Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 96 Tidak akan memaafkanmu

Wirianto memeluk erat Yuliana, dengan suara rendah berkata : “Tidak ada apa-apa, hanya saja teringat hal yang terjadi hari ini, tiba-tiba muncul emosi. Selesai makan, kamu istirahat sebentar, besok harus sibuk dengan urusan upacara pemakaman.”

Pandangan mata Yuliana terkulai, mengangguk perlahan : “Baik, kamu juga istirahatlah, kamu juga belum istirahat dengan baik.”

Wirianto mengangguk sambil tersenyum, mengangkat tangan dan perlahan mengusap kepala Yuliana : “Iya, kita istirahat bersama.”

Yuliana mengangguk, masuk ke dalam kamar dan meringkuk di ranjang. Wirianto mengambil baju tidur : “Ganti baju dulu, baru tidur.”

Tidak disangka oleh Yuliana, Wirianto menyiapkan baju tidurnya, dia hanya kesini sekali saja, dan ada sedikit tercengang dengan mata terbelalak : “Mengapa kamu menyiapkan dengan begitu menyeluruh?”

Wirianto memberikan baju yang ada di tangan pada Yuliana : “Pada saat kamu datang, aku selalu memikirkan kita hidup bersama akan seperti apa, jadi menyiapkan baju tidur. Setelah kamu ganti baju, tidurlah.”

Yuliana mengangguk, mengambil baju tidurnya, menatap sekilas pada Wirianto. Meskipun Yuliana dan Wirianto telah terjadi hubungan, namun ganti baju di depan Wirianto, Yuliana masih merasa sedikit canggung.

Wirianto mengangguk mengerti : “Aku keluar dulu, kamu pelan-pelan ganti bajunya.”

Seusai berkata, Wirianto keluar dari kamar. Setelah keluar, Wirianto mengambil ponsel, dengan alis mengkerut, dia menghubungi sebuah kontak. Setelah urusan di atur dengan baik, kembali ke kamar, Wirianto melihat Yuliana terbaring di atas ranjang dan sudah terlelap, dia hanya mengganti sebagian bajunya, kancing atasan belum terkancing semua, dia sudah langsung ketiduran.

Wirianto menghela napas, dan mengancingkan baju Yuliana, kemudian menyelimutkan dia. Yuliana yang dalam tidurnya, samar-samar menggulung dirinya dalam selimut, kemudian menggesekkan selimut ke wajahnya sebentar yang menjadi kebiasaannya.

Wirianto mengusap pipi Yuliana, menunduk perlahan, lalu mengecup ringan kening Yuliana. Matanya muram, tersembunyi banyak beban berat.

Yuliana dengan mata terpejam, menarik napas ringan, meringkuk dalam selimut, tidur dengan luar biasa tenang. Yuliana tidur semalaman dan tidak bermimpi apa-apa, saat bangun dia melihat Wirianto yang memeluk dan tidur bersama dengannya. Sekalipun Wirianto tertidur, dahinya masih mengernyit kencang, kelihatan seperti ada masalah yang mengganggunya.

Yuliana mengulurkan tangan dengan pelan-pelan menyentuh kening Wirianto, di saat jari tangan Yuliana tersentuh pada dirinya, Wirianto segera membuka mata, dengan pandangan mata yang tajam melihat Yuliana, ketika menyadari yang menyentuhnya adalah Yuliana, tatapan mata Wirianto baru menjadi lembut, dan berbisik pada Yuliana : “Kenapa bangunnya cepat sekali?”

Yuliana tertegun sebentar karena kaget dengan tatapan tajam Wirianto barusan, tatapan mata Wirianto itu seperti serigala liar yang sedang bertempur, melihatnya membuat orang merasa takut.

Setelah sadar dari rasa kagetnya, baru dengan suara kecil berkata : “Ohh, mungkin karena sebelumnya sudah tidur, tidak begitu mengantuk, jadi bangun lebih cepat.”

Wirianto mengusap rambut Yuliana, dengan suara pelan berkata : “Baring saja sebentar lagi.”

“Kalau begitu peluk aku.” Yuliana memiringkan badannya, mengulurkan tangan dan memeluk Wirianto : “Kamu menyimpan masalah dalam hatimu, jika kamu tidak ingin mengatakan padaku tidak apa-apa. Karena biar terjadi masalah apapun, aku akan selalu ada di sampingmu.”

Wirianto memeluk Yuliana, dan berkata : “Selesai mengurus masalah papamu, aku akan membawa kamu ke luar negeri untuk melegakan hati. Kamu sudah mengalami begitu banyak hal selama ini, pergi untuk santai sejenak.”

“Apakah nenek akan setuju?” tanya Yuliana dengan dahi mengernyit.

Wirianto mengangguk : “Aku akan menjelaskan padanya, kamu setuju?”

Yuliana menggigit bibirnya : “Sebenarnya sekarang aku tidak ada niat untuk pergi, namun jika kamu merasa kalau kepergian ini ada manfaat bagiku, aku juga tidak akan menolak.”

Wirianto mengecup kening Yuliana : “Kalau begitu nanti aku akan mengaturnya.”

Yuliana meringkuk dalam dekapan Wirianto, perlahan mengangguk : “Baikah.”

Wirianto menunduk dan merangkul Yuliana, memeluk Yuliana berbaring sebentar baru beranjak bangun. Setelah mereka berdua bangun, langsung mulai sibuk dengan urusan upacara pemakaman papa Yuliana, upacara yang sederhana, Yuliana hanya mengundang beberapa kerabat dan teman papanya semasa hidup, dia tidak ingin membuat upacara pemakaman papanya menjadi tempat bagi sebagian orang untuk bergaul dan main sandiwara.

Bahkan Yuliana tidak membiarkan Wirianto mengikuti upacara pemakaman, karena kuatir dengan munculnya Wirianto akan menjadi gempar.

Setelah upacara pemakaman selesai, ada seseorang yang tidak sabar dan menarik tangan Yuliana, lalu dengan suara kecil : “Itu Sally……apa kamu tidak bisa toleran sedikit? Kemarin Fenny sudah telepon padaku, menangis dengan sedih, bilang tidak menginginkan harta keluarga, asalkan kamu melepaskan Sally. Sally masih kecil, tidak mengerti, kamu yang sebagai kakak harusnya bermurah hati. Kalau dia benar-benar sudah tahu salah, beri dia satu kesempatan. Jika dia masih tidak tahu kesalahannya di mana, maka kamu harus baik-baik mengajarinya. Sekarang mencampakkan dia di penjara, sebenarnya apa yang terjadi ?”

Yuliana melongo dan mengangkat kepala untuk melihat orang yang berbicara itu, dengan suara berat berkata : “Kalau bukan karena Sally, papaku tidak akan meninggal. Dia bukan adikku, dia adalah musuh pembunuh papaku, selamanya aku tidak akan memaafkan dia. Dan sekarang dia melakukan tindak pidana, sama sekali bukan masalah aku memaafkan dia atau tidak, dia harus menerima hukuman yang patut dia dapatkan.”

“Ini……Eh……” Orang itu menghela napas, berlalu sambil menggelengkan kepala, sambil berlalu pergi masih dengan suara rendah berkata : “Hati yang benar-benar keras, papa sudah meninggal, setitik air mata pun tidak menetes, dan juga mengirimkan adik sendiri ke penjara untuk seumur hidup.”

Yuliana mendengar kata-kata orang tersebut, menarik napas dalam, menenangkan perasaan dirinya. Sekalipun itu adalah kerabat atau teman yang kenal lama, tidak melihat air matanya, tidak melihat kemurahan hatinya, maka menganggap dia adalah orang yang berhati keras dan tidak berperasaan. Mereka hanya peduli apa yang mereka lihat sesaat, hanya memperhatikan orang ini tidak meneteskan air mata, bisa saja karena air matanya sudah mengalir habis. Orang ini tidak bermurah hati, karena sebelumnya sekali demi sekali sudah memberikan toleransi dan terakhir telah menghabiskan batas kesabarannya.

Upacara pemakaman selesai, Yuliana dengan pelan mengusap nisan papanya, baru membalikkan badan dan pergi dari tempat pemakaman. Saat Yuliana berjalan kembali ke mobil, dia baru bersandar pada Wirianto dan mendesah panjang, dengan suara yang lelah dan sedikit serak berkata : “Aku ingin pergi melihat Sally……”

“Kamu bisa menahan emosi itu?” tanya Wirianto sambil mengusap ringan pundak Yuliana.

Yuliana mengangguk : “Aku bisa menahannya, hari ini yang dikatakan sebagian orang juga tidak semuanya salah, bagaimanapun dia adalah adikku. Andaikata ingin memutuskan hubungan, aku juga mestinya pergi untuk mengatakannya sendiri. Ada sebagian hubungan, harus ditangani jelas dengan saling berhadapan.”

Bicara sampai di sini, Yuliana terdiam sejenak, sambil terisak-isak berkata : “Sebenarnya dalam hati aku berharap dia bisa menyadari kesalahannya, dan tahu di mana letak kesalahannya. Aku tidak akna memaafkan dia untuk selamanya, namun berharap dia tahu letak kesalahannya, dengan begini apakah termasuk tidak menyia-nyiakan rasa sayang papaku pada dia selama ini? Tidak pergi bertanya padanya untuk terakhir kali, selalu merasa tidak rela untuk papaku.”

“Baiklah.” Wirianto mengangguk, dan memberi perintah pada sopir, lalu sopir membawa mobil menuju rumah tahanan sementara tempat Sally di tahan.

Saat Yuliana dan Wirianto muncul di depan Sally, Sally segera menghamburkan diri ke arah Yuliana, sambil menangis dan berkata : “Kak, keluarkan aku, di sini sangat ngeri, makanan juga tidak enak, orang di sini juga tidak baik padaku, semua sangat jahat dan galak.”

Dengan dahi mengernyit Yuliana melihat Sally : “Michael sudah ditembak mati, apa kamu tahu?”

Sally mengangguk : “Aku dengar……Michael dia……”

Awalnya Sally ingin menitikkan air mata untuk kematian Michael, namun teringat Yuliana yang luar biasa membenci Michael, Sally segera menarik air matanya kembali, menatap pada Yuliana dan buru-buru berkata : “Dia……dia mati dengan penuh dosa, siapa yang suruh dia mencelakai papaku? Kakak, aku sudah tahu salah, aku tidak tahu akibatnya akan begitu serius.”

“Akibat?” Alis Yuliana mengernyit sambil menatap Sally : “Kamu tidak tahu akibat bahaya terhadap penculikan papa oleh Michael, atau tidak tahu akibatnya aku benar-benar tega untuk mengirimmu pada polisi?”

Sally mengangkat sudut bibirnya dan berkata dengan suara kecil : “Kakak, kamu hanya memiliki satu adik, apakah kamu berharap aku melewatkan seumur hidupku dalam penjara? Aku benar-benar sudah tahu salah, aku tidak tahu aku hanya membawa papa sendiri untuk keluar, itu juga adalah kejahatan. Dan aku sama sekali tidak tahu Michael akan berbuat begitu pada papa, aku bahkan tidak berani memikirkannya……”

“Kalau sekarang kamu tidak ditahan di sini, apa kamu akan mengucapkan kata-kata yang sama? Sekarang kamu masih saja tidak tahu di mana letak kesalahanmu, bukankah begitu?” tatap Yuliana pada Sally.

“Aku……meskipun aku tidak tahu, tapi kakak bisa mengajariku……” Sally mengisut hidung, sambil menangis berkata : “Kak, biarkan aku keluar, lain kali aku tidak berani lagi.”

“Sayangnya……” Yuliana menatap Sally, sambil terisak-isak berkata : “Aku sudah tidak memiliki papa lain yang bisa kamu celakai, kamu masih tidak mengerti salahnya kamu, kalau bukan karena kamu ditahan di sini, kamu masih tidak akan mengira dirimu telah bersalah. Sally, mulai sekarang, kamu bukan adikku, aku juga akan memutuskan hubungan denganmu sesuai dengan hukum yang relevan. Kamu akan di penjara, jika masih bisa keluar, jalani hidupmu sendiri, tidak akan ada lagi papa yang memanjakanmu, kakak yang melindungimu. Tidak akan ada lagi orang yang kuatir dengan nama baik, perhatian dengan masa depanmu. Semuanya, lakukan sendiri dengan baik.”

“Kak, kamu begitu kejam!” teriak Sally sambil menangis.

Yuliana berdiri dan melirik Sally : “Kalau aku sedikit kejam lagi, sekarang juga kamu akan mati.”

Bicara sampai di sini, Yuliana menyipitkan mata melihat Sally : “Kelak jangan mencariku lagi, kalau tidak kamu pasti akan melewatkan hidupmu dengan lebih parah dibanding sekarang.”

Selesai bicara, Yuliana berbalik dan pergi. Sally berteriak keras : “Yuliana mengapa kamu begitu kejam, kamu berbuat begini, pasti akan mendapat pembalasan!”

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu