Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 342 Ayah Rumah Tangga Professional

Hingga setelah Peggy pergi, Wirianto baru mengendong Michelle kembali kekamar, setelah bertemu dengan Yuliana, wajahnya sedikit marah, dan berkata, "Dia akhirnya pulang?"

Yuliana berkata kepada Wirianto sambil tersenyum, "Mengapa kamu melakukan nada bicara seperti begini? Seperti kamu sangat tidak menyambut kedatangannya saja."

Wirianto mengerutkan keningnya, "Aku memang tidak suka dia dari awal."

Yuliana mengerutkan keningnya, dia menatapi Wirianto dan mengedipkan matanya, "Duh......mengapa kalian selalu seperti begini? Dulu dia masih menyukaimu, sekarang malah takut denganmu hingga begini, kamu ini selalu sungguh begitu kejam ketika berkata dengan gadis, kita sudah tidak punya teman lagi, bolehkah menjaga baik yang satu-satunya tersisa ini?"

Wirianto menatapi Yuliana, "dia gosip dibelakang aku."

"Ti......tidak......" Yuliana bergegas mengelak.

Yuliana seusai berkata, dia mengedipkan matanya dan berlagak seolah tidak bersalah, Wirianto menyipitkan matanya, dia menatapi Yuliana dan mengerutkan keningnya, "Kamu membohongiku."

Yuliana menatapi Wirianto dan menghempaskan nafasnya, dia terlihat sangatlah tidak berdaya, dia mengangkat tangan dan menarik tangan Wirianto, "Kamu tidak akan benar-benar perhatian akan ini kan?"

Wirianto langsung menganggukkan kepalanya, dia berkata sambil tersenyum, "Aku masih tidak akan memperhatikan apa yang dikatakan olehnya padaku, meskipun aku dan dia sama-sama tidak suka, tapi karena adanya kamu, kami juga bukannya tidak bisa menahan satu sama lainnya."

Yuliana mendengar perkataan Wirianto dan tertawa, dia lalu berkata dengan sedikit bangga, "Ternyata akulah orang yang paling penting itu, sungguh tidak menyangka aku masih punya fungsi seperti begini, aku sedikit bangga."

Wirianto mencium Yuliana, dan berkata, "Kamu jauh lebih penting daripada yang kamu pikirkan."

Yuliana seusai mendengar perkataan Wirianto ini, dia tersenyum hingga menyipitkan matanya, dia mengangkat tangan dan merangkul leher Wirianto, disaat Yuliana akan berkata, Michelle tiba-tiba berteriak, dibandingkan dengan anak lain, Michelle terhitung sangat jarang menangis, setiap kali ketika dia lapar ataupun kencing, dia akan berteriak, namun belakangan ini karena Wirianto sering main dengan Michelle, jadi ketika Michelle bersuara dia tahu apa yang diinginkan oleh Michelle.

Wirianto langsung memeluk Michelle dan mengantikan popok untuknya, meskipun Wirianto sudah melakukannya berkali-kali, namun Yuliana setiap kali melihat Wirianto mengantikan popok untuk anak, dia tetap masih saja akan melototkan matanya dan merasa kaget.

Wirianto setelah mengantikan popok untuk MIchelle, dia menyuruh pembantu untuk mengendong Michelle pergi, dia lalu mencuci tangan dan datang ke samping Yuliana, dia menatapi Yuliana yang masih melototkan matanya karena kaget, Wirianto bertanya sambil tersenyum, "Mengapa kamu berekspresi seperti begini? Seolah sangatlah kaget saja, setiap kali selalu begini."

Yuliana mengerutkan keningnya dan menatapi Wirianto, "Aku tentu saja merasa kaget, setiap kali melihatmu melakukan hal kecil seperti begini akan merasa wah, ternyata Wirianto adalah lelaki yang seperti begini, dia ternyata akan melakukan hal begini juga, sungguh diluar dugaan."

Wirianto tersenyum kearah Yuliana, "Setelah selama ini masih saja belum beradaptasi?"

Yuliana menganggukkan kepalanya dan berkata sambil tersenyum, "Tapi menurutku ini masih lumayan menarik, selalu membuat aku merasa ada kejutan ketika bersama denganmu, sangat menarik."

Wirianto mencium bibir Yuliana, dan berkata, "Setelah kamu nanti baikan, aku akan memberikanmu kejutan baru."

Yuliana merangkul leher Wirianto dan tersenyum, dia berkata, "Jika kejutan yang kamu bilang adalah yang aku pikirkan, maka aku mulai menantikannya, aku ingin melihat Direktur Besar Wirianto ini apakah masih sekuat dulu apa tidak."

Wirianto menatapi Yuliana dan tersenyum, "Kamu tidak takut sakit lagi?"

Yuliana mengulurkan tangannya dan menunjuk ke ujung jarinya, "Sedikit sakit, tapi hanya sesedikit ini saja, dilebih banyak kesempatan, aku tetap lebih ingin bersama denganmu>"

"Benarkah?" Wirianto mencium bibir Yuliana, Yuliana mengelak dan berakta, "Jika kamu masih berbuat onar, maka akan menjadi palsu."

Wirianto mengejar Yuliana, "Menjadi palsu? Bagaimana caranya kamu membuatnya menjadi palsu?"

Yuliana tertawa sambil mengelak dari Wirianto dan berkata, "Membuatmu tidak bisa mendekatiku.........dilarang mendekat....."

Wirianto menciumi Yulliana dan sambil berkata, "Bagaimana jika aku tetap ingin mendekat?"

Yuliana tersenyum dan merangkul leher Wirianto, "Kalau begitu aku mau berteriak minta tolong."

Wirianto menekan suaranya, "Kalau begitu aku benar-benar mau berhenti, aku tidak ingin mendengar kamu meminta tolong."

Yuliana langsung mengerti maksud Wirianto ketika mendengarnya, dia langsung menyimpan senyumannya dan berkata, "Aku mengerti, aku tidak akan mengatakannya lagi, sekalipun sedang bercanda>"

Wirianto merapatkan bibirnya dan mencium Yuliana, Yuliana bertanya, "Kamu setiap hari ciuman begini terus, apa tidak bosan?"

Wirianto mengelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak, sama seperti Melly suka makan dessert, Melvin suka baca buku, semuanya adalah sesuatu yang tertanam dalam, mana mungkin akan bosan?"

Yuliana menatapi Wirianto sambil tersenyum, dia mengangkat kepalanya dan mencium bibir Wirianto, "Kalau begitu cium lebih banyak sedikit, hadiah untuk Direktur Wirianto kita yang menjadi ayah rumah tangga professional."

"Jika bisa ada hadiah yang sebagus ini terus, aku mungkin akan menjadi ayah rumah tangga terus."

Mendengar perkataan Wirianto, Yuliana mengangkat kepalanya dan disaat dia bersiap mencium Wirianto, terdengar suara Melly berteriak, "Mama.......Papa........aku pulang, aku dan Melvin sudah pulang sekolah, malam nanti kita makan apa?"

MEndengar panggilan Melly, Yuliana langsung mendorong Wirianto dan berkata, "Apakah kamu dengar itu? Anak-anak sudah pulang, kita keluar."

Wirianto menghempaskan nafasnya, "Yang kecil baru tenang, yang besar sudah pulang, membesarkan anak sungguh tidak mudah."

Yuliana berkata sambil tertawa, "Kamu merasakan kesulitannya? Itu menandakan bahwa belakangan ini kamu sedikit bagus dalam menjadi seorang ayah rumah tangga."

"Hanya Sedikit saja kah?" Wirianto menatapi Yuliana sambil tetawa.

Yuliana mengulurkan tangannya dan tertawa, "Tidak, sangat sangat banyak........"

Yuliana seusai berkata, Melly langsung berteriak dari luar, "Papa, mama..........kalian jangan mengobrol lagi, cepat keluar, Melly sudah kelaparan sekali."

Yuliana langsung menatapi Wirianto dan tertawa, "Cepat keluar, jika tidak si bocil kita yang cerewet ini kelaparan."

Wirianto menganggukkan kepalanya, baru saja membuka pintu kamar, Melly langsung menyerbu kearah Wirianto dan memeluk kaki Wirianto, "Ayah, aku ingin makan babi hong, buatkanlah untukku, aku ingin makan babi hong yang dibuat oleh ayah......."

Melvin berjalan kesamping Wirianto, dia berkata, "Bukuku sudah semuanya habis dibaca, aku ingin membeli buku baru, ini adalah listnya, belilah untukku."

Seusai Melvin berkata, Michelle tiba-tiba menangis, Michelle jarang menangis, namun suaranya sangatlah besar, jika dia menangis kencang, biasanya terjadi sesuatu, setelah mendengar tangisan dari Michelle, Wirianto langsung mengerutkan keningnya dan melirik kearah Yuliana, Yulinaa melihat Wirianto yang dulunya keras bisa karena anak-anak ini muncul ekspresi meminta bantuan.

Yuliana tertawa, dia berkata kepada Melly dan Melvin, "Kalian jangan menyibukkan papa dulu, sini, mama bantu kalian selesaikan masalahnya."

Seusai berkata, awalnya Yuliana mengira bahwa Melly dan Melvin akan menerbu kearahnya namun Melly dan Melvin malah tidak ada reaksi sama sekali, dan masih saja mencari Wirianto, Yuliana mengerutkan keningnya, dia berkata, "Eh, apakah kalian tidak dengar?"

Melly melirik kearah Yuliana lalu berkata, "Mama, kamu istirahat saja, disini ada papa saja sudah cukup."

Melly seusai berkata, dia lanjut melirik kearah Wirianto, "Ayah, babi hongnya tambahkan lebih banyak gula, aku suka yang manis, jangan terlalu tawar."

"Eh, eh, eh......aku masih disini......." Yuliana berteriak didepan pintu.

Namun Melly dan Melvin tetap mencari Wirianto, tidak ada yang melirik kearahnya, Yuliana menghempaskan nafasnya, "Sepertinya karakter mama dariku sudah direbut."

Yuliana sedikit iri terhadap Wirianto, awalnya kedua anak itu sering mencarinya, Yuliana merasa biasa saja, namun sekarang kedua anak itu mencari Wirianto, Yuliana baru merasa sedikit sedih, awalnya kedua anak itu sedikit takut dengan Wirianto, dan tidak terlalu berani dekat dengannya, namun belakangan ini Wirianto seolah benar-beanr menerima identitasnya sebagai seorang ayah, dia berinteraksi baik dengan kedua anak ini, dan tanggung jawab untuk menjaga anak juga lebih dititihkan kepada Wirianto, sepertinya Wirianto menjadi lebih dekat dengan kedua anak itu.

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu