Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 268 Ibu, Cepat Lari

Yuliana menatapi Wirianto, mengerutkan kening dan menggelengkan kepala, kemudian berkata ringan: "Jangan bilang begitu, kamu bilang begitu, aku semakin merasa tidak berguna."

Berkata sampai sini, Yuliana pun mendongak dan tertawa ringan, menggelengkan kepala dan berkata dengan suara kecil: "Sekarang kita berdua terasa sangat aneh, berebutan menanggung tanggung jawab apa? Ada masalah apa, seharusnya kita tanggung bersama baru benar."

Yuliana sambil berbicara sambil memiringkan kepala melihat Wirianto, dia mengulurkan tangan mengelus bagian tengah kedua alis, berkata sambil mengerutkan kening: "Beberapa hari tidak melihatmu, kerutan di keningmu sepertinya bertambah. Beberapa hari ini sangat melelahkan, kan? Mengkhawatirkan masalah Melly, suasana hatimu juga buruk karena kekeras kepalaanku."

Wirianto menggenggam erat tangan Yuliana, menggelengkan kepala: "Tidak lelah, asalkan kalian bisa lebih aman, aku pun tidak merasa lelah. Aku yang menarik kalian masuk ke situasi seperti ini, sudah seharusnya aku menanggung semuanya."

Yuliana tertawa ringan, kemudian mendengar suara pembantu di depan pintu berkata dengan suara kecil: "Tuan, Nona Yuli, nona kecil sudah bangun, menangis ingin melihat Nona Yuli."

Yuliana langsung berdiri, berkata dengan suara keras: "Aku pergi sekarang."

Selesai berbicara, Yuliana menunduk melihat Wirianto: "Kamu tidur dulu saja, malam ini mungkin aku harus menemani Melly tidur. Sekarang kondisinya seperti ini, tidak bisa berpisah dariku. Luka di kakimu belum sembuh total, jangan lupa oles obat. Tidur lebih awal....."

Berkata sampai sini, Yuliana berbalik melihat Wirianto, tertawa ringan: "Oh, aku lupa satu hal."

Wirianto langsung mengerutkan kening: "Apa?"

Yuliana mendekati Wirianto, membungkuk mencium bibir Wirianto, kemudian tertawa: "Ini."

Ketika bibir Yuliana dan Wirianto berpisah, Wirianto langsung menekan bagian belakang kepala Yuliana, memperdalam ciuman ini. Ciuman Wirianto sangat bertenaga dan serius, bahkan karena terlalu bertenaga, bibir Wirianto sedikit bergetar. Ini adalah ciuman pertama mereka setelah kejadian Melly, Wirianto pernah mengira setelah Yuliana mengetahui hal yang pernah dia lakukan, setelah kejadian Melly, Yuliana mungkin akan meninggalkannya.

Tapi Wirianto tidak menyangka, Yuliana bisa-bisanya masih bersedia menetap di sisinya, menanggung bahaya yang akan datang dan dosa masa lalu bersamanya. Wirianto tidak tahu apakah di dunia ini masih ada perempuan sesempurna Yuliana, tapi Wirianto tahu, perempuan yang bisa sehidup semati dengannya hanyalah Yuliana seorang.

Ciuman mereka berdua tidak ada cinta antara lelaki dan perempuan, ciuman mereka lebih seperti kedua orang yang kembali bertemu. Yuliana mundur perlahan, setelah mengakhiri ciuman ini, dia menghela nafas, tertawa dan berkata: "Senangnya bisa menciummu seperti ini."

Awalnya Yuliana pikir dia perlu mengatur ulang mentalnya agar bisa menghadapi Wirianto, tapi tidak disangka hanya satu ciuman, sudah berhasil menghapus dilema-dilema kecil di hatinya. Wirianto merangkul pinggang Yuliana, tertawa ringan dan berkata: "Aku juga senang, bisa menciummu seperti ini."

Semenjak kejadian Melly, kondisi Wirianto dan Yuliana sangat berantakan, Wirianto sudah sangat lama tidak setenang ini. Meskipun tahu kondisi sekarang mungkin lebih bahaya dari dulu, tapi ciuman ini membuat hati mereka menjadi tenang. Kalaupun jalan di depan penuh dengan bahaya, masih ada dukungan satu sama lain, masa depan pun tidak semenakutkan itu lagi.

Yuliana tertawa dan berdiri: "Aku pergi lihat keadaan Melly, aku pergi dulu. Kamu tidur dengan baik, besok pagi aku akan membangunkanmu untuk sarapan."

Wirianto mengangguk, melihat Yuliana pergi, senyum di wajahnya masih belum hilang, dia melihat arah Yuliana pergi dengan senyum di wajahnya.

Ketika Yuliana sampai di bawah, Melly sudah bangun, sedang duduk di sofa, kening Melly berkerut dan wajahnya cemberut, ekspresinya seperti mau menangis. Yuliana segera berjalan kesana, memeluk Melly dan bertanya sambil tersenyum: "Kenapa bangun?"

Melly mengangguk, berkata dengan mulut cemberut: "Sudah bangun, ibu, kita ke kamar tidur, tidur di sofa tidak nyaman."

Yuliana tersenyum dan mengangguk, segera mengulurkan tangan menggendong Melly dan berkata: "Baik, Ibu sekarang membawamu ke kamar, oh iya, Melvin, ayo kita kembali ke kamar bersama."

Melvin segera menganguk, menjawab ringan: "Baik, aku ke atas sekarang."

Yuliana menatap Melvin, bertanya sambil tersenyum: "Kalau kamu bersedia, bagaimana kalau malam ini kita tidur sekamar?"

Yuliana sebenarnya sedikit merasa bersalah terhadap Melvin, karena dia tidak begitu menjaga Melvin. Berpisah selama ini dengan Melvin, dia masih belum memikirkan cara menggantikan waktu ini kepada Melvin, tapi terjadi kejadian Melly kali ini, membuatnya memfokuskan seluruh tenaganya di Melly. Terhadap Melvin, Yuliana merasa sangat bersalah, merasa dia adalah ibu yang tidak cukup baik.

Melvin langsung membeku, Melly melirik Melvin, dia pun mendengus dan berkata: "Meskipun aku tidak ingin sekamar denganmu, tapi kamu juga pernah datang mengunjungiku di rumah sakit, masih lumayan baik terhadapku, kalau kamu juga ingin sekamar, maka kembalilah, lagipula aku tidak keberatan!"

Melvin pun mengangguk ringan, tidak mengatakan apa-apa, dia mengikuti Yuliana dari belakang dan naik ke lantai atas. Mereka bertiga tidur di kamar Melly, kasur Melly termasuk lumayan besar, cukup untuk mereka bertiga. Yuliana menggendong Melly masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaian, kemudian menggendongnya ke kasur. Melly pada dasarnya sudah lumayan ngantuk, begitu terbaring di kasur dia langsung tertidur.

Yuliana tertawa menggelengkan kepalanya melihat Melly yang ngantuk setengah mati, kemudian dia mengulurkan tangan bermaksud mengganti pakaian Melvin. Melvin langsung mundur selangkah, bertanya sambil mengerutkan kening: "Kamu.....Kamu mau berbuat apa?"

Yuliana tersenyum dan berkata: "Aku mau menggantikan pakaianmu."

Wajah Melvin yang biasa dingin dan dewasa langsung berubah panik, wajahnya memerah dan berkata terbata-bata: "Tidak, tidak usah, aku bisa ganti sendiri."

"Hihi...... Kakak bodoh malu-malu........" Melly yang awalnya tertidur terbangun karena mendengar suara Yuliana dan Melvin, setelah tertawa dan berbicara begitu, dia langsung tertidur kembali.

Melvin langsung mengerutkan keningnya, mencari alasan: "Aku, aku bukan malu, hanya saja aku bisa melakukan hal ini sendiri, aku tidak suka merepotkan orang lain."

Yuliana tertawa ringan dan mengangguk: "Aku tahu, kalau begitu kamu pergi ganti sendiri."

Selesai berbicara, Yuliana pun berbalik dan naik ke kasur. Ketika Melvin keluar dari kamar mandi setelah bersih-bersih dan mengganti pakaian sendiri, Yuliana pun tersenyum dan membuka selimut: "Mari, tidur."

Melvin terlihat ragu-ragu dan memperlambat langkah kakinya, kemudian memanjat kasur sambil mengerutkan kening. Melvin pun mengerutkan kening dan bertanya: "Begini bukannya luka Melly bisa tertimpa?"

Yuliana berkata sambil tersenyum: "Tidak apa-apa, aku berbaring di tengah, tidak akan mempengaruhi Melly."

Melvin pun menghela nafas lega: "Baguslah kalau begitu."

Selesai berbicara, Melvin berbaring rapi di sisi Yuliana. Dibandingkan dengan posisi tidur Melly yang berantakan, posisi Melvin terlihat terlalu rapi. Yuliana pun tidak bisa menahan tawanya, berpaling bertanya kepada Melvin: "Kamu selalu tidur sendiri?"

Melvin berpikir sejenak, kemudian menggeleng: "Tidak, sebelumnya bukannya bersembunyi di kamar mandi bersama kalian?"

Yuliana teringat kejadian saat itu, dia pun tertawa: "Benar juga, masih ada kejadian itu. Kejadian kali itu membuat aku dan ayahmu terlihat sangat tidak bisa diandalkan, benar-benar menyusahkanmu, setelah kejadian itu kamu masih bersedia ikut dengan kami."

Melvin mengerutkan kening, setelah sesaat dia baru berpaling melihat Yuliana: "Sebenarnya, setelah kejadian itu, aku baru memutuskan mau tinggal serumah dengan kalian. Meskipun sangat berantakan, tapi saat aku tidur malam itu, aku merasa sangat tenang. Aku pun merasa, meskipun di keluarga ini, Ayah terlalu dingin, adik sangat menyebalkan, ibu kadang-kadang sangat ceroboh, emosian juga tidak bisa memasak....."

Mendengar kata-kata Melvin, Yuliana tidak tahan tidak mengerutkan kening dan memotong kata-kata Melvin, memelototinya: "Hei..... Kamu benar-benar harus berbicara seperti itu? Kenapa mereka berdua kamu hanya menyebut satu kekurangan, giliranku kamu menyebut begitu banyak?"

Melvin pun tertawa, mengedipkan matanya melihat Yuliana: "Karena kekurangan mereka lebih sejenis, kekuranganmu agak kompleks."

Yuliana mengerutkan kening, menghela nafas dengan kesal, mengerutkan kening dan berkata tidak berdaya: "Kamu benar-benar sudah diajar nakal oleh Melly."

Melly seperti mendengar kata-kata Yuliana, segera mengangkat tangannya dan berseru dalam mimpi: "Melly tidak nakal, Melly tidak nakal!"

Yuliana dan Melvin mendengar kata-kata Melly pun tidak bisa menahan tawa. Yuliana mengulurkan tangan menyelimuti Melvin, tersenyum dan berkata: "Sudah, tidurlah."

Melvin pun menutup mata mendengar kata-kata Yuliana, Yuliana melihat Melvin menutup mata, dia pun ikut menutup mata. Tapi mungkin karena terlalu banyak yang terjadi hari ini, Yuliana sama sekali tidak bisa tidur terlalu nyenyak, setelah menutup mata sekian lama, tetap tidak bisa tertidur.

Ketika Yuliana secara samar-samar merasa ada orang yang menatapinya, Yuliana pun terkejut dan segera membuka mata. Begitu membuka mata, Yuliana pun melihat Melly sedang duduk di sampingnya, keningnya berkerut menatapi dia.

Wajah Melly tidak berekspresi, dia hanya menatap lurus ke arah Yuliana. Yuliana membeku sejenak, kemudian baru memanggil Melly dengan ringan: "Melly, Melly kamu kenapa?"

Melly menatapi Yuliana, kemudian berteriak keras: "Ibu, cepat lari! Jangan pedulikan Melly!"

Kemudian Melly kembali menutup mata dan terjatuh ke kasur. Yuliana segera menggendong Melly, dia memeriksa nafas dan detak jantung Melly, melihat tidak ada yang aneh, Yuliana baru menggoyang ringan tubuh Melly, memanggil dengan panik: "Melly..... Melly bangun....."

Melly mengucek matanya dan bangun duduk di kasur, melihat Yuliana dan menggumam: "Ibu, ada apa?"

Yuliana mengulurkan tangan menyentuh kening Melly, mengerutkan kening dan bertanya: "Kamu kenapa? Kamu tadi bukannya berbicara? Apakah kamu tahu apa yang kamu lakukan dan katakan tadi?"

Melly mengerutkan kening, kemudian menggeleng: "Aku melakukan apa?"

"Kamu......." Yuliana baru saja mau berkata tadi Melly mengatakan hal yang aneh, tapi melihat Melly yang sama sekali tidak mengerti, Yuliana tidak ingin menambah beban mental Melly, dia pun bertanya: "Kamu tadi mimpi buruk?"

Melly segera menggeleng: "Tidak, aku malah mimpi indah...."

Berkata sampai sini, Melly tertawa senang: "Aku bermimpi Zacky kemari, bermain denganku. Kemudian ibu membuat banyak makanan enak, di dalam mimpi, kemampuan memasak Ibu sangat baik, aku sangat suka makan masakan Ibu. Zacky juga ikut makan bersamaku, oh iya, Ibu pernah bilang mau mengajak Zacky makan bersama kita, kapan? Jangan lupa, kita sudah berjanji pada Zacky."

Yuliana melihat Melly dan tertawa: "Kamu sangat baik kepada Kak Zacky ini."

Melly mengangguk serius: "Karena Zacky sangat kasihan, sebenarnya sangat banyak orang tidak menyukainya. Aku melihat para perawat tidak terlalu baik terhadapnya, karena merasa dia mudah ditindas. Sikapnya memang tidak baik, tapi juga tidak boleh menindasnya. Ibu, semua orang menindasnya, oleh karena itu kita jangan menindasnya lagi, kita harus bersikap baik kepadanya. Dia sudah sekasihan itu, ayahnya membencinya, kekasihnya tidak menyukainya, orang di sekelilingnya semua meremehkannya, kalau kita juga tidak menyukainya, maka sudah tidak ada orang yang akan menyukainya."

Yuliana menatapi Melly, tersenyum tidak berdaya: "Kamu benar-benar sangat simpatik."

Melly tertawa dan berkata: "Ini juga karena dia menyelamatkan ibu, Ibu, ibu jangan selalu memikirkan cara menyingkirkannya, yah? Melly sebenarnya juga sangat suka bermain dengannya. Biarkan dia tetap disini menemani Melly main. Kumohon. Melly bisa melindungi dia, dia bisa menjaga Melly."

Yuliana melihat Melly sekilas, Yuliana tidak menyangka Zacky ini bisa-bisanya menduduki satu bagian di hati Melly, Yuliana pun tertawa ringan dan mencoba bertanya: "Kalau begitu kalau Ibu benar-benar memutuskan mengirim Zacky untuk training, apakah kamu akan merasa tidak senang? Sebenarnya banyak belajar adalah hal yang bagus untuknya. Melly, kita lebih baik jangan menghalangi masa depan orang lain demi kesenangan sendiri. Kalau Zacky pergi melanjutkan pendidikannya, maka akan meningkatkan kualitas hidupnya, oleh karena itu kita bukannya seharusnya membantunya?"

Melly mengangguk: "Aku bisa tidak senang, kalau dia tidak bersedia, maka aku akan merasa tidak senang. Kalian ingin mengusirnya. Ibu, kamu sangat membenci Zacky? Kenapa dia sudah menyelamatkanmu, kamu masih terus mau mengusirnya? Ibu seperti ini sangat tidak baik. Ibu guru selalu mengajarkan kita harus bisa membalas kebaikan orang lain, ibu seperti ini sama sekali tidak membalas kebaikan orang lain."

Yuliana tersenyum tidak berdaya, dia mengulurkan tangan mengetuk ringan kepala Melly, berkata sambil mengerutkan kening: "Kamu tahu apa? Apa yang tidak membalas kebaikan orang lain, mengikatnya di samping sebagai teman bermain sepertimu baru tidak bisa membalas kebaikan orang lain."

"Menemani Melly bermain adalah kesenangan untuknya, dia tidak suka pergi belajar. Orang tentu saja harus melakukan hal yang membuat dia bahagia, ibu menyuruhnya melakukan hal yang membuatnya tidak bahagia, tentu saja bukan sedang membalas kebaikan." Melly mengerutkan kening dan berkata serius.

Yuliana menggelengkan kepala tidak berdaya, kemudian mengerutkan kening dan berkata kepada Melly: "Kalau begitu bagaimana baru termasuk membalas kebaikan?"

Melly tertawa berseri-seri dan mendekati Yuliana: "Ibu..... Mengundangnya bermain ke rumah, mentraktirnya makan, sudah termasuk membalas kebaikan."

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu