Balas Dendam Malah Cinta - Bab 200 Hidup Dalam Takdir (2)

Bab 200 Hidup Dalam Takdir (2)

Dion pun mengambil kalung dari leher pria itu.

Pria itu berkata: "Adikku juga adalah orang Indonesia, bukan alat penelitian, disini sangat sedikit orang Indonesia, kamu akan mengenalnya, ini adalah kalung di antara kami berdua, mohon bantuanmu."

Dion pun menggerakkan bibir berkata: "Saya akan menolongmu."

Lampu pun menyala.

Dion pun merasa buruk mengetahui sudah terlambat, dia pun hanya mengatakan dengan terburu-buru: "Saya akan kembali" dia pun segera keluar.

3 pengawal itu tidak ada di ruang penelitian, di dalam ruang penelitian ada suara warning.

Tidak perlu di bilang, Dion pun bisa menebak itu adalah ulah Jason.

"Periksa." Hendra pun terlihat tidak sennag.

Penelitian ini bahkan ada yang bisa masuk dan bisa matikan lampu, begitu lama baru hidup, ini bukanlah ulah orang biasa.

Ade pun memegang laptop dan melihat tatapan bosnya, mengetahui karena dirinya tidak fokus membuat orang mengetahui hal di dalam, dia pun mengerakkan jarinya dengan cepat.

Hendra melihat Ade yang ada disudut, langsung berjalan kearahnya.

"Data Jason sudah di dapatkan? Jika belum, saya akan meragukan kemampuanmu." Hendra pun dengan nada yang tidak senang, sekarang jangan membuatku marah atau kamu cari mati.

Ade pun mengeluarkan data Jason.

"Dia adalah perkerja CIA." Hendra pun membesarkan matanya, jika hal ini ada hubungan dengan CIA, maka akan buruk.

"Orang yang barusan memutuskan listrik sudah ditemui belum ?" Hendra bertanya.

Ade yang sudah berbuat salah tentunya bekerja dengan semampunya, dengan cepat mendapatkan gambar dan orang itu memakai masker, rambut kuning dan keriting, mata biru, tinggi dan sangat mencolok di antara orang.

"Orang ini dari Posey, adalah peneliti, dulu dia pernah berbuat salah dan dioper keluar dan barusan saya membandingkan, orang ini memang sama tapi bukan dia." Ade berkata.

Hendra pun menatap layar, otaknya pun teringat gambar Jason.

Hendra menggunakan kertas menutup hidung dan mulut Jason: "Sama tidak ?"

"Dilihat-lihat sama." Ade pun memukul tangan dan sadar, sangat sama.

"Saya ingin tahu bagaimana di sini bisa masuk seorang CIA, periksa semua orang." Suara Hendra pun terdengar di bagian penguasa.

Cindy perlahan membuka mata, obat sudah lewat, namun tubuhnya sangat lemah.

Masih sebuah dinding putih dan sprei, Cindy pun membangkitkan tubuhnya, namun tidak bisa, bahkan turun dari ranjang juga sulit.

Cindy belum sadar, di depannya dengan cepat ada banyangan hitam, tangan yang dingin jatuh dilehernya.

"Jangan mengeluarkan suara." Adalah seorang wanita.

Nafas Cindy pun perlahan sulit, tangan wanita ini sungguh bertenaga, dan hanya semakin kuat.

"Lepaskan aku, kalau aku mati, kamu tidak akan bisa menghindar, saya janji aku tidak akan bersuara." Cindy pun berkata.

Wanita itu pun melepaskannya: "Jika kamu mengeluarkan suara, saya akan menarik mu sebelum aku mati."

Cindy menganggukkan kepala, saat ini dia baru sadar dari pingsan, dan tadi dia susah bernafas, otaknya tidak bisa berfungsi dan tidak berkata.

Dia adalah orang Indonesia.

"Saya tanya kamu, dimana ini?" wanita ini dengan pisau operasi diarahkan ke leher Cindy.

"Saya tidak tahu." Cindy menggeleng kepala.

"Katakan dengan jujur." Pisau itu bergerak di lehernya, pisau yang dingin asalkan menggunakan sedikit tenaga akan mengambil nyawa Cindy.

Cindy pun mencoba tenang berkata: "Saya juga ditangkap kemari, mungkin kita bisa berbicara."

Wanita itu tidak begitu percaya, jelas kamar ini bukanlah kamar seperti orang yang di tangkap, apalagi, di depan pintu ada 2 pengawal.

"Kamu lihat apakah aku seperti orang di dalam?"

Wanita itu melihat wajah Cindy yang memucat, sekujur tubuhnya begitu lemah dan tidak bisa berdiri, ini adalah reaksi obat penelitian.

Wanita ini pun perlahan menurunkan pisaunya.

Dari luar pintu terdengar suara langkah kaki, Cindy dan wanita itu pun terkejut.

Tatapan wanita itu pun menjadi tajam.

"Kamu sembunyidi bawah ranjang, saya akan melindungimu, percaya padaku." Cindy melihat wanita itu dengan yakin berkata.

Wanita itu dan Cindy pun saling menatap, Cindy bisa melihat tatapannya yang ragu, namun memilih mengikutinya.

Yang masuk adalah Hendra.

Dia kelihatan lelah, matanya terlihat capek, terlihat dia tidak istirahat dengan baik.

"Saya sudah menghitung waktu, tahu jika kamu sudah sadar." Hendra pun berjalan kearah ranjang.

Cindy dengan wajah kesal: "Sekarang saya tidak ingin melihatmu."

Hendra pun tidak bergerak, melihat angin yang meniup dari jendela, memikirkan sekarang tubuh Cindy lemah, tidak boleh terkena angin.

Dia pun menguncinya: "Cindy, apakah kamu melihat seseorang."

Cindy pun terkejut.

Dan wanita itu juga sama, dia pun seharusnya menggunakan Cindy sebagai ancaman, dan bukan mempercayainya.

"Saya sangat ingin melihat orang selain kamu." Cindy dengan dingin berkata.

Hendra pun menutup jendela, melihat pengawal yang berjaga di bawah dan tidak berkata apapun.

"Jika ada orang yang datang kesini, harus beritahu aku, aku tidak akan menyakitimu." Hendra pun berkata di samping Cindy.

Cindy sangat kesal dan menghindar.

"Dulu kamu tidak akan menatapku seperti itu." Hendra dengan nada yang sedih.

"Itu dulu, kamu bukan lagi Hendra yang aku kenal! Kamu lihat apa yang kamu lakukan!" Cindy berkata dengan susah, ucapannya pun tidak terdengar mengancam.

"Tunggu 1 hari lagi, kamu akan melupakan semua yang tidak senang, kita akan bisa pulang ke Indonesia." Hendra pun berada di dunianya, memeluk Cindy, dan Cindy tidak bertenaga dia tidak bisa menghindari pelukan ini.

"Kak Hendra, berhentilah." Cindy pun karena aroma yang tidak asing, dulu saat berada di pelukan ini yang menahannya melewati semua kesulitan itu, namun kenapa sekarang menjadi seperti ini?

Cindy tidak mengerti.

Hendra mendengar Cindy memanggilnya kak , yang sudah lama tidak terdengar, dalam hati pun tergerak, tapi saat memikirkan Dion, jarum dalam hatinya tidak bisa di cabut.

"Cindy, saya melakukan ini semua untuk kita." Hendra berkata.

"Kamu disini dulu, saya pergi menyelesaikan masalah, dan kamu harus patuh, saya tidak akan memasukkan obat padamu." Hendra mendorong pintu dan pergi.

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu