Balas Dendam Malah Cinta - Bab 277 Menyelamatkan Anak-Anak

Bab 277 Menyelamatkan Anak-Anak

Rudy dengan reaksi cepat langsung menahan tubuh Cindy agar dia tidak melukai dirinya sendiri. Dan Winny pun dengan cepat maju dan menahan Cindy, keringat pun bercucuran, mata Winny bun tidak berkedip dan menatap layar.

"Ada apa ini?" Agung dengan tegang melihat Cindy yang dengan jelas terlihat aneh, dia terlihat sangat khawatir, dan 4 orang ini sama sekali tidak menghiraukan Agung, mereka sedang menatap data yang terus berubah.

Agung pun dengan pintar memilih diam.

Dia pun menelepon Dion, dan ponsel Dion dari awal sudah tidak bisa dihubungi, Agung melihat waktu, pagi jam 10.30, tidak tahu bagaimana keadaan Dion.

Dion sudah sampai di tempat yang di janjikan, sebuah garasi kumuh, diluar kota, ada sedikit asap, itu adalah tempat yang cocok untuk membunuh orang, Dion pun berpikir seperti itu.

"Lemparkan pistol keluar." Dion mengenakan alat pendengar bluetooth sambil berkendara, di belakang ada Derek dan Desly, dari dari alat bluetooth itu terdengar suara.

"Jangan bercanda, aku mana mungkin ada pistol." Dion mengerutkan dahi, perlahan berkata.

"Bukan mengatakannya padamu, aku berkata pada Derek dan Desly." Dion pun melihat mereka berdua dari kaca, berkata: "Apakah kalian membawa pistol? Lempar keluar."

Derek dan Desly pun saling pandang dan melempar pistol yang ada di pinggang mereka keluar jendela.

"Sudah kan?" Dion pun berkata dengan orang di dalam telepon.

Orang itu pun seperti melihat tindakan mereka, dan Dion pun tidak heran dengan hal ini.

"Hentikan mobil kalian dengan jarak 100 meter dari garasi, lalu borgol tangan Derek dan Desly, setelah itu turun dari mobil." Dion pun menaikan alis, tidak kurang satu kata pun dan mengatakan pada Derek dan Desly.

Melihat Derek dan Desly yang menganggukkan kepala, Dion pun melihat jalan: "Kami akan menepatinya, tapi sekarang aku ingin mendengar suara Dita."

Orang itu pun terdiam dan mengatakan: "Baik."

"Sebaiknya kamu patuh sedikit." Terdengar suara dari telepon.

Dion pun melepaskan alat pendengar dan membuka speaker.

"Dita, bagaimana keadaanmu dengan anak-anak?" Dion bertanya.

Suara Dita terdengar sangat serak, kelihatannya belakangan ini dia jarak berbicara: "Anak-anak terus menangis, belasan bajingan ini menyuntik obat penenang pada anak-anak."

Dion mengerutkan dahi, harus tahu jika tubuh anak sangat lemah, dasar bajingan.

Orang yang memegang telepon itu mendengar ucapan Dita pun menendangnya lalu memarahinya berkata: "Siapa yang menyuruhmu begitu cerewet."

Orang itu pun mengambil ponsel dan berkata pada Dion: "Kalau begitu aku tidak akan menyembunyikan darimu lagi, aku tidak begitu rendahan sampai menyakiti wanita dan anak-anak, kamu tenang saja."

Dion pun mengatakan iya dan menutup telepon.

Derek melihat Dion dan berkata: "Mereka ada belasan orang, mendengar cara bicara itu, mereka ingin menghabisimu juga, ketua Dion, apakah kamu takut?"

"Apakah kamu pernah mendengar cinta seorang ayah bagaikan gunung?" Dion pun menghentikan mobil, melihat garasi kumuh yang tidak jauh, kekuatan untuk bergerak pun menurun.

Mereka bertiga berjalan ke depan garasi, 2 orang itu adalah pria paruh baya, memakai setelan hitam dan memakai kacamata hitam, kelihatannya sudah terlatih.

"Periska tubuhnya." Salah satu di antara mereka menahan mereka dan dengan dingin berkata.

Dion mengerutkan dahi melihat pria itu, dengan sangat kesal berkata: "Aku ada alergi." Setelah berkata, dia pun melemparkan semua pisau yang ada dikantong dan pinggangnya kelantai, dia pun membuka jasnya, dia hanya memakai kemeja yang tipis, didalam jas terlihat menyembunyikan sesuatu.

Pengawal melihatnya, paling tidak sekarang dia tidak ingin membuat Dion marah.

Kedua pengawal pun melihat borgol Derek dan Desly, memikirkan mereka sudah tidak bisa melakukan apapun, lalu membiarkan mereka lewat.

Mereka bertiga pun masuk ke dalam, garasi yang begitu besar terlihat begitu kumuh, penuh dengan debu, matahari pun bersinar dari jendela dan masuk kedalam, garasi sangat besar, jadi bisa terlihat dengan jelas didalam ada belasan orang.

"Lama tidak bertemu, tuan Derek." Seorang pria melihat Derek tersenyum menyapa, Dion yang mendengar itu pun tahu pria itu yang menghubunginya lewat telepon.

"Paman Dedy, keluargaku begitu baik denganmu." Derek mengerutkan dahi melihat paman Dedy, walaupun tahu dia adalah penghianat, tapi dia tiba-tiba berdiri di hadapannya dan mengatakan ucapan yang berlebihan, memikirkan apa yang mungkin terjadi selanjutnya, dalam hati Derek sangat kacau.

Dion melihat Dita dan 2 anaknya yang berada di sudut garasi, beberapa orang berjaga disisi mereka, 2 anaknya sedang tidur, sesuai dengan yang Dita katakana, 2 anaknya disuntik obat penenag.

"Itu adalah pemikiranmu."

Paman Dedy dan Derek masih sedang mengenang masa lalu, Dion pun melihat keadaan sekitar, mencari cara untuk melarikan diri.

"Baiklah, jika Dion sudah membawa kalian kemari, saya rasa kalian sudah tahu akhir kalian." Paman Dedy pun mengeluarkan pistol: "Derek, Desly, sebenarnya aku tidak ingin menyakiti kalian, jika kalian ingin menyalahkan, salahkan kalian terlalu pintar, mengetahui semua kebohongan yang di rangkai."

"Selamat tinggal." Paman Dedy pun berkata.

Derek dengan cepat menendang Desly, Desly pun terjatuh di lantai, peluru itu pun berada di udara, akhirnya mengenai dinding.

"Pukul mereka." Paman Derek pun melambaikan tangan, pria di sampingnya pun mulai menghadapi mereka.

"Bang." Peluru meluncur.

Tapi ini bukanlah tembakan dari paman Dedy, tapi Derek, peluru itu jatuh dilantai, meninggalkan puing-puing yang berserakan, pria berbaju hitam yang ingin melawan pun menghentikan langkah mereka, dengan terkejut melihat Derek dan Desly yang sudah terbebas dari borgol, tangan setiap orang memegang pistol.

Paman Derek mengerutkan dahi, memang tidak boleh meremehkan mereka berdua.

"Tidak terpikirkan kan, dari awal kami sudah tahu kamu akan menyuruh kamu melemparkan pistol, dan memborgol kami, itu hanyalah mainan anak-anak."Desly tertawa berkata.

Melihat Dion, dia sudah mengeluarkan pisau dari kakinya, celana yang longgar pun dapat menutupi keberadaan pisau itu, dan itu semua bermula dari kelalaian pengawal di depan pintu.

Dion pun menggunakan kesempatan yang sedang kacau, dia pun sudah memukul pengawal yang berjaga dan melindungi Dita dan ke 2 anaknya di belakangnya.

Semuanya terjadi begitu tiba-tiba, membuat paman Dedy pun menepuk tangan.

"Bagus sekali." Paman Dedy berkata: "Disini ada belasan orang, semuanya adalah pengawal yang hebat, saya benar-benar ingin melihat kalian seberapa hebat."

Novel Terkait

Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu