Balas Dendam Malah Cinta - Bab 161 Kebenaran (1)

Bab 161 Kebenaran (1)

Dalam kegelapan, hati Cindy berdetak dengan kencang, dia bahkan tidak tahu semua masalah ini, dan semua masalah lebih rumit di bandingkan yang dia pikirkan.

Dimas adalah kakak kandungnya Dita, bahkan di ancam oleh Jenny, dan Dimas adalah asisten Dion, kalau begitu Jenny dan Dion?

Padahal kelihatan begitu dekat, sampai saat ini Cindy masih teringat foto di ponselnya, foto yang begitu romantis itu, dan mereka berdua memang adalah teman sekolah.

Cindy merasa sangat kacau, kepalanya tiba-tiba terasa sakit, seperti ada banyak masalah, bahkan semua itu adalah masalah yang dia benci.

Saat ini, ada 3 orang yang sedang mencari disini, Cindy pun berjalan keluar dari kegelapan, bertanya: "Orang Anthony?"

3 orang itu menganggukkan kepala, mereka pun mengeluarkan foto untuk melihat , menganggukkan kepala kepada 2 orang disampingnya, mengartikan benar.

"Nona, mobil ada di depan." Cindy menganggukkan kepala, luka di kakinya sungguh mengganggu, sekarang masih sakit.

3 orang itu juga tidak lah buta, mereka pun memapang Cindy berkata: "Kita ke rumah sakit dulu."

Cindy melihat dari tempat Dita pergi tadi berkata: "Tidak usah ke rumah sakit, di rumah saja dan panggil dokter pribadi." Ini demi menghindari tempat umum agar dia tidak diketahui, mereka pun mendengar arahan Cindy dan mengganggukkan kepala, lalu dengan cepat menghubungi dokter pribadi.

Mengenai Dita, tunggu hingga dirinya pergi baru datang menjemputnya juga tidak terlambat, sekarang dirinya tidak boleh bertemu dengan Dion, dan barusan tangan Dita terluka, kenapa bisa terluka? Kain darah itu pasti sangat menarik perhatian.

Memikirkan ini, ekspresi Cindy pun menjadi dingin.

Berjalan ke kamar mereka, Cindy pun mengambil batu dari lantai, menggambar di sebuah balok, ini adalah tanda yang ditinggalkan untuk Dita, jika Dita kembali dia bisa pergi mencarinya.

Setelah menulis, Cindy pun pergi dengan 3 orang itu.

Dita dan Dion berlari cukup lama, setelah melihat tidak ada yang mengejar mereka, mereka pun berhenti, walaupun perasaan Dion merasa aneh, barusan ingin bertanya sudah di hentikan Dita: "Sebaiknya kamu jelaskan dengan jelas semuanya."

Dion melihat sekitar, masih termasuk aman, melihat sepanjang jalan tangan Dita tidak berhenti mengeluarkan darah, berkata: "Kita pergi kerumah sakit dulu,saya akan menceritakan padamu di jalan."

Dion pun memanggil mobil dan menuju rumah sakit terdekat.

Supir nya adalah orang asing, melihat luka Dita, sepanjang jalan juga dia tidak mengatakan apapun, karena takut.

"Sekarang sudah bisa mengatakannya kan." Dita bertanya.

Dion melihat supir sejenak, tidak mengerti bahasa mereka, dia pun berkata: "Saat itu Dimas menyelidikimu, dan mengetahui identitasmu,mengetahui hubungan kalian, awalnya saya ingin membunuhmu." Dion berkata sampai disini, dia pun dengan bersalah menyentuh hidungnya: "Dulu apa yang ibuku lakukan sudah kamu ketahui, jika Cindy mengetahuinya dia pasti akan tidak senang."

Dita pun berkata : "Saat itu Cindy mengira kamu lah yang melakukannya."

"Pantas saja, saat itu sikapnya sangat dingin padaku, namun lain kali mungkin tidak ada kesempatan lagi." Dion pun tanpa sadar seperti ada sesuatu di matanya.

Dita tidak ingin mengatakan tentang Cindy dan bertanya: "Kamu teruskan bicara tentang Dimas."

Dion menarik nafas dan menutupi emosinya, berkata: "Saat itu Dimas demi kamu pun tidak mentaatiku, membuatmu di rebut oleh Hendra, setelah itu kamu sudah ada di Amerika, demi membuat Cindy senang pun aku ingin menyelamatkan mu dari Hendra, lalu bawahanku di Amerika, Mike, dia pun menyerahkanmu pada Jenny, Jenny pun menggunakanmu untuk mengancam Dimas untuk merusak hubunganku dengan Cindy, sekarang Hendra sedang tidak sadarkan diri, dan Dimas sedang berada dipenjara menunggu keputusan hakim." Dion pun menjelaskan.

Masalah ini sampai saat ini karena banyak sekali hal yang terjadi, setiap langkah jika tidak hati-hati maka akan semakin hancur, dan sekarang menjadi pembicaraan yang hanya beberapa kata.

"Hendra tidak sadarkan diri? Dimas ada dipenjara." Dita seketika tidak dapat menerima ini, otaknya pun terlampiaskan ucapan Dion tadi.

"Sudah sampai, kita obati dulu lukamu." Dion turun dari mobil. Dita juga mengikutinya.

Barusan berapa lama, namun sudah banyak hal yang terjadi.

Dita mengingat dia pernah bertanya pada Cindy mengapa dia memutuskan mengakhiri hubungan mereka, Cindy berkata, ‘Mencintai Dion sungguh menyiksa, jika dia tidak akan melepaskanku, maka aku hanya bisa menggunakan kematian untuk mengakhiri penderitaanku.’

Di antara Cindy dan Dion terjadi sangat banyak masalah, membuat Cindy merasa menderita dan ingin mengakhiri hidupnya.

"Saya perlu menenangkan diri, kamu kirimkan passport padaku saja di tempat aku tinggal, saya tidak ingin bertemu dengan mu, beberapa hari lagi saya akan pulang mencari Dimas." Dita berkata.

Sekarang Cindy harusnya sudah di bawa pergi, dia juga harus kembali melihat apa yang di tinggalkan Cindy untuknya, dan harus menanyakan dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi antara Cindy dan Dion.

Dion menganggukkan kepala, walaupun dia ragu mengapa Dita tidak ingin dia langsung membawanya pulang, namun dia tidak bertanya lagi.

Dokter pun mengobati Dita, Dion melihat itu, luka ini, terlihat baru.

Ini terlihat sangat jelas, namun kain di bawah ranjang, terlihat barusan di ganti, dikaitkan dengan sikap Dita, Dita pasti merahasiakan sesuatu darinya.

Dita melihat lukanya, masih belum tertutup, Dion juga disamping, dalam hati merasa akan ada sesuatu yang buruk, mengecilkan mata memikirkan rencana.

Dion bukanlah orang yang mudah dihadapi, dia melihat luka ini dan kain itu pasti akan meragukan sesuatu.

Dokter pun mengatakan sesuatu, Dita tidak pernah sekolah, bahasa inggrisnya juga tidak bagus, kata-kata kedokteran sungguh sulit di mengerti.

Dion pun menganggukkan kepala, dan mengatakan sesuatu pada dokter.

"Saya keluar merokok dulu." Dion berkata pada Dita.

Dita pun menganggukkan kepala, mereka berdua yang barusan menceritakan segala sesuatu pun mulai menyusun rencana.

Dion pun merokok di sekitar rumah sakit, menghidupkan rokok, namun tidak mengisapnya, sampai sisa rokok terjatuh di tangannya dia barusan terkejut karena kepanasan.

Dita pun benar-benar berbeda, sebenarnya apa yang sedang dia rahasiakan?

"Halo, bantu saya menyelidiki Dita." Dion menelepon, lalu mematikan rokoknya.

Tidak dipungkiri, Dion sedang berharap, keanehan Dita karena tahu sesuatu tentang Cindy.

"Dion, kamu tebak dengan siapa wanita di perkampungan kumuh itu menelepon?" Mike bukanlah orang bodoh, dengan cepat mengetahui wanita yang dia kira Cindy itu bukanlah Cindy, namun Dita?!

Dion mengerutkan dahi: "Kamu jangan bermain denganku."

"Dengan Anthony."

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu