Balas Dendam Malah Cinta - Bab 40 Mobil Cindy Sengaja Ditabrak

Bab 40 Mobil Cindy Sengaja Ditabrak

Botol-botol bir berjatuhan di lantai, dia dengan mabuk mengambil ponsel dan menelepon ke Dion, penggilan telepon Dion sibuk terus dan tak ada jawaban semakin membuatnya terpukul, dia berdiri dari lantai dengan kepala yang berat, dia menjerit dalam kegelapan berkata: "Dion, saya pasti akan bersamamu, dulu kita sangat baik, sangat baik, sampai wanita bejat itu muncul, jika kamu masih berani mengoda Dion, saya pasti akan membuatmu membayar semuanya."

Elsa yang susah berjalan dengan tegak pun terlihat seperti akan jatuh, lalu dia terjatuh di lantai dan tertidur dengan kerinduan dan kebencian.

Keesokan harinya, Jordi pergi ke rumah Elsa, setelah mengetok pintu begitu lama, tidak ada yang membuka pintu, untung saja pelayannya yang baru pulang sudah balik dan langsung membukakan pintu untuknya.

Setelah dia masuk, ia melihat kamar Elsa yang berantakan, bantal dan vas bunga pun berjatuhan di lantai, Jordi berteriak: "Kakak? Dimana kamu?"

Pelayan juga sibuk mencarinya, kamarnya juga di penuhi dengan baju yang berserakan, hanya terlihat jaket yang terletak rapi di ranjang. Jordi dengan tergesa-gesa berteriak hingga pelayan menemukannya di balkon, Jordi pun dengan cepat berlari kesana, bir berjatuhan di lantai, Elsa terlihat terbaring di bawah kursi, pelayan pun dengan gugup memanggilnya namun dia tetap tidak sadar.

Jordi menggendongnya dan lari keparkiran, dia memasukannya ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit.

"Dion." Elsa memanggil namanya, Jordi yang mendengarnya memanggil nama itu pun semakin marah, dia tahu jika kakaknya sangat mencintai Dion, namun Dion sama sekali tidak memandangnya.

"Bantu saya mengurus sesuatu." Jordi yang tidak tahu sedang menelepon siapa, namun terlihat dia tersenyum sinis.

Cindy pagi-pagi sudah bangun dan sedang berkendara di jalan, sekarang dia merasa sangat bebas, sudah tidak ada Tian dan Dion, hanya ada hari-hari yang santai, namun sebelum itu dia harus mengurus masalah Elsa.

Dia berkendara dijalan, tiba-tiba ada mobil yang menabraknya dari belakang, karena dia di langgar tiba-tiba dan tidak ada persiapan apapun, kepalanya pun terantuk di kemudi, dia berusaha untuk mengerem, namun bagaimanapun mobil tidak terhenti, dia berbalik melihat ada mobil yang mendorongnya. Tiba-tiba dia terpikir, langsung menginjak gas, mobil dengan cepat melaju, dia melihat dari kaca, ada mobil yang mengikutinya, dia pun berputar dan akhirnya dapat meninggalkan mobil itu.

Mobil pun sampai klum miliknya, setelah turun dari mobil baru dia menyadari kepalanya berdarah, pasti karena dia terantuk di kemudi.

Dia hanya menghapus darahnya menggunakan tisu dan masuk ke klub, klub sangat sunyi di pagi hari, biasanya orang suka datang di malam hari, kehidupan yang gila selalu dimulai di malam hari.

"Kak Cindy kamu sudah datang ya." Dita mengucapkan salam padanya, Dita selalu datang sangat pagi.

"Oh iya apakah Hendra sudah datang?" Cindy bertanya, biasanya Hendra datang sangat pagi, mengapa hari ini dia masih belum datang.

"Saya juga tidak tahu, mungkin ada masalah yang harus diurusnya." Dita tersenyum berkata: "Kalau begitu saya pergi bekerja dulu."

Cindy tersenyum setuju, saat itu Hendra meneleponnya: "Cindy kamu baik-baik saja kan?" Hendra terdengar khawatir.

"Saya tidak apa-apa, sedang di klub, kamu?" Cindy belum selesai berkata Hendra sudah menutup teleponnya, sambil memegang ponsel ia berbicara pada dirinya sendiri: "Ada apa, apakah sesuatu terjadi?"

Hendra berlari dari parkiran ke klub, karena dia melihat mobil Cindy dalam kondisi hancur tertabrak, dia takut sesuatu terjadi padanya.

Saat dia sampai di klub dan melihat Cindy sedang duduk di bar sambil menyeka cangkir, dia berjalan ke arah Cindy dan memeluknya dengan erat berkata: "Untung saja kamu tidak apa-apa, tahukah kamu kalau aku sangat khawatir?"

Cindy merasa Hendra tiba-tiba melakukan ini pun langsung mendorongnya dan melihat Hendra yang begitu tergesa-gesa membuatnya tidak tega memarahinya, Hendra menarik Cindy untuk memeriksa keadaannya.

"Apa yang sedang kamu lakukan, hentikan."Cindy dengan marah berkata, dia tidak mengerti apa yang sedang Hendra lakukan dan sangat marah, Hendra memegang kepala Cindy berkata: "Tadi saya melihat mobil mu ada bekas tabrakan di parkiran, jadi saya sangat khawatir, kamu tidak apa-apa kan?"

Mungkin Hendra tidak sengaja memegang bekas luka di kepalanya, membuatnya menarik nafas, wajahnya pun langsung mengerut.

"Kenapa, kamu terluka?" Hendra dengan gugup berkata, dia tahu jika dirinya menyentuh luka Cindy, diapun merasa bersalah, merasa bersalah mengapa dirinya tidak ada di samping Cindy saat itu.

Cindy dengan jari telunjuknya memegang kepalanya dan dengan tersenyum berkata: "Tidak ada masalah besar, tenang saja." Hendra mengenyampingkan rambutnya dan melihat ada segores luka yang masih berdarah, alisnya mengerut, dengan tidak tega bertanya: "Sakitkah?" Cindy menggelengkan kepala berkata: "Saya tidak apa-apa, lihatlah dirimu sendiri, apakah saya yang terluka atau kamu."

Hendra masih ingin mengatakan sesuatu, namun di bantah Cindy, lalu duduk di kursi dan mengambil bir dan berkata: "Lihatlah apakah aku orang yang selalu dibenci orang."

"Dasar bodoh, apa yang sedang kamu pikirkan lagi." Hendra membantah.

"Jadi mengapa selalu ada orang yang ingin menyakitiku ya." Cindy dengan kecewa berkata, dia merasa hidupnya sangat susah, dia bahkan merasa dirinya sangat sial, selalu membawa hal yang tidak baik pada orang di sekitarnya, terlebih dahulu adalah ibunya, selanjutnya adalah Hendra yang juga berkali-kali masuk rumah sakit karena dirinya, luka di tubuh Hendra bisa dikatakan sangat banyak.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak, orang itu ingin menyakitimu karena mereka iri padamu." Hendra membujuknya berkata, dia sangat mengerti Cindy, beberapa tahun ini dia menemani Cindy melewati banyak sekali masalah, di dalam diri Cindy terdapat sesuatu yang tidak di miliki wanita lain, dia sangat teguh dan mandiri, menghadapi masalah apapun dia selalu tenang dan membuat Hendra sangat kagum padanya.

"Saya merasa diriku sangat sial, dari kecil sampai besar saya tidak pernah melewati hari yang tenang, setelah dewasa malah harus menghadapi musuh, dan bahkan tidak memiliki kekuatan untuk membalas dendam pada mereka, kamu bilang, apakah saya sangat tidak berguna, ibu pasti akan kecewa padaku." Cindy dengan sedih berkata, dia tiba-tiba seperti ini karena kecelakaan tadi, dia merasa sudah ingin mati, namun di benaknya muncul 2 orang, 1 adalah ibunya dan satunya lagi adalah orang yang tidak seharusnya dia cintai, Dion.

Cindy merasa dirinya harus menyelesaikan masalahnya, dia harus keluar, keluar dari rasa cintanya pada Dion. Hendra membelai kepala Cindy, dengan tertawa berkata: "Apa yang sedang otak kecilmu pikirkan?"

Cindy pun tersadar, dia tersenyum pada Hendra, menunjukan jika dia tidak apa-apa, namun sebenarnya hatinya sangat kacau. Hendra menariknya, Cindy dengan heran bertanya: "Kamu ingin membawa ku kemana?"

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu