My Greget Husband - Bab 368 Masuk Kamar Pengantin

Mansion Keluarga Yuan dipenuhi lampu-lampu berwarna-warni, terlihat megah dan dipenuhi suara musik hiruk-pikuk.

Tamu berdatangan seperti arus sungai yang mengalir masuk, sangat ramai.

Apa lagi anak-anak kecil yang mendahului mereka berdatangan untuk meminta uang kebahagiaan tidak terhitung jumlahnya. Terlihat pelayan-pelayan Keluarga Yuan sibuk mengangkut berkarung-karung uang dan menebarkannya di depan gerbang masuk.

Yogi Chen merasa terlecehkan. Saat pernikahannya yang pertama di bumi, dia menjadi menantu pria yang menikah ke dalam keluarga wanita.

Setelah menghancurkan ruang kosong dan datang ke dunia ini, apakah dia tetap akan menjadi menantu pria yang menikah ke dalam keluarga wanita. Miris sekali rasanya.

Masalahnya adalah dia dipaksa menikah.

Dia dipakaikan jubah pengantin, sepertinya pakaian pengantin wanita. Lalu wajahnya diolesi bedak rias dan bibirnya diberi lipstik merah!

Memalukan. Sangat-sangat memalukan!

Kalau saja dia sudah terbiasa dengan gaya gravitasi, energi roh dan peraturan-peraturan dunia ini, dia pasti sudah kabur dari tempat ini.

Bukannya dia tidak mau pergi, tetapi dia tidak sanggup.

Dia sudah mencoba memperhitungkan bahwa gaya gravitasi tempat ini kira-kira 10 kali lipat dari bumi. Kekentalan energi roh juga lebih kuat beberapa kali lipat dari pada bumi. Tetapi yang membuatnya paling pusing sebenarnya karena entah mengapa dia tidak bisa menyerap energi di sekitarnya. Hal ini membuatnya nyaris gila.

“Tampan sekali. Bibir merah, gigi putih.”

Kedua ibu-ibu pencari jodoh itu menatapi Yogi Chen, tersenyum sambil memujinya: “Tubuhmu lumayan kekar dan berisi. Di kemudian hari kamu dan nona besar pasti dapat melahirkan anak yang gendut dan sehat!”

Ada dua ibu-ibu gendut pencari jodoh yang meraba-raba tubuhnya, Yogi Chen merasakan kejijikan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.

Saat itu juga, terdengar suara tapak kaki yang tergesa-gesa dari arah luar pintu. Ada seorang pelayan yang mendorong pintu dan memunculkan kepalanya: “Sudah selesai belum? Waktu keberuntungan sudah tiba, jangan biarkan tuan besar menunggu lebih lama!”

“Sudah, sudah. Tidak usah ribut!”

Salah satu ibu pencari jodoh berkacak pinggang: “Tinggal menutup kepalanya dengan kain tudung merah. Sudah selesai!”

Sambil berkata demikian, dia menutupi kepala Yogi Chen dengan kain tudung berwarna merah terang.

Itu artinya mereka akan menikahkan Yogi Chen ke dalam Keluarga Yuan.

Setelah itu, ibu pencari jodoh yang satu lagi, menggendong Yogi Chen di atas pundaknya: “Paman, waktu keberuntungan sudah tiba. Kita berangkat!”

Dengan cepat, ketiga orang itu tiba di aula besar.

“Bawa ayam itu ke sini!”

Pengurus rumah Mei memberi aba-aba dengan tangannya. Bawahannya menggendong seekor ayam jantan segar ke tempatnya. Pada leher ayam jago itu diikat sebuah kantong yang berisi wangi-wangian. Di dalamnya terdapat tanggal lahir dan delapan angka horoskop kelahiran nona besar Keluarga Yuan.

“Lepaskan aku.”

Yogi Chen ingin melawan, tetapi dia sadar bahwa dia tidak sanggup melawan.

“Paman, ini semua akan segera berakhir!”

Dua orang bawahan menekannya di tempat dan berusaha menenangkannya dengan berbisik.

“Cepat lepaskan aku. Aku…”

Belum juga dia selesai bicara. Ada seseorang yang mengambil selembar kain dan menyumpal mulutnya.

Mulut Yogi Chen tersumpal, tidak bisa menngeluarkan suara. Dia memancarkan kekuatan spiritualnya lalu seluruh gambaran tentang apa yang terjadi di aula itu masuk ke dalam bayangannya.

Sementara itu, ada seorang pria berusia 40 atau 50 tahunan duduk di kursi utama. Dia adalah Kepala Keluarga Yuan. Dedi Yuan.

Pengurus rumah Mei berdiri di pinggir dan berteriak lantang: “Hormat kepada Langit dan Bumi!”

Dua orang bawahan itu menekan kepala Yogi Chen hingga menunduk memberi hormat. Yang ikut bersamanya memberi hormat pada pelaminan ternyata adalah ayam jago tadi.

Apa!

Yogi Chen sangat murka. Sudah memaksanya untuk menikah, mereka malah menghinanya dan membuatnya memberi hormat pada pelaminan dengan seekor ayam jago.

Dulu di bumi, dia adalah seorang VIP di dunia silat dan kungfu. Siapa yang berani melawannya?

Sesampainya di dunia lain, dia malah terpuruk sampai seperti ini.

“Hormat kepada orang tua!”

“Suami isteri, saling hormat!”

Dia sangat murka. Tetapi Yogi Chen masih dipaksa oleh para bawahan itu untuk menyelesaikan upacara pernikahannya dengan si ayam jago.

Akhirnya pengurus rumah Mei berteriak untuk yang terakhir kalinya: “Antar masuk ke dalam kamar pengantin!”

Setelah kata-kata itu selesai terdengar, dua orang bawahan menggotong Yogi Chen yang tidak bersedia bergerak itu masuk ke dalam kamar pengantin.

Mampus. Habislah aku. Apakah hari ini dia benar-benar sudah tidak dapat menghindari cengkeraman iblis?

Sebelumnya di arena pertandingan, posisinya terlalu jauh dari sumber suara itu. Makanya dia tidak bisa melihat jelas bagaimana rupa orang itu.

Tetapi berdasarkan suaranya yang lantang dan kasar dapat diperkirakan, pasti tampangnya juga tidak kalah kasar.

Apa lagi ekspresi-ekspresi orang-orang di sekitarnya yang tampak mengejek. Suara-suara mereka saat bicara diam-diam dapat dia dengar dengan jelas!

Pintu didorong terbuka. Yogi Chen masuk ke dalam kamar sambil digotong kedua orang bawahan itu sampai ke atas ranjang. Kemudian mereka pergi.

Yogi Chen menggunakan pengurai pikiran. Dia berusaha membungkus dirinya sendiri. Dia ingin mencoba apakah dia bisa menyelimuti dirinya sendiri hingga keluar dari tempat ini.

Sayang sekali, yang membuatnya putus asa adalah, dia sama sekali tidak sanggup melakukannya. Cedera kekuatan spiritualnya terlalu berat.

Dari kekuatannya seperti saat di bumi berjarak ratusan mil, hingga saat ini hanya bersisa sepuluh meter. Perbedaanya ribuan kali lipat.

“Mengapa aku tidak bisa menyerap energi?”

Yogi Chen bisa merasakan aura energi itu melayang-layang di sekitarnya. Tetapi dia tidak dapat menyerapnya ke dalam tubuh. Perasaan ini seolah seperti masuk ke dalam gua harta karun tetapi hanya bisa pulang dengan tangan kosong.

Pasti ada alasannya. Hanya saja saat ini dia belum tahu apa alasannya.

Pada saat Yogi Chen sedang tenggelam dalam pikirannya, tidak jauh dari kamar itu, terdengar suara pelayan Jena Yu berkata: “No… nona, sudah saatnya pergi ke sana. Kalau sampai tuan besar tahu, dia akan marah besar.”

Dia sebenarnya tidak mengerti segala yang sedang dilakukan nona besarnya. Jelas-jelas dia sangat cantik bagaikan bidadari, tetapi dia sengaja menyamar dan membungkus dirinya dalam dandanan wanita perkasa yang kasar dan jelek.

Dia juga tidak mengerti mengapa dia tertarik dengan biksu kecil ini. Meskipun biksu kecil ini lumayan tampan, tetapi bukankah nona besar seharusnya lebih suka terhadap prajurit atau pahlawan?

“Tidak perlu buru-buru. Tunggu langit gelap, kita lihat lagi.”

Agnes Yuan setengah berbaring di atas ranjangnya. Tangannya memegang segulung Legend of Gods and Demons dan memperhatikannya dengan seksama. Pandangan matanya terlihat tenang. Seolah pernikahan hari ini tidak ada hubungan dengannya.

Jena Yu sangat menegrti sifat nona besarnya. Dia juga tidak meributinya lagi. Dia hanya bisa menunggu di pinggir dengan cemas.

“Kalau kamu sudah tidak bisa menunggu lagi, kamu boleh ke sana duluan. Jangan halangi aku!”

Agnes Yuan bicara dengan suara datar.

“Nona… aku…”

Wajah Jenna Yu dipenuhi ekspresi putus asa.

“Keluar!”

“Baik!”

Jena Yu mengusap air matanya, dan berjalan keluar kamar.

Saat dia sudah pergi, Agnes Yuan menghela napas panjang.

………………………………………………………………………………………….

Yogi Chen terus menunggu di dalam kamar sampai langit mejadi gelap. Dia mulai merasa perutnya keroncongan, lapar.

Saat dia sedang menyebrangi ruang hampa, dia juga tidak tahu sesungguhnya berapa lama waktu yang dia lewati. Yang pasti orang yang tidak membutuhkan makanan sampai beberapa tahun lamanya seperti dia pun bisa merasakan lapar.

Untungnya di dalam kamar itu banyak makanan ringan. Yogi Chen menggunakan pengurai pikiran dan menyelubungi kue itu, lalu berusaha mencoba mengambilnya dengan kekuatannya itu.

Percobaan kali ini berhasil.

Tudung penutup kepala berwarna merah itu akhrinya dia lepaskan.

Lapar. Yogi Chen merasakan seluruh sel-sel di dalam tubuhnya berteriak.

Sepotong demi sepotong kue masuk ke dalam perutnya. Dia masih saja tetap merasa lapar. Setelah berhasil menembus tingkatan pelepasan, seluruh makanan yang dibutuhkan oleh Yogi Chen harus mengandung energi roh, atau benda-benda yang mengandung nutrisi yang sangat tinggi.

Di atas meja masih ada nasi dan lauk pauk. Beberapa di antaranya ada yang memancarkan energi yang menggoda.

Makan! Dia harus memakannya semua!

Dengan cepat, meja yang tadinya dipenuhi dengan berbagai macam makanan itu tersapu bersih. Baru rasa laparnya sedikit terbantu. Tapi dia masih saja merasa lapar!

Yogi Chen menebak. Lauk-lauk yang mengandung energi ini pasti dibuat dari tanaman-tanaman herbal yang mengandung roh. Sayang porsinya sangat sedikit. Mungkin kalau ada dua puluh porsi lagi dia baru akan bisa setengah kenyang.

Kemampuan pencernaan yang hebat. Semua makanan ringan, nasi dan lauk pauk yang baru saja dia makan akan dicerna menjadi nutrisi yang dibutuhkan untuk tubuh Yogi Chen.

Perasaannya yang hampa seperti dirugikan kini terasa lebih baik.

Dia baru saja dapat menyerap energi tipis. Meskipun untuk saluran reiki yang kering kerontang tidak begitu banyak membantu, tetapi bagi Yogi Chen besar sekali artinya!

Dia tidak bisa menyerap energi yang melayang bebas di udara sekitarnya, tetapi dia bisa mengkonsumsi energi roh dari makanan.

Seiringan dengan masuknya energi ke dalam tubuhnya, tangan Yogi Chen pun sudah dapat mulai bergerak.

“Bagus sekali!”

Yogi Chen sangat gembira. Asalkan dia bisa mengembalikan kemampuannya untuk bergerak dan berkativitas, dia akan dengan cepat beradaptasi terhadap langit dan bumi di tempat ini. Pada saatnya nanti dia juga dapat meninggalkan tempat ini.

Tepat pada saat itu, terdengar suara langkah ringan dari arah luar pintu. Indera keenam Yogi Chen sangat tajam. Dalam seketika dia bisa menilai bahwa itu adalah langkah kaki seorang wanita.

Dia cepat-cepat menggerakkan pengurai pikiran untuk menutup kembali kain tudung kepala nya. Di dalam hatinya dia diam-diam berpikir: “Apakah yang datang itu nona besar Keluarga Yuan?”

Pintu kamar dibuka. Suara langkah itu semakin lama semakin mendekat ke arahnya, kemudian berhenti tidak jauh darinya.

Yogi Chen mengendus-endus. Tercium aroma yang ringan dan wangi. Enak sekali di hidung.

Dia tidak menggunakan pengurai pikiran. Dia takut dia akan melihat pemandangan yang merusak mata.

Orang yang datang itu seperti sedang berpikir sejenak, lalu mulai melangkah lagi dan berhenti di hadapan Yogi Chen.

Yogi Chen menundukkan kepala, cahaya yang ditimbulkan oleh lilin membuat bayangan itu seolah tertarik panjang.

Pada saat bersamaan, aroma wangi itu semakin lama semakin menyengat.

Tiba-tiba ada tangan yang menarik tudung kepala merahnya dan menariknya hingga lepas.

Yogi Chen mengangkat kepalanya. Saat dia melihatnya dia langsung terkejut ketakutan.

Di hadapannya tampak seorang wanita dengan alis tebal, mata besar dan berkumis tipis!

Iya, tidak salah. Dia adalah seorang wanita!

Dia memiliki rambut panjang. Pada konde rambutnya ada tusuk konde dari giok yang cantik. Dia mengenakan terusan berwarna putih. Dadanya terlihat menonjol ke depan.

Tetapi pinggangnya lebih tebal dari pada Yogi Chen. Lengannya juga lebih besar daripada paha Yogi Chen.

Dia tersenyum lebar di depan Yogi Chen dan menunjukan sederet gigi gerigi berwarna kuning. “Suamiku, maafkan aku. Aku membuatmu menunggu lama!”

“Uwek!”

Yogi Chen merasa seperti ada arus balik dari sungai dan lautan. Dia tidak tahan lagi kemudian menundukkan kepalanya dan muntah.

Untungnya pencernaannya lumayan bagus jadi semua makanan yang tadi dia konsumsi sudah dicerna menjadi nutrisi. Selain air-air asam ini, tidak ada yang benar-benar dia muntahkan keluar.

“Apa maksudmu?”

Ekspresi wajah nona besar Yuan berubah. Telapak tangannya yang gendut dan pendek mencengkeram pundak Yogi Chen. “Apakah kamu merasa aku menjijikan?”

“Kak… kalau ada sesuatu mari kita bicarakan baik-baik.”

Sekujur tubuh Yogi Chen merinding: “Jangan memukul atau menendangku!”

“Siapa yang kamu panggil Kakak?”

Suara nona besar Yuan menjadi dingin. Dia mendekat dan berkata: “Aku adalah isterimu. Panggil aku isteri!”

Bagaimana mungkin ada wanita yang begitu menjijikkan di dunia ini. Yogi Chen merasa lebih baik dia mencari sebidang tanah, menggali dan mengubur dirinya sendiri di dalam sana. Dia tidak ingin menghadapi kenyataan ini.

“Aku mohon padamu. Biarkan aku meninggalkan tempat ini. Aku sungguh-sungguh hanya numpang lewat saja.”

Sambil berusaha keras menahan muntah, Yogi Chen berkata padanya.

“Bokongmu menumpang lewat dan menimpa tuan muda kedua Keluarga Di hingga pingsan? Mengapa saat pengurus rumah Mei mengumumkan hasilnya kamu tidak pergi?”

Dia bertanya berturut-turut, hingga Yogi Chen kebingungan.

Dia juga tidak bisa mengatakan bahwa dia menyebrangi ruang hampa dari bumi dan datang ke dunia ini. Dia tidak boleh memberitahu hal ini kepada siapapun. Bila tidak, hal ini mungkin akan mencelakakan dirinya.

Agnes Yuan memandangnya dengan dingin dan berkata: “Setelah bicara panjang lebar ujung-ujungnya bukankah kamu mengincar kekayaan Keluarga Yuan. Aku tahu tidak ada satu pun pria yang baik di dunia ini.”

“Aku sudah bilang aku hanya lewat saja.”

Sambil tersenyum pahit Yogi Chen melanjutkan: “Aku bahkan tidak tahu siapa dirimu. Apa yang bisa aku incar darimu?”

“Bohong! Itu semua bohong! Kamu hanya menarik ulur saja!”

Agnes Yuan menjawab: “Aku saja tidak meremehkanmu meskipun kamu seorang biksu. Kamu malah meremehkan penampilanku.”

Memangnya kalau botak sudah pasti orang itu biksu?

Yogi Chen menarik napas dalam, lalu melanjutkan: “Aku beritahu sekali lagi. Aku bukan biksu. Aku sudah menikah, aku juga sudah punya anak!”

“Aku hanya kebetulan saja lewat di sini. Aku sungguh-sungguh tidak ada niat untuk menjadi menantu terpilih keluargamu.”

Agnes Yuan menatapnya dengan tajam. Dia ingin mencoba apa ada sesuatu yang lolos dan terlihat di wajahnya. Tetapi dia malah menemukan bahwa Yogi Chen seperti sumur tua yang kering, tidak terlihat gejolak sedikitpun.

“Sekarang aku tidak heran lagi mengapa banyak orang yang berkata para bisku mukanya tebal. Hari ini aku menyaksikannya sendiri.”

Dia tertawa dingin: “Jelas-jelas kamu mengincar kecantikanku, masih berani-beraninya mengada-ada. Tidak berani mengaku.”

“Ingin pergi dari sini? Jangan harap kamu bisa melakukannya. Aku tidak akan melepaskanmu.”

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu