Balas Dendam Malah Cinta - Bab 261 Bebas Dari Bahaya

Bab 261 Bebas Dari Bahaya

"Uhuk..uhuk.." Derek memegang dadanya dan batuk, barusan pulih dari rasa di timpah Desly.

"Di dalam ini ada pembunuh yang berpengalaman." Derek pun dengan ketakutan memegang lehernya, untungnya dia menghindar dengan cepat, hanya kulit bagian atas yang tergores, kalau tidak mungkin semua nadi pasti akan dipotong, rasa itu seperti berpapasan dengan dewa kematian.

"Saya tidak membunuh orang yang tidak bersalah, siapa yang bernama Derek dan Desly?" pembunuh dengan nada suara yang mengerikan.

Membuat jatung Derek dan Desly berdetak kencang.

Cahaya di ruang bawah tanah sangat gelap, foto yang di perlihatkan orang itu juga kabur, tidak mengenal Derek dan Desly adalah hal yang lazim, tapi...

Di mana paman Dedy?

Sesuai logika, paman Dedy yang sebagai penghianat seharusnya berada di antara mereka, tapi tidak ada, di antara sekumpulan mafia ini, pemimpinnya tentu adalah pembunuh ini.

Dari luar tiba-tiba terdengar suara polisi, dari jauh semakin dekat, dengan cepat berjalan kearah mereka.

Pandangan pembunuh itu pun melihat mereka: "Tidak ingin mengatakannya yah."

Tatapannya begitu kejam: "Kalau begitu akan ku bunuh semua."

"Tunggu." Derek pun berdiri dan langsung mengakui: "Aku Derek."

"Aku Desly." Desly pun berdiri di sisi Derek, mereka berdua tersenyum dan saling pandang, melindungi orang awam adalah kewajiban pekerjaan mereka.

"Kalau begitu pergi matilah." Pembunuh tertawa dingin, memainkan pisau di tangannya.

Namun Derek dan Desly walaupun bodoh, namun mereka sudah pernah mengikuti pelatihan, walaupun tidak bisa menang dari mereka, tapi mereka bisa menarik waktu.

"Bos, polisi sudah datang." Pembunuh sedang berkelahi dengan mereka, tubuh Derek dan Desly sudah terluka, namun setiap kali hampir saja mengenai organ penting.

Mendengar langkah kaki, mereka mulai kacau.

"Diam, semuanya ikut aku, jika melewatkan kesempatan ini, tidak akan ada kesempatan lagi." Pembunuh itu terlihat tidak ingin menyerah.

"Bukan kah masih ada...."

"Diam." Pembunuh mendengar bawahannya yang bodoh dan langsung menendangnya, tendangan ini sangat keras, membuat orang itu tidak bisa berkata hingga mundur beberapa langkah, dan memegang dada lalu batuk.

Mereka pun pergi dengan cepat.

Derek dan Desly pun menjadi tenang setelah melihat mereka pergi.

"Shit...."Derek pun memegang lukanya: "Benar-benar sakit."

"Dasar, kita benar-benar beruntung kali ini, tidak terbayangkan ada orang yang akan menggunakan pembunuh bayaran." Desly pun mendesah, melihat Derek dan memukul ke dada Derek.

"Uhuk uhuk uhuk.." Derek pun batuk: "Pukulanmu begitu keras."

Desly merasakan rasa terluka, aroma darah pun tercium, Desly pun mengambil lampu dari ponsel lalu melihat kepalan tangannya, adalah warna darah, wajah Desly pun berubah: "Derek, kamu terluka yah."

"Barusan pisau orang itu tertusuk padaku." Derek pun memegang lukanya yang tidak berhenti mengeluarkan darah.

Sudah begitu lama Desly tentu tahu ini bagian mana, jantung, jantungnya berdetak kencang, Desly bahkan bisa mendengar detakan jantung yang begitu kencang.

Derek merasa tatapannya semakin kabur, seperti ada kegelapan yang menyelimutinya, kelopak matanya terasa berat: "Aku tidur sebentar."

Siapa itu, ada orang yang menjerit namanya, sungguh mengganggu.

"Derek, jika kamu berani mati, aku akan merebut semua lencana di rumahmu." Desly pun tidak berani menyentuh Derek, takut jika lukanya akan semakin koyak.

Dion menarik tangan Cindy, menutup mulutnya, sekarang dia tidak memiliki tenaga untuk berkata, ruang bawah tanah yang kecil pun dipenuhi dengan bau darah, membuat orang ingin muntah.

Dion pun mendekati wajah Cindy, perlahan berkata: "Lain kali aku tidak akan membiarkanmu terluka lagi."

Aku akan menepati janji.

Cindy merasa kelembutan dari tangan Dion, membuatnya begitu tenang, dan bercampur dengan bau darah.

Namun Cindy tidak bisa mengingat siapa dia, dan pernah mengalami hal apa dengannya.

"Siapa aku, siapa kamu?" Cindy melihat Dion bertanya.

Otaknya kosong, tidak mengingat apapun, bahkan bisa merasakan jika pria ini sangat berarti baginya, namun merasa ini seperti ilusi.

Itu adalah suara langkah kaki, polisi seharusnya sudah sampai.

Dion dengan tenang menutup mata, sekarang dia benar-benar sangat lelah.

"Kring......." ponsel Nichole berbunyi, Nichole pun keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terbalut ditubuhnya, satu tangan mengelap rambutnya, satu lagi memegang ponsel, setelah melihat televisi, dia pun dengan tidak ragu menekan tombol menolak panggilan.

Ponsel terus berbunyi, Nichole pun malas menghiraukannya, mengambil pengering rambut dan mengeringkan rambut, setelah selesai, dia pun melihat ada pesan yang sangat pendek: "Kamu tidak ingin tinggal dirumah yah?"

Jari Nichole dengan cepat mengetik: "Tidak."

Santo melihat layar ponsel yang bercahaya pun membuat emosinya naik, mengapa terasa begitu dingin? Bukankah Nichole sudah bertemu dengan Elsa?

Santo pun mengambil ponsel dan bertanya, lalu bagaimana kita mengurus perceraian kita? Namun setelah berpikir, dia pun menghapus semua kata itu, cara menyelidikinya terlalu jelas, dan jelas sekali jika ucapan itu tidak seperti dia yang biasanya, dia pun mengetik ulang: "Jangan lupa jika sekarang kamu masih adalah istriku."

Santo pun melihat sejenak dan merasa inilah cara bicara dia biasanya, dan menekan tombol kirim.

Nichole yang melihat kata ini pun tertawa dingin, istrinya, jika bukan karena Gary ayahnya, mungkin dari awal Santo sudah menerima surat perceraiannya.

Nichole pun melempar ponsel ke samping dan menuangkan anggur merah untuk dirinya sendiri.

Jujur, sekarang ini dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi Santo, semua yang terjadi di tempat penelitian dia juga sudah melihatnya, dia ingat kebaikan Santo dan perasaannya padanya, awalnya semuanya bisa dengan mudah diselesaikan, namun karena masalah Gary, semuanya menjadi sangat kacau.

Orang-orang bisa melihat dengan jelas, orang yang sebenarnya menangkap Gary adalah Santo.

Walaupun Nichole tidak ingin berpikir seperti itu, dulu keluarganya bisa bangkrut karena ada yang berkhianat, Nichole sangat jarang ikut campur dengan masalah keluarganya, jadi tidak tahu siapa yang sebenarnya melakukan itu, Elsa selalu berpihal pada Santo, membuat orang menduga sesuatu.

Sebenarnya apa perjanjian antara mereka.

Santo yang melihat tidak ada balasan, malah telepon dari bawahannya pun masuk: "Tuan Santo, letak hotel tempat nyonya tinggal sudah di ketahui."

Santo menganggukkan kepala, menggambil jas dan keluar.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu