Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 296 Ingatan yang Hilang

Tetapi Yuliana Jian merasa bahwa sekarang bukanlah waktu yang terbaik untuk mengembalikan ingatannya, sekarang kebebasannya dibatasi, dia tidak tahu apakah orang yang bernama Wirianto Leng ini adalah orang baik atau orang jahat, jika dia kembali memikirkannya, kepalanya akan terasa sangat sakit, dan hatinya penuh dengan kecemasan, Yuliana Jian merasa bahwa mungkin dia harus menunggu sampai dia berada di sisi August Leng, atau pindah ke lingkungan yang lebih aman untuk mengembalikan ingatannya.

Yuliana Jian menoleh dan melirik pintu kamar mandi, lalu berteriak kepada Wirianto Leng yang berada di luar pintu: "Itu.....kamu jangan berdiri di depan pintu lagi, aku berencana untuk keluar. Kamu cepat pergi, jika kamu masih berdiri di depan pintu, aku akan merasa tidak nyaman. Jika kamu tidak pergi.....aku akan......aku akan....."

Yuliana Jian berhenti sejenak, dan mengerutkan keningnya, dia tidak bisa memikirkan hal yang dapat mengancam Wirianto Leng untuk membuat dia pergi. Yuliana Jian tertegun, dia ragu-ragu untuk sementara waktu, dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Tetapi Wirianto Leng yang berdiri di depan pintu, mengerti apa yang ingin dikatakan oleh Yuliana Jian, dia mundur selangkah, lalu berkata sambil tersenyum: "Jika tidak ada hal yang lain, aku akan pergi terlebih dahulu."

Yuliana Jian mendengar ucapan Wirianto Leng, lalu segera berlari ke arah pintu kamar mandi, dan mendengar langkah kaki Wirianto Leng yang menjauh, Yuliana Jian akhirnya dapat bernapas dengan lega, sepertinya Wirianto Leng telah benar-benar keluar dari kamarnya, Yuliana Jian berbisik kepada dirinya sendiri: "Sepertinya orang ini sedikit masuk akal, dia benar-benar tidak memiliki niat untuk mengambil keuntungan."

Sambil berbicara, Yuliana Jian keluar dari kamar mandi. Ketika melihat Wirianto Leng tidak ada di depan pintu, Yuliana Jian segera berbalik dan berjalan ke lemari, lalu buru-buru mengganti pakaiannya. Ketika Yuliana Jian telah selesai mengganti pakaiannya, dia sekali lagi berjalan di pintu, dan ingin menutup pintunya, lalu dia melihat pintu kamarnya telah ditendang sampai rusak oleh Wirianto Leng, Yuliana Jian segera mengerutkan kening, lalu berkata sambil melihat pintunya: "Apakah Wirianto Leng ini perlu sepanik ini? Dia bahkan menendang pintu kamar sampai rusak, bagaimana aku bisa tidur tanpa menutup pintu?"

Yuliana Jian mengerutkan kening, setelah menatap pintu dalam waktu yang lama, dia berjalan keluar, dan tiba di depan pintu kamar Wirianto Leng, dia mengetuk pintu Wirianto Leng, dan berkata: "Itu.... Tuan Wirianto Leng, aku mempunyai suatu hal untuk dibicarakan kepadamu."

Yuliana Jian mengira dirinya harus menunggu beberapa saat sebelum pintunya dibuka. Tetapi tidak disangka, pintu kamar dibuka tak lama kemudian, Yuliana Jian melihat Wirianto Leng berjalan keluar dari kamarnya, dan bertanya sambil mengerutkan keningnya: "Ada apa?"

Yuliana Jian berkedip dan berbisik: "Aku ingin membicarakan suatu hal kepadamu, sebelumnya aku memang telah memilih kamar itu, tetapi pintu kamar itu telah dirusak olehmu."

"Kamu bisa menukarnya dengan kamarku." Wirianto Leng mengancingkan pakaiannya, dan berkata dengan suara yang berat.

Yuliana Jian mengira bahwa dirinya perlu mengerahkan segala upaya untuk meyakinkan Wirianto Leng, tetapi tidak disangka Wirianto Leng menyetujuinya dengan begitu cepat. Yuliana Jian mengerutkan keningnya, dan berkata: "Kamu menyetujuinya?"

Wirianto Leng mengangguk, dan berkata dengan suara yang berat: "Tentu saja, ini bukan masalah besar, jika itu bisa membuatmu merasa nyaman, maka tidak masalah untuk berganti kamar. Kalau begitu kamu bereskanlah barang-barangmu, kita akan bertukaran kamar sekarang."

Yuliana Jian menggaruk kepalanya dengan malu, dan berbisik: "Sebenarnya aku bisa tidur di kamar lain, aku melihat ada kamar kosong di samping."

Wirianto Leng melirik kamar kosong di sebelahnya dan berkata sambil tersenyum: "Kamar-kamar lain terlalu kecil, dan beberapa tidak memiliki shower, aku akan bertukaran kamar denganmu. Kedua kamar kita memiliki kamar mandi, jadi lebih nyaman untuk digunakan."

Awalnya Yuliana Jian ingin bertukaran kamar dengan Wirianto Leng, karena hanya kamar Wirianto Leng dan kamar yang dia tinggal memiliki kamar mandi di dalamnya. Tetapi sekarang Wirianto Leng mengetahui niatnya, Yulaian Jian malah merasa sedikit malu, dia mengerutkan kening, dan menatap Wirianto Leng dengan malu, dan berbisik: "Apakah.....aku terlalu kelewatan?"

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian, dan perlahan-lahan tertawa, dia menggeleng, dan berkata dengan suara rendah: "Tidak, kamu tidak kelewatan, aku sangat senang bisa melakukan sesuatu untukmu, aku juga sangat senang memiliki kesempatan seperti ini, untuk membuatmu merasa lebih nyaman."

Yuliana Jian memiringkan kepalanya dengan bingung, dia dengan hati-hati melihat pria yang berdiri di hadapannya, dia melihat garis-garis halus di antara alisnya. Yuliana Jian dapat melihat bahwa pria ini adalah pria yang sering mengerutkan keningnya untuk berpikir, dan kadang-kadang dia terlihat sangat tegas atau bahkan dingin ketika dia tidak berbicara atau pun tersenyum. Pria seperti itu, memperlakukannya dengan begitu lembut dan perhatian, sebenarnya apa tujuan dia tinggal di sini bersamanya?

Yuliana Jian selalu berusaha dengan keras untuk berjaga-jaga dari pria yang bernama Wirianto Leng ini, tetapi sekarang Yuliana Jian mulai memiliki rasa ingin tahu yang kuat terhadap Wirianto Leng ini, dia ingin tahu, kenapa Wirianto Leng bersikap seperti ini kepadanya, kenapa dia mengikuti keinginannya, dan bersedia datang ke pantai?

Dan kenapa dirinya mengusulkan untuk pergi ke pantai?

Yuliana Jian mengerutkan keningnya ketika memikirkan hal ini, dia melirik ke jendela di belakang Wirianto Leng. Di luar jendela, dia bisa melihat sebuah garis samudera, yang terlihat sangat lembut, sepertinya sesuatu yang manis pernah terjadi di sana, tetapi ketika Yuliana Jian mencoba mengingatnya, ingatan itu seketika lenyap.

Yuliana Jian segera mengerutkan keningnya, dan memegang dahinya dengan jengkel. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa otaknya terasa sangat kosong?

"Kenapa? Kepalamu sakit lagi?" tanya Wirianto Leng dengan perhatian ketika melihat Yuliana Jian memegang dahinya: "Jika ada sesuatu yang tidak bisa pahami, jangam dipikirkan, jangan terlalu memaksa dirimu sendiri."

Wirianto Leng benar-benar berharap Yuliana Jian dapat segera mendapatkan kembali ingatannya, tetapi jika dia terlalu memaksa Yuliana Jian, takutnya akan terjadi sesuatu yang merugikan dirinya.

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng, sedikit mengernyit, dan berkata dengan suara rendah: "Apakah kamu tahu apa yang aku pikirkan?'

Wirianto Leng menarik napas dalam-dalam dan menekan keinginannya untuk memberi tahu Yuliana Jian semua yang telah terjadi di antara mereka, dia tersenyum dan berkata kepada Yuliana Jian: "Aku tidak tahu, tetapi tampaknya kamu tidak nyaman, seperti sedang mencoba memikirkan sesuatu, jadi aku membujukmu. Kenapa? Apakah kamu tidak memikirkan sesuatu?"

Yuliana Jian memegang dahinya, melirik Wirianto Leng, lalu menundukkan kepalanya, dan berkata dengan suara yang kecil: "Tidak....tidak ada.....aku tidak memikirkan apa-apa. Omong-omong, mari kita bertukar kamar secepat mungkin, aku sangat lelah hari ini, aku ingin beristirahat lebih awal."

Setelah Yuliana Jian selesai bicara, dia segera berbalik dan berlari, dia berlari sambil berteriak: "Aku akan mengemas barang-barangku terlebih dahulu, kamu juga harus mengemas barang-barangmu."

Setelah Yuliana Jian selesai bicara, dia segera memasuki kamarnya tanpa menoleh ke belakang. Wirianto Leng terus memandangi punggung Yuliana Jian, setelah melihat Yuliana Jian telah memasuki kamar, Wirianto Leng perlahan berbalik, dan kembali ke kamarnya sendiri.

Wirianto Leng sama sekali tidak membuka koper, ketika dia mendengar suara Yuliana Jian berlari sambil membawa kopernya, Wirianto Leng tersenyum dan berdiri: "Kalau begitu kamar ini adalah milikmu, malam ini aku akan memperbaiki pintu kamar itu. Kamu tidak perlu khawatir, jika kamu berada dalam bahaya, kamu masih bisa berteriak dengan keras, pada saat itu kita masih dapat bertukar kamar lagi."

Yuliana Jian segera tersipu malu, setelah mendengar ucapan Wirianto Leng, dia berbisik: "Seharusnya.....seharusnya tidak ada bahaya, jika ada bahaya lagi, lalu jika kamu menendang pintu lagi, aku tidak ingin bertukar kamar lagi, tidak ingin."

Wirianto Leng tersenyum sambil berkata: "Baik, aku mengetahuinya, semoga semuanya berjalan dengan baik, dan tidak ada bahaya."

Setelah Wirianto Leng selesai berbicara, dia berjalan keluar dari kamar dengan barang bawaannya. Yuliana Jian berdiri di dekat pintu, dia menjulurkan kepalanya dan menatap punggung Wirianto Leng, sampai dia melihat Wirianto Leng berjalan ke dalam kamar, Yuliana Jian menarik kepalanya, lalu mengerutkan kening dan bergumam pelan: "Kenapa ada perasaan yang aneh.....seperti....."

Dia seperti dimanjakan sebagai seekor binatang peliharaannya.

Yuliana Jian langsung tersipu ketika dia memikirkan hal ini, dia buru-buru menggosok wajahnya, menggelengkan kepalanya dan berkata: "Jangan berpikir sembarangan, jangan berlebihan, dia telah mempunyai istri dan anak. Aku juga mempunyai August, mereka adalah sepupu, kamu tidak boleh berpikir seperti ini!"

Tetapi setelah Yuliana Jian selesai berbicara, dia tertegun lagi ketika dia melihat selimut yang terbuka di atas ranjang. Yuliana Jian berjalan ke samping ranjang dan menatap sudut selimut yang telah dibuka, ada jejak-jejak seseorang yang pernah berbaring di atas sana. Ketika dia melihat sekeliling ruangan sebelumnya, selimut itu masih terbentang rapi di ranjang, kenapa itu berubah dalam sekejap? Wirianto Leng pasti pernah berbaring di atasnya.

Bahkan ketika pria itu tertawa, dia terlihat tidak berdaya. Bahkan jika dia bisa berbicara dengannya dengan lembut, sepertinya dia bukanlah orang yang lembut, melainkan orang yang dingin dan sombong. Orang-orang semacam itu dapat beristirahat, merasa lelah, dan hangat?

Ketika memikirkan hal ini, Yuliana Jian tidak bisa menahan dirinya untuk mengulurkan tangannya, dan meletakkannya di atas tempat Wirianto Leng berbaring. Walaupun suhunya sudah lama menghilang, tetapi itu jelas terasa sedikit hangat.

Yuliana Jian terkejut, dan berbisik: "Ternyata dia terasa sangat hangat."

Setelah Yuliana Jian selesai berbicara, wajahnya segera memerah, dia segera mengerutkan keningnya dan berkata dengan jijik: "Hei....aku tidak ingin berbaring di atas ranjang bekas pria lain, sangat tidak bersih, aku ingin mengganti selimut ini."

Setelah Yuliana Jian selesai berbicara, dia segera berjalan ke lemari, mengeluarkan selimut di lemari, dan mulai mengganti selimut yang berada di atas ranjang. Tetapi tubuh Yuliana Jian masih sangat lemah, hanya setengah dari selimut yang diganti, Yuliana Jian sudah terbaring di atas ranjang dengan lelah, dia mengambil napas panjang, menutup matanya dan berbisik: "Ini terlalu merepotkan, lebih baik aku beristirahat terlebih dahulu....."

Yuliana Jian bersandar di ranjang dan menutup matanya, dan perlahan tertidur. Semua tindakan Yuliana Jian berada di bawah pengawasan, dan Wirianto Leng memandang setiap gerakan Yuliana Jian dari ponselnya, dan sepertinya bisa melihat semua pikiran Yuliana Jian. Setelah Wirianto Leng melihat bahwa pada akhirnya Yuliana Jian tertidur di ranjang, Wirianto Leng baru mengulurkan tangannya dan dengan lembut membelai Yuliana Jian di layar ponsel, dia mengerutkan kening dan berkata dengan suara rendah: "Kapan kamu bisa menemukan dirimu sendiri?"

Kemudian Wirianto Leng dengan kuat memejamkan matanya, mematikan kamera pengawasnya, dan menghela napas dengan panjang.

Yuliana Jian tidur dengan sangat gelisah sepanjang malam, dan setelah dia membuka matanya, dia masih merasa sangat lelah. Yuliana Jian menggosok kepalanya yang sakit dan berbisik, "Lebih baik aku tidak perlu tidur, kenapa aku semakin merasa lelah setelah aku tidur?"

Yuliana Jian merasa bahwa dia telah tidur sangat nyenyak sepanjang malam, tampaknya ada banyak orang yang berbicara dengannya, dia menangis, tertawa dan mencoba melarikan diri dalam mimpinya, tetapi dia tidak ingat apa-apa setelah dia terbangun. Yuliana Jian menggosok pelipisnya, melihat sekeliling, dan berbisik, "Mungkinkah ada masalah dengan ruangan ini? Apakah aku ditindih oleh hantu?"

Lalu Yuliana Jian segera membungkus selimut, lalu memegangnya dengan erat dan melihat sekeliling dengan hati-hati. Semakin dilihat, Yuliana Jian semakin merasa sekelilingnya sangat menakutkan, dia mengerutkan kening dan berkata dengan suara rendah, "Apakah itu benar-benar terjadi di kenyataan?"

Yuliana Jian baru saja selesai bicara, dan mendengar ketukan di pintu. Yuliana Jian ketakutan dan berteriak: "Siapa?"

Ketukan di pintu berhenti sebentar, lalu terdengar suara Wirianto Leng dari luar pintu, Wirianto Leng berkata sambil tersenyum: "Ini aku, aku datang membawakan sarapan untukmu."

Yuliana Jian mengedipkan matanya, lalu memberanikan dirinya untuk berjalan ke pintu sambil memeluk selimut, dan membuka pintunya. Ketika melihat Wirianto Leng yang berdiri di depan pitnu, Yuliana Jian baru dapat bernapas dengan lega, dan berbisik: "Apakah...ini benar-benar kamu?"

Wirianto Leng tertawa: "Jika bukan aku, siapa lagi?"

"Aku kira......" Yuliana Jian cemberut, dan bergumam: "Aku kira adalah hantu."

Wirianto Leng menunjukkan ekspresi terkejut: "Hah? Apa? Hantu?"

Yuliana Jian mengangguk, lalu menggelengkan kepalanya dengan tergesa-gesa, dan berkata dengan gugup, "Kamu.....jangan salah paham, aku baru saja mengalami mimpi buruk tadi malam, setelah bangun tidur, kesadaranku tidak begitu jelas, aku bukan benar-benar mengatakan bahwa kamu adalah hantu...."

Setelah Yuliana Jian selesai bicara, dia kembali menundukkan kepalanya, dan berkata dengan suara yang kecil: "Sebenarnya maksudku bukan seperti itu...."

"Aku tahu." jawab Wirianto Leng sambil tersenyum.

Yuliana Jian segera mengangkat kepalanya dan menatap Wirianto Leng dengan terkejut: "Kamu tahu lagi?"

Yuliana Jian merasa bahwa Wirianto Leng ini benar-benar aneh, ucapannya terdengar sangat aneh, dan dia tahu? Wirianto Leng melirik Yuliana Jian, dan berkata sambil tersenyum: "Aku tahu kamu mengalami mimpi buruk, tapi tidak perlu khawatir, alasan terbesarnya mungkin karena ini adalah lingkungan baru bagimu. Kamu tunggu sebentar...."

Wirianto Leng berbicara sambil meletakkan piring makanan di atas meja, lalu mengeluarkan jimat keselamatan dari sakunya, lalu menyerahkannya kepada Yuliana Jian. Yuliana Jian mengerutkan keningnya: "Apa ini?"

Wirianto Leng tersenyum dan berkata: "Jimat keselamatan, aku yang memohonnya."

Yuliana Jian merasa aneh: "Kamu tidak mungkin membawa ini kemana saja, bukan? Atau kamu sudah menyiapkannya dari awal?"

"Sebenarnya di bawah namaku ada bisnis yang berspesialisasi dalam feng shui, dan ini adalah produk kami." jawab Wirianto Leng sambil tersenyum.

Yuliana Jian menatapnya dengan curiga: "Benarkah?"

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian sambil tersenyum, dan tidak menjawab. Jimat keselamatan sebenarnya dimohon oleh Wirianto Leng ketika Yuliana Jian diculik oleh August Leng. Pada masa itu Wirianto Leng mempercayai semuanya, selain orang, dia juga percaya pada hantu dan dewa, kemana pun dia pergi, dia selalu akan berdoa untuk keselamatan Yuliana Jian. Wirianto Leng juga tahu pada waktu itu mengapa takhayul yang tampaknya aneh ini dapat diturunkan dari generasi ke generasi, itu karena setiap hari ada orang yang putus asa meminta sedikit kenyamanan dan harapan dari dewa dan Buddha.

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu