Balas Dendam Malah Cinta - Bab 221 Reaksi Obat (2)

Bab 221 Reaksi Obat (2)

Cindy mengangkat kepala, melihat tatapan mata yang tegang.

Alis mata Cindy membengkok, tersenyum, saat melihat Dion, matanya seperti bersinar.

"Cindy, saya angkat kamu naik yah."

Cindy tidak berat, Dion dan Winny pun menarik Cindy naik.

Cindy melihat Dion yang begitu sedih pun langsung memeluknya: "Kenapa saat aku meneleponmu ada suara wanita, apakah kamu mencari wanita lain."

"Suara wanita? Tidak…" Dion berkata hingga setengah pun melihat Winny yang sedang menggelengkan kepala pada Dion.

Dion pun mengerutkan dahi, dia begitu turun dari pesawat langsung kemari, bahkan melihat Cindy ingin bunuh diri, lalu Cindy yang sekarang sama sekali tidak terlihat seperti ingin bunuh diri, kenapa bisa begitu?

Dion menundukkan kepala mengelus kepala Cindy, ada wangi shampoo nya.

"Orang yang paling aku cintai adalah kamu, tidak mungkin ada wanita lain."

Cindy mendengar ini pun tersenyum bahagia: "Lain kali tidak boleh biarkan wanita lain menyentuh ponselmu."

"Baik." Dion pun menggendong Cindy ke ranjang: "Kamu istirahat dulu, saya pergi ke toilet dulu ya."

Cindy dengan patuh menganggukkan kepala, Winny pun mengikuti Dion meninggalkan ruangan.

Sebelum Dion berkata, Winny pun berkata: "Kamu juga sudah lihat, sudah semakin memburuk."

Dion mengiyakan berkata: "karena apa dia ingin melompat."

" karena, diponsel mu ada suara wanita." Winny pun menunjuk ponsel Cindy, dengan serius: "Masalah kelahiran kembali sudah mulai terlihat, kelahiran kembali yang dibuat dokter Ryan sudah saya buat angka dan menelitinya, memang kekurangan sesuatu yang sangat penting, dulu penelitian mereka akan mengakibatkan kebodohan, sekarang kelahiran kembali yang baru hanya memperlambat waktunya muncul, perlahan Cindy akan melupakan semua ingatannya, termasuk kebiasaannya, kembali seperti bayi."

Wajah Dion terlihat buruk: "Besok, besok mulai penelitiannya, paling lambat perlu waktu berapa lama."

"Di dalam proses penelitian bisa terjadi hal yang berada diluar dugaan, saya hanya bisa memberitahu mu paling cepat 1 bulan, ini pun dalam keadaan sudah menemukan semua angka dan dalam bantuan dokter Ryan." Winny menduga, karena kondisi kakaknya sangat parah, ingatannya kacau, karena dosisnya lebih sedikit dari Cindy, itu artinya, reaksi Cindy akan lebih cepat dari kakaknya.

"Dan, Cindy hanya ingat dengan mu, dia sudah mulai melupakan kami, ingat, semua hal yang bisa membuatnya tidak tahan harus di hindari, kalau tidak, keadaan seperti hari ini akan terjadi berulang-ulang." Winny pun mengingati Dion, dan pergi ke kamar samping melihat kakaknya.

Dion pun mengisap rokok diluar ruangan, melihat Cindy yang bosen sedang bermain rambutnya diranjang, mengerutkan dahi semakin dalam.

Hendra si bajingan itu, jika tahu kelahiran kembali begitu membahayakan, mengapa dia masih memberikannya pada Cindy?

Dion mendorong pintu dan menutup semua ekspresinya tadi, tersenyum lembut: "Hari ini anak kita akan datang melihat kita."

Ini adalah karena mereka memaksa Santo dan akhirnya dia membebaskan Dita dan anaknya.

Cindy memiringkan kepala melihat Dion: "Anak, anak kita?"

Terlihat jelas jika dia sudah tidak mengingat ini semua, sejak kapan dia ada anak?

Dion melihat Cindy yang tidak mengerti, hatinya pun sakit, namun tersenyum lembut: "Benar, kita sudah memiliki anak."

Barusan berkata, Dita pun membawa Tian dan Reza masuk.

Reza masih belum bisa jalan, dan sedang digendong oleh pelayan di balik Dita, Tian dari awal sudah tidak di gandeng Tian dan langsung berlari dengan pantat yang bergoyang ke sisi Cindy.

"Mama, mama, lihat Bibi Dita membelikanku mainan baru, saya membawanya kesini untuk kamu lihat." Tian sedang memegang mobil kecil dan memberikannya pada Cindy.

Cindy menyodorkan tangan dan mengambilnya, dengan terpukau melihat anak kecil yang memanggilnya mama.

"Ini adalah anakku?" Cindy melihat Dion, matanya bersinar cinta seorang ibu, untungnya dalam diri Cindy masih menyembunyikan rasa seorang ibu.

"Mama…" Reza pun berkata dengan suara bayi, tidak begitu jelas.

Cindy menyodorkan tangan, menyuruh Dita memberikan Reza padanya. Hati Cindy yang kosong pun seperti terisi penuh.

"Ketua, saya di luar." Agung pun menelepon Dion, Dion melihat Cindy dan anak-anak begitu dekat, dia pun keluar.

"Masalah yang saya suruh sediki sudah ada hasil?" Dion menutup pintu dengan perlahan.

"Anak dokter Jay memang ada memesan tiket ke Australia." Agung menganggukkan kepala: "Dokter Jay sekarang sudah dibawa dari rumahnya dan sudah diatur."

Dion menganggukkan kepala: "Masalah dokter Ryan, apa yang dikatakan Jason?"

Wajah Agung berubah, hanya mengerutkan dahi, dan terlihat tidak begitu baik.

"Tempat penelitian Hendra setelah dia pulang sudah dipindah tangan ke Jeremi, dokter Ryan sekarang bekerja dengan orang ini, Jason mengatakan jika Jeremi tidak mudah, Jenny sudah membuka nilai yang besar untuknya."

Dion pun sangat terkejut dengan kabar ini, bagaimanapun dokter Ryan adalah orang yang bekerja untuk Hendra, jika dokter Ryan malah bekerja untuk Dion, Hendra pasti tidak akan membiarkannya begitu saja: "Bagaimana dengan keadaan keluarga Jenny."

"Jason bilang dia sedang membantunya kamu tidak perlu khawatir." Agung berhenti sejenak, teringat hal penting, berkata: "Nona Jenny bilang ada hal penting yang ingin dia beritahu padamu."

Dion menaikkan alis, tidak mengerti ada masalah apa yang lebih penting dari Cindy dan kelahiran kembali.

"Dia bilang apa lagi?"

"Dia bilang mengenai identitas Tian."

Dion juga tidak ragu, dia langsung meneleponnya.

karena perbedaan waktu, Jenny pun terbangun karena suara ponsel, Nichole yang disampingnya pun menggerutkan dahi, 1 tahun tidak bertemu, tidak membuat mereka semakin dekat malah membuat mereka memiliki jarak.

Jenny melempar rambutnya dan keluar, mengambil ponsel ke ruang tamu: "Dion, lain kali jika mau telepon perhatikan perbedaan waktu yah?" dengan suara yang tidak senang, Jenny yang biasa selalu lembut terlihat sangat nyata.

"Beberapa hari lagi saya kirimkan produk wajah yang terkenal untukmu, saya telpon karena ingin tahu identitas Tian!"

"Saya lupa memberitahumu, sebenarnya Tian adalah…"

Sebuah pisau dingin masuk ke pinggang Nichole, tangan yang dingin pun menggambil ponsel Jenny.

"Halo, halo, halo?" Dion pun tidak mendengar apapun.

Jenny berbalik, tatapan wanita yang kacau, berkata: "Nichole."

Novel Terkait

Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu