Balas Dendam Malah Cinta - Bab 203 Saat-Saat Terakhir (1)

Bab 203 Saat-Saat Terakhir (1)

"Dong...." Dion mendegar suara yang sangat besar dari belakang.

Dion dengan cepat berbalik, melihat seorang pria berlutut dilantai, dengan tersiksa memeluk kepalanya.

"Ada apa denganmu?" Dion bertanya.

Terlihat nadi dikepala pria itu terlihat, tiba-tiba merasa begitu kesakitan.

Dari belakang terdengar suara langkah kaki, ada yang mengejar masuk.

Pria itu dengan terpaksa kembali ke akal sehat melawan kesakitannya berkata:"Kamu cepat pergi, sudah terlambat."

"Jangan omong kosong, jika mau pergi maka pergi bersama." Dion medengar langkah kaki, Dion pun memapah pria itu, walaupun Dion tinggi, namun memapang pria ini pun susah.

"Dengar, sekarang aku sepertinya karena obat sedang bekerja, tidak bisa bertahan lama, aku hanya akan menjadi bebanmu." Pria itu memberontak dari Dion.

"Kamu..."

Dion menggerakkan bibir, dia saja sudah sulit menjaga diri,apalagi membawa orang, akhirnya dia pun meninggalkan pria itu.

"Jaga diri." Dion pun melihat pria itu tersenyum dilampu yang remang.

Jika ingin menghindari hal yang sama terjadi, maka dia harus menghancurkan tempat ini, tidak peduli harus melakukan apapun.

Dion dengan cepat masuk kegelapan.

Semua jendela sudah ditutup, itu pasti untuk menghalangi Dion untuk melarikan diri.

Setelah Dion menyadari ada jendela yang tertutup, ingin berkata.

Walaupun disini sangat mudah menyembunyikan diri, namun dia tidak boleh beresmbunyi terus.

Dion pun bersandar di dinding, otaknya pun berputar dengan cepat.

Tidak tahu bagaimana dengan Jason sekarang.

Dion pun menyentuh alat di telinganya, masih ada.

Terdengar suara listrik, peralatan Jason tidak mungkin seburuk ini kan.

"Hei, Jason, bisakah kamu mendengarku?" Dion pun berusaha berkomunikasi.

Orang itu tidak menjerit, saat Dion menyerah, terdengar suara yang tidak asing.

"Dion?" seperti menduga, seperti mempermainkan dan menusuk.

Tatapan Dion pun berubah, berkata:"Hen...dra..."

Orang itu tertawa berkata:" Dion, tidak disangka kamu begitu cepat menyadarinya, tidak disangka kamu begitu cepat datang ke Amerika, akungnya, kamu sudah tidak dapat keluar."

Dion mengerutkan dahi, kelihatnya sekarang Jason ada ditangan Hendra.

"Tidak juga." Kata ini seperti muncul di otaknya, seperti melawan orang yang hebat.

Hendra tertawa menusuk:"Patnermu satu-satunya sudah mati, dan sebentar lagi Cindy akan segera melupakanmu, oh iya, wanita satu lagi yang kamu cari juga ada disini."

"aku beritahu padamu, mereka ada di lantai 4 ruang 505, aku tunggu kamu disini." Nada Hendra terlihat begitu kejam.

Dion pun membuang alat itu di lantai, menginjak dengan keras.

Jason sudah mati? Dion tidak percaya!

Jangan katakan Hendra yang tidak mengetahui identitas Jason adalah orang pemerintahan Amerika, jika dia dalam masalah, pasti dia akan di tangkap CIA, dan keluarga Doughlas bukanlah orang biasa, Hendra berani? Sekarang dia masih tidak jelas.

Semua jendela dibuka kembali, kelihatannya tujuan Hendra sangat mudah, adalah menariknya keluar.

Dion pun melihat sejenak, didalam kamar tidak ada orang.

Dia pun kehilangan arah, Hendra tidak yakin dia dimana.

Hendra melihat Dion yang melompat keluar, memerintah pengawal berkata"Orang itu ada dilantai 4 ruang 477, semua pengawal dilantai 4 mundur."

Hendra pun dari camera melihat Dion, dia pun tersenyum, sudah saatnya menyelesaikan.

"Bos, mengapa begitu mudah melepaskannya? Suruh pengawal langsung pergi membunuhnya saja?" Ayla berkata dengan tidak mengerti.

Hendra menaikan alis berkata:"Biarkan orang itu mencoba dulu, lihat bagaimana reaksi obat, jika Dion dapat hidup, maka ini adalah masalah antara pria, aku bukanlah orang yang curang."

Ayla memberikan tanda ok : "Semuanya di serahkan padaku."

Hendra menganggukkan kepa, berjalan keluar dari ruang cctv.

Cindy duluan sadar, tidak heran itu tetaplah atap yang putih, namun Cindy menyadari ada yang salah.

Kamar berpindah, kepala Cindy sangat sakit, dia pun mengucek matanya, memikirkan saat sebelum dia pingsan.

Racun berwarna hijau, lalu wanita, lalu Hendra menyadari, lalu disini.

Cindy pun memaksa menahan tubuhnya, melihat disamping ranjang ada orang lain.

Nichole, Jenny dan wanita yang masuk ke kamarnya!

Mereka masih tidak sadarkan diri, Cindy pun menutup mata, berusaha untuk menyembunyikan perasaannya.

Tidak disadari dia pun meletakkan tangan diperutnya ada sesuatu yang tajam menusuk ke perutnya, Cindy pun membuka mata, ini adalah hal yang sejak lama yang baru bisa dilakukan orang yang sudah terlatih.

Saat itu Cindy sudah bukan lagi dirinya 1 tahun yang lalu yang bunuh diri demi cinta.

Hendra membukan pintu kamar, melihat Cindy yang menatapnya dengan tajam, dia pun teringat dengan apa yang dilatih Anthony padanya sangat berguna.

"Kamu sudah sadar." Hendra pun tidak merasa aneh, Cindy diberi obat sangat banyak, pasti tidak akan bertahan dengan racun itu.

"Kenapa mereka ada disini?" Cindy dengan dingin bertanya,terlihat tatapan mata yang tajam.

"Wanita ini mengancammu." Hendra berjalan ke sisi wanita asing berkata, lalu berjalan kearah Nichole dan Jenny: "2 wanita ini yang menyebabkanmu bunuh diri, sekarang, apakah kamu ingin balas dendam?"

Hendra pun duduk didepan jendela bertanya.

Cindy menggerakkan bibir, berkata:"Tidak perlu."

"Kamu, sudah dilatih lama oleh Anthony, masih begitu polos?" Hendra pun mengatur rambut Cindy yang berantakan.

Cindy pun menghindar, dengan kesal melihat Hendra.

"Padahal akulah anak kandungnya, namun dia ingin memberikannya padamu, kamu bilang, apakah dia pantas mati?" Hendra bertanya pada Cindy, namun nadanya sangat lain.

"Hendra, apa yang kamu lakukan?" Cindy pun merasakan ada yang bahaya dengan kata-katanya.

"Tidak apa-apa, aku tidak akan membiarkannnya mati, Anthony pernah mengajarimu memakai pistol?" Hendra bertanya.

Cindy tidak menjawab, sekarang Hendra sudah bukan Hendra yang dulu dia kenal.

"aku masih ingat pertama kali aku membunuh orang, seluruh tubuhku bergetar, aku pun dilepasakan oleh keluarga Tanusaputra, aku membunuh ayah yang otaknya bermasalah, darah yang panas memuncrat di wajahku, itu adalah pertama kalinya mencium bau darah, Cindy, rasa itu, sangat enak." Hendra pun meletakkan pistol ditangan Cindy.

Dari belakang memeluk Cindy, memegang tangannya, mengangkat pistol, dan mengarahkan pada Nichole yang berada paling dekat.

Novel Terkait

Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu