My Greget Husband - Bab 60 Difitnah

Di saat bersamaan.

Di dalam villa keluarga Chen.

Di saat ini, acara pernikahan juga sudah berakhir, tamu yang datang pun sudah pulang.

Senior keluarga Chen juga meninggalkan acara, hanya tersisa anak muda keluarga Chen yang masih di aula villa minum bir dan ingin melihat malam pertama.

Yanto Chen sudah mabuk dari pagi tadi, sekarang tertidur nyenyak di dalam kamar baru, sehingga pekerjaan melayani tamu semuanya diserahkan ke Nina Mu.

Kakak kedua Sandy Chen dan kakak ipar kedua Silvi Liang juga harus menemani dia melayani tamu.

“Waktu juga sudah malam, sudah waktunya mereka istirahat.” Desak Silvi Liang sambil melihat waktu.

Sandy Chen yang masih bahagia berkata: “Hari ini adalah hari pernikahan adik aku, kami anak muda keluarga Chen sedang berkumpul, kamu pulang dulu, aku bincang-bincang dengan mereka sebentar lagi.”

“Sudah mabuk, apa yang mau dibincangkan lagi?”

Di hati Silvi Liang tidak senang, namun sekarang di tempat umum tidak baik memalukan muka suami, dia pun mengambil tasnya pergi.

Setelah Silvi Liang pergi, tatapan Sandy Chen langsung mengarah ke istri adiknya Nina Mu.

Istri adiknya ini, dari penampilan sampai sikap benar-benar sangat baik, apalagi di saat dia menuangkan teh, alis yang tipis, semakin dilihat semakin enak dilihat semakin enak dipandang.

Efek mabuk pun membuat dia memiliki maksud lain.

Dia pun tersenyum lalu bangkit dan berkata: “Hari ini sampai di sini saja, semuanya juga sudah senang, Yanto daritadi belum sadar-sadar, Nina juga harus membereskan dan menjaga Yanto. Kita juga tidak bisa melihat malam pertama, kalau begitu pulang saja.”

Melihat penerus keluarga Chen sudah berkata, mereka pun menganggukkan kepala dan berdiri meninggalkan lokasi.

Menunggu semua orang sudah pergi, Sandy Chen tersenyum terhadap Nina Mu dan berkata: “Nina, hari ini kamu sudah capek.”

Nina Mu tersenyum malu: “Tidak apa-apa Kakak, sudah satu keluarga tidak ada kata capek. Yanto Chen mabuk tidak bisa melayani kalian, aku sebagai istri dia harus membantu dia untuk melayani kalian dengan baik.”

“Iya, Baik. Yanto bisa mendapat istri pengertian seperti kamu benar-benar keberuntungan dia.”

Sandy Chen sambil berkata sambil berjalan ke arah dispenser untuk menuangkan segelas air.

Dia membelakangi Nini, Sandy Chen memanfaatkan kesempatan ini, dari kantong mengeluarkan botol kecil lalu menuangkan sedikit bubuk ke dalam gelas.

Bubuk ini langsung larut dalam air.

Setelah menuangkan air, Sandy Chen pun memberi air itu kepada Nina Mu: “Nina, kamu hari sudah melayani banyak orang, ini minum sedikit air lagi. Nanti harus pergi menjaga Yanto lagi.”

“Terima kasih kakak.”

Nina Mu tidak banyak berpikir, langsung menerima air dan meminumnya.

“Baiklah, kamu sibuk sana. Waktu sudah malam, aku juga seharusnya pulang.”

Nina Mu menganggukkan kepala lalu mengantar Sandy Chen ke depan pintu lalu kembali membereskan meja-meja.

Hanya dalam waktu satu sampai dua menit, Nina Mu merasa pusing, lalu kakinya seperti tersandung benda apa, lalu terjatuh di lantai dan tidak menyadarkan diri.

Di saat itu, ada bayangan orang masuk dari pintu.

Dia adalah orang yang sudah pergi, Sandy Chen.

“Harum sekali.” Sandy Chen jongkok dan menghirup napasnya lalu menggendong Nina Mu.

Di saat ini Nina Mu sudah tidak sadar, tidak tahu ini semuanya adalah perbuatan dari Sandy Chen.

Beberapa menit kemudian, mobil Porsche berhenti di depan pintu masuk villa, Silvi Liang dengan muka tidak berperasaan turun dari mobil.

Setelah sampai di ruang tamu, dia melihat kondisi yang membuat dia marah dan kaget.

“Bajingan, apa yang kamu lakukan?”

Sandy Chen yang baru ingin melecehkan Nina Mu mendengar suara ini langsung terkejut, badannya langsung lemah dari sofa langsung terjatuh ke lantai.

Melihat Nina Mu yang berada di sofa dengan pakaian yang sudah terbuka, Silvi Liang langsung marah dan menampar Sandy Chen, lau menunjuk hidungnya memarahi: “Bajingan, aku sudah tahu kamu sengaja tinggal di sini pasti ada maksud lain.’

“Dia itu istri adik kamu. Bajingan, kamu tidak merasa bersalah dengan aku?”

Tamparan ini membuat Sandy Chen ketakutan, dia langsung berlutut di lantai dan terus menampar dirinya sendiri: “Istriku, maafkan aku.”

“Aku ini bajingan, gara-gara kebanyakan minum arak, langsung berniat mesum. Istriku, maafkan aku.”

Sandy Chen memang takut istri, ditambah hari ini dia melakukan perbuatan yang tidak bisa diampuni, dia mana mungkin tidak ketakutan?

Silvi Liang emosi sampai badannya gemetar, tidak disangka suami sendiri bisa melakukan perbuatan yang tidak bisa diampuni ini, andai saja tersebar ke orang luar, bagaimana bisa menjadi penerus keluarga.

Tidak boleh, orang lain tidak boleh mengetahui masalah ini, dia menampar muka Sandy Chen lagi, dan marah: “Orang tidak berguna, cepat pakai baju kamu!”

Sandy Chen hampir terjatuh karena tamparan itu, namun dia sangat ketakutan tidak berani bersuara, langsung dengan cepat memakai baju, dengan muka sedih berkata: “Istri.. Seterusnya harus bagaimana?”

“Bagaimana?” Silvi Liang dengan tatapan sadis menatapnya. Lalu berjalan melihat Nina Mu, selain bekas ciuman tidak ada bekas lain lagi, dia pun berkata dengan suara keras: “Kamu ada masukkan itu kamu?”

Sandy Chen langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat: “Belum, Belum. Tadi aku sudah ingin memasukkan, namun kamu sudah datang....”

“Baguslah.” Silvi Liang mendengus dan berkata: “Sekarang rapikan pakaiannya lalu antar ke kamar Yanto, sudah tidak ada masalah lagi.”

Melihat Sandy Chen masih berdiri diam, dia semakin emosi: “Berdiri lagi, cepat gerak!”

“Ooo..”

Sandy Chen langsung bergerak, berjalan ke hadapan Nina Mu, baru saja ingin menjulurkan tangan menggendongnya, melihat mata Nina Mu bergerak membuat dia kaget, langsung memutar kepala melihat istrinya: “Mampus, dia akan sadar!”

Setelah SIlvi Liang mendengar, andai saja dia melihat ini semua, benar-benar mampuslah.

Silvi Liang terus berpikir, lalu tiba-tiba terpikir dia pun melihat Nina Mu, tahu dia akan segera siuman, kalau sekarang menyentuhnya dia pasti akan langsung siuman.

Sampai waktu itu benar-benar mampus.

Dia langsung berkata: “Jangan sentuh dia, sekarang kamu pergi ambil kaca Pakua itu, taruh di samping dia.”

“Istriku, sudah waktu begini, kenapa kamu masih memikirkan kaca Pakua itu?”

“Benar-benar orang yang tidak berguna. Ikuti perintah saja. Asalkan ada kaca Pakua itu baru bisa membantu kamu menghilangkan kecurigaan ini. Sekarang dia akan siuman, hanya bisa memfitnah kakak kamu yang tidak berguna itu, Yogi Chen.” Kata Silvi Liang sambil menggigit bibirnya.

Sandy Chen baru mengerti maksud istrinya, dia langsung mengambil kaca Pakua yang ada di atas pintu dan diserahkan kepada Silvi Liang.

Setelah menerima kaca Pakua, Silvi Liang langsung menaruh kaca Pakua di samping Nina Mu, lalu membuka pintu belakang villa, menciptakan ilusi ada orang yang masuk dari pintu belakang.

Setelah selesai melakukan semua hal itu, Sandy Chen langsung menaikkan jempolnya kepada istri sendiri: “Istri, kamu pintar sekali.”

Di pagi hari, teori fengshui Yogi Chen membuat semua orang kebingungan dan mengatakan bahwa Rini Li pingsan karena kaca Pakua.

Meskipun Silvi Liang tidak mengerti, namun dia tahu sudah banyak orang yang percaya termasuk Nina Mu.

Karena Yogi Chen mengerti fengshui, dia pasti ada cara untuk menggunakan kaca Pagua membuat Nina Mu pingsan.

Di saat Nina Mu siuman, melihat bajunya terbuka dan banyak bekas ciuman, lalu melihat kaca Pagua yang ada di sampingnya, dia pasti akan langsung curiga dengan Yogi Chen.

Setelah mengatur semuanya, melihat tatapan mesum Sandy Chen masih menatap Nina Mu, dia langsung menendang kakinya dengan keras: “Tidak mau pergi? Masih mau menunggu dia siuman?”

Setelah berkata, Silvi Liang langsung meninggalkan ruang tamu.

Sandy Chen terpincang-pincang ikut berjalan keluar, hatinya masih takut dengan khawatir bertanya: “Istriku, cara kamu ini berguna tidak? Andai kata Nina Mu mencari orang hebat orang untuk menyelidiki, bagaimana......”

Dia belum selesai berkata, Silvi Liang langsung menamparnya: “Kamu bodoh ya! Kamu kira semua orang sama seperti kamu? Dilecehkan oleh orang lain, lalu ingin semua orang mengetahui?”

Sandy Chen menutup wajah dan tertawa: “Istriku, benar juga apa yang kamu katakan......”

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu