa lalu adalah kebohongan.

"Itu karena dia pantas menerimanya, yang seharusnya milikku harus menjadi miliku, bukankah begitu." Elsa dengan sombong berkata, Dion dengan setuju menganggukkan kepala, berkata: "Kamu masih sama seperti dulu, tidak ada perubahan."

"Saya memang tidak berubah, tapi kamu sudah berubah." Elsa dengan sedih berkata, hatinya sudah berubah, namun Elsa masih percaya bahwa Dion masih menyukainya, namun karena kemunculan Cindy membuat Dion berpindah hati.

"Saya tidak berubah, dulu saya sama sekali tidak menyukaimu, kedepannya juga tidak akan, kamu sudah saatnya untuk merubah sikapmu, dengan sikapmu itu tidak akan ada yang menyukaimu." Dion bangkit sambil berkata.

Elsa dengan marah melihatnya, melempar bantal yang ada di belakangnya berkata: "Apa maksudmu."

Dion menangkap bantal itu, berjalan ke ranjang dan meletakkannya kembali ke belakang Elsa, Elsa malah mengambil bantal itu dan melemparnya lagi ke lantai, Dion dengan sabar mengambilnya dan meletakkannya di ujung ranjang, dengan santai berkata: "Kamu mengerti maksdku, saya pergi dulu, kita akhiri di sini." Setelah mengatakan itu dia pun pergi.

Mobil nya di parkir di depan pintu rumah sakit, Hendra menggendong Tian dari pelukan Cindy, dengan cepat berlari ke depan rumah sakit dan meletakkannya di ranjang menuju ke ruang operasi, dia berbalik melihat Cindy, Cindy menyuruhnya mengikuti dokter dulu, lalu dia menyusul mengikuti mereka.

Sekarang Cindy masih berada di depan rumah sakit melihat langit dan berdoa, berharap ibunya akan mendoakan Tian agar dapat melewati cobaan kali ini, setelah itu dia dengan cepat masuk ke dalam rumah sakit.

Dengan tergesa-gesa dia melanggar seseorang, dia tidak peduli siapa yang dilanggarnya dan hanya mengatakan maaf dan pergi.

Yang ditabrak ternyata adalah Dion, ia terdiam dan tidak percaya itu adalah Cindy, tapi suaranya terdengar seperti Cindy, Dion dengan cepat berlari mengejar kearah Cindy.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu