Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 318 Jangan mengoda serigala lapar

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian sambil tersenyum, lalu dia membelai kepala Yuliana Jian dengan lembut, dan berkata sambil tersenyum, "Tidak, apa yang kamu lakukan sangat baik."

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng sambil sedikit mengernyitkan dahinya lalu dia memiringkan kepalanya dengan tidak percaya, dan bertanya dengan lembut, "Benarkah?"

Wirianto Leng mengangguk, sambil membelai kepala Yuliana Jian dengan lembut, lalu dia berkata sambil tersenyum: "Tentu saja, kelihatannya aku tidak salah memberikan anjing peliharaan ini untukmu."

Yuliana Jian menoleh dan menatap Wirianto Leng setelah itu dia mengangguk sambil tersenyum: "Hmm, tidak salah, dia benar-benar imut..."

Selesai berbicara, Yuliana Jian langsung menoleh untuk melihat anak anjing yang sedang tertidur, lalu dia tersenyum dan menopang dagunya, sambil berkata dengan suara rendah, "Tapi, alasan utamanya adalah karena nama yang aku berikan bagus."

Wirianto Leng mengangguk dengan tidak berdaya: "Hmm, namanya memang sangat bagus."

Yuliana Jian tersenyum lalu mencondongkan tubuhnya dan mencium sudut bibir Wirianto Leng, lalu dia berkata dengan serius: "Mulai besok ajari aku membuat kudapan manis dan spagheti. Aku ingin pulang dan bertemu dengan kedua anakku. Kita juga akan membawa Ace pulang bersama kita ... "

Wirianto Leng mengangguk, lalu dia berkata sambil tersenyum, "Mereka pasti akan sangat senang saat melihat ada anak anjing."

Yuliana Jian tidak bisa menahan tawanya. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata sambil tertawa: "Kupikir kamu akan mengatakan mereka akan sangat senang melihatku, tapi kamu malah mengatakan mereka akan sangat senang saat melihat anak anjing, kamu bisa berbicara atau tidak?"

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian sambil tersenyum, lalu dia berkata dengan suara rendah, "Mereka tidak hanya akan merasa senang saat bertemu denganmu... Kamu sudah lama meninggalkan mereka, aku juga sudah lama meninggalkan mereka, kalau kita benar-benar bertemu kembali, seharusnya akan ada banyak perasaan yang lain. "

Ketika Yuliana Jian mendengar kata-kata Wirianto Leng, dia menundukkan kepalanya dan menggigit bibirnya, setelah itu dia mengangkat kepalanya untuk melihat Wirianto Leng. Kemudian dia menggigit bibirnya lalu mengangguk perlahan dan berkata: "Iya, saat ini aku merasa sangat bersalah kepada dua anak kita... aku tidak hanya membuat mereka hampir kehilangan ibu mereka, tetapi juga membuat mereka hampir kehilangan ayah mereka ..."

Wirianto Leng mengangkat tangannya memeluk Yuliana Jian lalu dia berkata dengan lembut, "Kamu jangan menanggung kesalahanku juga. Ada beberapa hal adalah pilihanku. Kamu jangan membantuku menanggung semuanya. "

Yuliana Jian mengatupkan bibirnya, lalu dia bersandar di bahu Wirianto Leng dan memejamkan matanya dengan erat. Setiap dia berpikir akan bertemu dengan kedua anaknya, dia akan merasa gugup hingga tangannya tidak berhenti gemetar, dia merasa gugup seolah-olah akan menghadapi sebuah wawancara penting.

Keesokan harinya, begitu bangun, Yuliana Jian mendorong Wirianto Leng yang berada di sampingnya sambil memanggilnya: "Hei ... bangun, bangun dan ajari aku membuat kue."

Wirianto Leng membuka matanya dengan perlahan, lalu dia disambut oleh celemek yang dilemparkan ke wajahnya. Wirianto Leng menurunkan celemek dari wajahnya, dia menggosok matanya sambil menguap setelah itu dia memakai celemek itu dan bangun dari tempat tidur: "Apakah perlu sepagi ini ..."

Tadinya Wirianto Leng berbicara sambil berjalan keluar dari kamar, tetapi ketika Wirianto Leng keluar, dia melihat seluruh dapur kecil itu sangat berantakan, tepung yang berwarna putih bertaburan di mana-mana. Wajah Yuliana Jian kotor dan dia tidak berhenti menguleni adonan.

Wirianto Leng langsung mengerutkan kening: "Ini ... ada apa ini?"

Yuliana Jian menyeka wajahnya dan berkata tanpa mendongak, "Aku mencoba belajar membuat kue sendiri."

Wirianto Leng langsung memegang dahinya, dan menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Kupikir kamu membuat patung. Kenapa kamu menggunakan begitu banyak tepung?"

Yuliana Jian mengangkat kepalanya menatap Wirianto Leng : "Aku mengikuti langkah-langkah yang kamu gunakan saat aku melihatmu membuat kue sebelumnya. Aku lihat kamu sedang tidur dengan nyenyak, jadi aku tidak ingin mengganggumu. Tapi ... Tapi entah mengapa ... kue yang aku buat selalu sedikit berbeda ... kalau tidak terlalu keras maka terlalu lembek. "

Wirianto Leng berusaha menahan tawanya dan menatap Yuliana Jian sambil bertanya dengan lembut, "Apakah kamu tahu ada banyak jenis tepung? Ada tepung protein rendah dan tepung protein tinggi ..."

Saat mendengar kata-kata Wirianto Leng, Yuliana Jian langsung mengerutkan keningnya: "Apa? Kenapa tepung ada banyak jenis?"

Wirianto Leng mengangkat tangannya membelai kepala Yuliana Jian lalu dia berkata sambil tersenyum: "Bukankah dulu kamu membuka toko kudapan manis? Kenapa kamu tidak tahu hal ini?"

“Saat itu, aku hanya bertugas menjamu tamu, dan aku sama sekali tidak mengurusi hal ini.” Yuliana Jian mengerutkan kening dengan sedih: “Aku pikir setelah menuangkan tepung dan menguleninya akan menjadi kue ...”

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian sambil tersenyum, lalu dia menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya: "Membuat kue tidak boleh dilakukan terburu-buru, aku akan membuat sarapan dulu. Setelah sarapan, kita baru belajar dengan perlahan-lahan. Dan saat ini kamu masih sakit, kamu tidak boleh kelelahan, apakah kamu mengerti? "

Yuliana Jian mengerutkan sudut mulutnya, lalu dia mengangguk dengan perlahan, dan berkata dengan suara rendah, "Aku tahu ... tapi aku ..."

Wirianto Leng menjulurkan jarinya lalu mengayunkannya di hadapan Yuliana Jian sambil berkata dengan tegas: "Tidak ada tapi-tapian... pertama-tama cuci muka dan gosok gigi terlebih dahulu, lalu sarapan ..."

Ketika Yuliana Jian melihat Wirianto Leng sangat serius, dia hanya bisa pergi mencuci muka dan menyikat giginya. Setelah mereka sarapan dan mulai belajar membuat kue, performa Yuliana Jian benar-benar menguji perasaan Wirianto Leng terhadapnya.

Yuliana Jian belajar dengan sangat serius, tetapi dia terlalu gugup, mengakibatkan kue buatannya sangat kacau. Setelah sibuk seharian, akhirnya dia menghasilkan sebuah kue setengah jadi. Wirianto Leng menatap kue setengah jadi itu, lalu menatap Yuliana Jian dengan raut wajah gugup. Setelah mencicipi kue buatannya, Wirianto Leng menghela napas panjang.

Yuliana Jian langsung mengerutkan kening dan bertanya dengan gugup, "Bagaimana? Apakah sangat tidak enak? Apakah sangat sulit untuk diterima?"

Wirianto Leng menggelengkan kepalanya: "Tidak, rasanya lumayan, aku menghela nafas, karena ternyata aku sangat menyukaimu ..."

Wajah Yuliana Jian memerah, dan dia menunjukkan raut wajah tersipu malu: "Kenapa tiba-tiba kamu mengatakan hal ini? Apakah memakan kue buatanku membuatmu sangat terharu?"

Wirianto Leng menggelengkan kepalanya lalu berkata dengan serius: "Bukan terharu, tetapi ketika aku mengajarimu hari ini, aku terus berpikir, kalau yang aku ajari bukan kamu tapi orang lain, meskipun aku sudah mengulanginya berkali-kali tapi masih salah mengikuti langkah-langkah dan takarannya, aku akan benar-benar mengangkat meja dan membalikkannya dan berjalan pergi. "

Yuliana Jian mengerutkan bibirnya lalu berkata dengan suara pelan, "Apakah performaku sangat mengecewakanmu?"

Wirianto Leng tersenyum: "Bukan kecewa, tapi menguji kesabaranku. Ada beberapa kali aku benar-benar hampir memarahimu. Kenapa seseorang yang biasanya begitu pintar saat membuat kue malah berubah menjadi bodoh seperti ini? Kalau kecewa, aku lebih kecewa pada diriku. Tadinya aku pikir aku bisa sangat toleran terhadapmu, tapi aku tidak menyangka hanya karena masalah kecil aku berada di ambang melampiaskan kemarahan terhadapmu. "

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng dengan curiga: "Karena aku membuatmu sangat marah, bagaimana kamu menahannya?"

"Meskipun aku merasa sangat kesal melihatmu memasak asal-asalan. Tapi melihat kamu yang terlihat bodoh membuatku merasa kamu sangat imut." Wirianto Leng tidak bisa menahan senyumannya dan berkata, "Kalau hari ini kamu merasa sangat gugup, lihatlah ekspresiku wajahku, kamu pasti akan merasa ekspresi wajahku sangat menarik. Perubahan antara di ambang kemarahan dan tersenyum dengan kesemsem. "

Yuliana Jian tidak bisa menahan tawanya, dia mendekati Wirianto Leng lalu mencium sudut bibir Wirianto Leng, setelah itu dia berkata sambil tersenyum: “Kalau begitu bukankah aku harus memberikan sedikit motivasi untukmu, supaya besok kamu bisa lebih bersabar terhadapku? "

Wirianto Leng menggelengkan kepalanya: "Kalau motivasinya adalah ciuman ini, sepertinya masih kurang..."

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng sambil tersenyum, setelah itu dia mendekatinya dengan perlahan lalu mengangkat kepalanya dan mencium bibir Wirianto Leng. Kemudian Yuliana Jian berkata sambil merendahkan suaranya, "Bagaimana dengan ini?"

Wirianto Leng melangkah maju lalu menekan tubuh Yuliana Jian setelah itu dia berkata dengan suara serak, "Masih kurang ..."

Yuliana Jian tersenyum dan merangkul leher Wirianto Leng: "Kalau begitu kamu bisa meminta lebih ..."

Wirianto Leng mengangkat tangannya dan menyentuh dada Yuliana Jian, tapi kemudian dia mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya: "Tidak, kamu belum pulih."

Yuliana Jian tersenyum dan berkata, "Ada banyak cara, belum tentu harus seperti itu."

Yuliana Jian berbicara, sambil menyentuh tubuh Wirianto Leng, Wirianto Leng langsung menahan tangan Yuliana Jian dan berkata dengan suara serak sambil menggelengkan kepalanya: "Tidak boleh ... Aku bisa tidak tahan, jangan menguji batasanku. Hari ini aku sudah menghabiskan pengendalian diriku."

Yuliana Jian hanya bisa mundur selangkah, dengan tatapan tidak percaya dia menggelengkan kepalanya menatap Wirianto Leng, lalu dia berkata dengan kagum: "Aku tidak menyangka CEO Leng kita memiliki pengendalian diri yang sangat hebat. Kamu benar-benar membuatku kagum. Melihat pengendalian dirimu yang sangat hebat, aku bisa merasa tenang. Besok kamu pasti masih bisa bersabar terhadapku. "

Wirianto Leng melirik Yuliana Jian lalu berkata dengan suara serak, "Yuliana, tahukah kamu? Kalau kamu selalu menggoda serigala lapar. Ketika tiba saatnya menagih hutang akan terjadi hal yang tidak diinginkan."

Begitu mendengar kata-kata Wirianto Leng, Yuliana Jian langsung mendongkak untuk menatap wajah Wirianto Leng, dia melihat mata Wirianto Leng sedikit membara karena digoda olehnya. Yuliana Jian segera mundur selangkah ke belakang, dia menggenggam kedua lengannya, lalu dia mengerutkan keningnya dan menatap Wirianto Leng sambil berkata dengan panik: "Ya Tuhan, tatapan matamu benar-benar menakutkan."

Wirianto Leng mengangkat alisnya, lalu dia mengerutkan keningnya menatap Yuliana Jian: "Bagus, kamu masih bisa takut, dan memiliki sedikit batasan. Aku juga seorang manusia, mungkin aku bisa bersabar dan tidak marah karena hal-hal bodoh yang kamu lakukan, tapi aku tidak bisa menahan hal semacam ini ... "

Yuliana Jian mengangguk dengan pelan, "Aku mengerti, kalau begitu malam ini aku akan tidur terpisah denganmu, aku tidak tahu kapan kamu akan menyerangku."

Selesai berbicara, Yuliana Jian bersiap untuk pindah ke kamar lain. Meskipun selama beberapa saat ini Yuliana Jian dan Wirianto Leng tidak melakukan hubungan intim, tapi Yuliana Jian dan Wirianto Leng beristirahat di kamar yang sama. Melihat Yuliana Jian bersiap untuk pergi, Wirianto Leng langsung memeluknya dari belakang lalu dia berbisik: "Jangan bercanda lagi, dibandingkan harus terpisah darimu, aku bisa menahan semuanya. "

Yuliana Jian berbalik dan menatap Wirianto Leng sambil tersenyum: "Selama ini, sudah menyusahkanmu."

Wirianto Leng memeluk Yuliana Jian dengan erat, lalu dengan perlahan dia menundukkan kepalanya dan mengecup leher Yuliana Jian dengan lembut sambil berkata dengan lembut, "Tidak, tidak menyusahkan. Sebaliknya selama beberapa saat ini aku sangat bahagia. Dalam hidupku, hari-hari yang paling sulit adalah ketika aku terpisah darimu. Hari-hariku bersamamu saat ini mungkin bisa dikatakan hari-hari paling bahagia dalam hidupku. "

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu