Balas Dendam Malah Cinta - Bab 32 Bukti Foto

Bab 32 Bukti Foto

"Tian pintar ya, cepat minum susu." Hendra dengan nada membujuk berkata, dia merasa nama baiknya tidak boleh hancur di tangan seorang anak kecil, namun Tian tidak mendengar perintahnya, anak masih kecil, jadi sangat lazim jika dia tidak mengerti, diumurnya yang masih kecil hanya tahu makan, minum dan bermain saja.

Setelah Cindy siap makan, dengan tersenyum melihat Hendra : "Bisakah kamu mengurusnya?"

Hendra pun menggelengkan kepala, Cindy menganyunkan tangan padanya dan berkata: "Aku juga tidak bisa, saya hanya bisa memberikannya susu." Setelah mengatakan ini langsung berbalik ke kamar, mungkin karena bukan anak sendiri, perasaan Cindy juga tidak begitu dalam terhadap Tian.

"Kamu sudah pulang ya." Hendra menutup pintu berkata, dan tidak ada yang menjawabnya, dia tidak tahu harus bagaimana dan melihat Tian, Tian sedang mengisap botol susunya, namun yang di isap bukan botol melainkan tangannya.

Hendra berusaha mengambil botol dari tangan Tian, dengan lembut berkata: "Anak baik, berikan ini padaku yah? Saya akan memberikanmu makanan enak yang lain." Setelah mengatakan itu, dia pun mengambil botolnya, dan tidak peduli Tian mengerti atau tidak.

Melihat botolnya di ambil, Tian pun menangis, meskipun Hendra membujuknya dia tetap menangis, akhirnya hanya bisa memasukkan botol itu kemulutnya, namun Tian tidak mau, dan terus menangis, Hendra pun bingung harus bagaimana.

Pintu kamar terbuka, Cindy terlihat tidak senang melihatnya, Hendra dengan senyum canggung melihatnya: "Dia, dia tidak enak badan, dia memikirkan mu. Benar, memikirkanmu." Dengan tersendak berkata, Cindy masih terlihat marah, Hendra tahu jika Cindy tidak suka orang mengganggunya tidur, namun kali ini dia bukan sengaja.

Cindy menguap beberapa kali, berjalan kearah Hendra dan berkata: "Berikan padaku." Dia menggendong Tian, mengayunnya, sambil mengayun sambil membujuknya, karena dia terus menangis membuat tidur Cindy juga tidak nyenyak.

"Hari ini kamu tidak pergi ke klub malam?" Hendra bertanya, karena beberapa hari ini Cindy juga tidak pergi, karena dia adalah bos, tidak pergi juga tidak masalah.

"Pergi, tapi bagaimana dengan anak ini?" Cindy mengayun Tian sambil berkata, Tian sudah tidak menangis sejak dalam pelukannya, mungkin karena sudah terbiasa dengannya, membuar Tian nyaman dan berhenti menangis.

Saat ini, Hendra melihat barang di luar jendela, ada kamera udara, Hendra mengambil cangkir dan ingin melemparnya, namun Cindy menghentikannya, seperti tidak ada apa-apa berkata: "Biarkanlah mereka memotretku, bukankah itu mau mereka."

"Kamu, ada apa?" Hendra dengan terkejut melihatnya, tidak percaya kata ini keluar dari mulutnya, sebenarnya Cindy ingin mempergunakan wartawan untuk menjauhi Dion, dia merasa Dion sudah sangat mengganggunya, dia ingin menjaga jarak dengannya.

"Sudah jelaskah asalnya?" Cindy meletakkan Tian sambil bertanya, sekarang dia akan mulai membalas dendam, jika sudah memberikannya hadiah besar, dia tentu harus mengembalikannya.

"Belum, namun masalah rumah sudah beres." Hendra dengan serius menjawabnya, sekarang mereka dalam kondisi kerja, Hendra melihat Tian yang sedang berada di sofa, bertanya: "Bagaimana dengan anak ini?" mendengar ini Cindy langsung melihat Tian dan berkata: "Taruh dia di lobby, bagaimanapun dia di buang disana." Hendra setuju dan menganggukan kepala, belakangan ini mereka sangat sibuk, memang tidak memiliki waktu untuk mengurus Tian.

Kamera udara yang memotret mereka beberapa menit sudah menghilang, Cindy berjalan ke arah jendela dan melihatnya menjauh, berhenti di sebuah mobil yang terletak tidak jauh, seperti sedang memikirkan sesuatu berkata: "Sejak kapan mobil itu berhenti di sana?"Hendra mendengar itu pun langsung berjalan ke jendela untuk melihatnya.

"Saya akan mengeceknya." Hendra dengan serius berkata, wartawan biasa tidak mungkin menggunakan kamera udara, dari sisi harga tidak mungkin mereka dapat membelinya, apalagi dari harga mobil itu.

Cindy terlihat setuju dengan menganggukkan kepala, melihat dia setuju, Hendra pun langsung pergi, "Sambil membawa Tian pergi, saya tidak ada waktu menjaganya." Cindy berkata, sebentar lagi dia aka keluar mengurus masalah, tidak ada waktu menjaganya.

Elsa duduk di sofa, melihat orang suruhannya mengirim video padanya, berkata pada Jordi: "Orang ini sangat bisa dipercaya, fotonya benar-benar jelas."

Jordi melihat videonya juga mengangguk setuju, berkata: "Dimana kamu mencarinya, pekerjaanya sungguh bagus, lain kali jika ada kesempatan aku juga akan mencarinya."

"Dion yang merekomendasinya." Elsa dengan senang berkata, Dion yang mengirimkan nomornya padaku semalam, dia bilang pelacak ini hebat, sebenarnya Dion sengaja ingin membongkar identitas Elsa, dengan dia melacak Cindy, Dion juga bisa melacaknya, dia ingin tahu apakah tebakannya benar.

"Dion? Kenapa dia tiba-tiba menjadi begitu baik?" Jordi dengan heran bertanya, dia selalu merasa ada keanehan dibalik ini.

Kring....

Jordi mengangkat telepon, dari ibunya, "Ada apa?" Jordi dengan tidak sabar bertanya, karena ibunya terus memaksa nya untuk pergi ke sekolah, jadi dia menjadi tidak suka padanya.

"Kenapa tidak pergi ke sekolah lagi?" Ibunnya bertanya, Jordi melihat Elsa dan tiba-tiba teringat sesuatu, lalu berkata: "Saya sedang bersama kakak, kakakku sedang mengalami kesulitan, saya sedang membantunya."

Elsa langsung melototinya, Jordi sering menggunakannya sebagai alasan untuk tidak pergi ke sekolah, selalu mengatakan dirinya dalam masalah dan selalu meminta bantuanya.

"Benarkah?" Ibunya dengan tidak percaya bertanya, "Jika kamu tidak percaya, kamu dengar sendiri." Jordi memberikan ponsel pada Elsa, Elsa dengan ragu mengambil telepon itu berkata: "Ibu, dia benar-benar berada di tempatku, namun bukan saya yang menyuruhnya kemari." Jordi dengan terkejut melihatnya, dan langsung merebut ponselnya berkata: "Bukankah kamu kakakku, kenapa malah mempersulitku."

"Kamu cepat pergi ke sekolah, akan ku beritahu ayahmu jika kamu terus-terusan bersantai seperti ini, agar dia tidak memberikanmu uang." Elsamengancamnya, setelah mengatakan itupun dia tertawa.

"Huh, pergi yah pergi, siapa takut." Jordi dengan sombong berkata, setelah mengatakan itu dia pun pergi.

Elsa mengeluarkan ponsel dan menelepon Dion, mengetes suaranya, agar saat dia berbicara dengan Dion suara nya tetap lembut.

"Kenapa?" Dion dengan dingin berkata, karena dari semalam Cindy masih belum menjawab teleponnya, namun Elsa malah terus-menerus mengirimkan pesan padanya, namun Elsa masih berguna baginya, jadi dia tidak boleh membiarkannya begitu saja, membuat Dion sangat tidak sabaran terhadap Elsa.

"Kenapa kamu galak sekali padaku." Elsa dengan manja berkata, sekarang Elsa sedang terjerumus dalam lautan kebahagian dan tidak bisa mengontrol diri.

"Ada apa cepat katakanlah, saya sibuk." Dion dengan suara besar berkata, karena kata Elsa membuatnya merasa jijik.

"Saya sudah ada bukti." Elsa dengan percaya diri berkata, dia tahu Dion pasti tertarik, jadi dia berani begitu manja padanya.

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu