Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 359 Saling bergantung

Mendengar suara batuk Yuliana Jian, Wirianto Leng langsung mengerutkan kening, berbalik dan menuangkan secangkir air panas untuk Yuliana Jian, kemudian mengambil obat pilek lalu memberikannya kepada Yuliana Jian.: "Kamu pasti kena pilek. Minumlah obatnya dulu."

Yuliana Jian mendenguskan hidungnya dan memandang ke arah Wirianto, mengerutkan kening, dan berkata dengan suara parau, "Kamu adalah seorang tabib China tua? Bagaimana bisa tahu kalau aku sedang pilek?"

Wirianto Leng melirik Yuliana Jian: "Orang lain aku tidak bisa melihat dengan jelas. Jika kamu, masa’ aku tidak bisa melihat dengan jelas, kalau begitu aku ini sebagai suami bukankah sedikit melalaikan tugas? Ayo, makan dulu obat……"

Yuliana Jian mendengus pelan ke Wirianto Leng, tetapi ia tetap mengambil obat itu dan menelannya. Wirianto Leng menyaksikan Yuliana Jian minum obat, mengulurkan tangannya untuk memeriksa suhu di dahi Yuliana Jian, mengerutkan kening: "Memang agak panas, kalau tahu begitu aku seharusnya tidak ... "

“Seharusnya tidak mengatur untuk datang main ke tempat yang dingin ini, bukan?” Yuliana Jian berkata sambil tersenyum.

Wirianto Leng melirik Yuliana Jian, dan tertawa tak berdaya: "Kamu masih punya niat untuk membuat lelucon."

Yuliana Jian mengangkat bahu dan tersenyum berkata, "Apa yang tidak terpikirkan tentang ini? Ini hanya pilek. Siapa yang tidak pernah terkena pilek seumur hidup? Terkena pilek sebentar juga sembuh. Dibandingkan dengan pilek, aku sebenarnya lebih peduli tentang apakah kamu bisa berhasil memanggang kentang, jika tidak dipanggang dengan baik, itu benar-benar akan mempengaruhi suasana hati aku. "

Wirianto Leng mendengar apa yang dikatakan Yuliana Jian, tersenyum dan menggelengkan kepalanya, dan berkata tanpa daya: "Kamu ini benar-benar ..."

“Tidak realistis bukan?” Yuliana Jian menyipitkan matanya dan berkata sambil tersenyum, “Jadi, apakah kamu tahu bahwa ketika Melly kadang-kadang sangat menjengkelkan itu mirip siapa? Mirip aku.”

Setelah mengatakan ini, Yuliana Jian masih bisa menunjuk dirinya dengan bangga. Wirianto Leng melihat ekspresi bangga Yuliana Jian, tidak bisa menahan senyum dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh kepala Yuliana Jian sambil tersenyum dan berkata, "He ... Sungguh imut..."

Yuliana Jian mendongak dan tersenyum berkata, "Kalau begitu karena aku telah bekerja keras untuk menjadi imut, bukankah kamu harus memberi aku sedikit hadiah?"

Wirianto Leng tersenyum dan mengangguk: "Oke, aku tahu, aku akan memberi kamu kentang yang kamu ingin makan."

Yuliana Jian tersenyum dan berkata, "Kalau begitu aku membuat kopi di rumah, dan ketika kamu kembali, sudah bisa minum kopi yang enak."

Wirianto Leng mendengar apa yang dikatakan Yuliana Jian, menyipitkan matanya sedikit, memandang Yuliana Jian, dan bertanya dengan curiga: "Aku tahu kamu bisa membuat kopi, tapi yakin itu enak diminum? "

Yuliana Jian tersenyum dan menatap Wirianto Leng: "Oh, rasanya enak atau tidak, bukankah itu tergantung hubungan kita? Jika hubungan kita cukup dalam, kamu akan merasakan enak diminum."

Wirianto Leng menyipitkan matanya, menggelengkan kepalanya, dan tersenyum dan berkata, " Mendengar kamu mengatakan ini, sepertinya akan terjadi sesuatu yang tidak enak."

Yuliana Jian tengkurap di atas meja dan tertawa: "Kamu percaya aku bisa tidak? Kamu cepatlah pergi, jangan khawatir, aku tidak akan bercanda di hari yang dingin ini, aku akan melakukannya dengan serius. "

Wirianto Leng mendengarkan Yuliana Jian, sedikit mengangkat sudut bibirnya, tersenyum dan mengangguk: "Baiklah, kalau begitu aku percaya pada kamu sekali ini. Aku keluar dulu, kamu sebaiknya berbaringlah di tempat tidur dan istirahat sebentar, jangan sampai kedinginan lagi. "

Yuliana Jian mengendus, mengangguk, dan menyaksikan Wirianto Leng berjalan keluar dari rumah kayu. Yuliana Jian segera berlari ke jendela, berbaring di tempat tidur dan tersenyum dan menyaksikan Wirianto Leng memanggang kentang. Yuliana Jian sebenarnya suka menonton Wirianto Leng melakukan hal-hal yang tidak sejalan dengan temperamennya. Melihat Wirianto Leng dengan wajah dinginnya perlahan-lahan menambahkan kayu bakar, Yuliana Jian tidak bisa menahan tawa.

Yuliana Jian tersenyum, mengangkat tangannya dan menyodok bayangan Wirianto Leng di kaca, tersenyum dan berkata, "Jika kamu tidak kenal aku, apa yang bisa kamu lakukan?"

Ketika Yuliana Jian mengatakan ini, dia berhenti sebnetar dan berkata pada dirinya sendiri sambil tersenyum: "Jika tidak bertemu kamu, apa yang harus aku lakukan?"

Yuliana Jian dan Wirianto Leng bersama-sama, Yuliana Jian telah banyak menderita, kadang-kadang bahkan jika Yuliana Jian memikirkannya lagi, akan menjadi takut sendiri dikarenakan pengalaman yang sudah dilewatinya, benarkah itu adalah hal yang dia alami? Kenapa rasanya seperti mimpi buruk, bagaimana seseorang bisa mengalami begitu banyak penderitaan, tapi masih hidup?

Kadang-kadang dia bahkan diam-diam bertanya-tanya apakah hidupnya akan lebih mudah jika dia tidak mengenal Wirianto Leng. Tetapi setiap kali dia berpikir seperti ini, Yuliana Jian tidak tahu bagaimana hidupnya tanpa Wirianto Leng. Yuliana Jian bagaimana dirinya ketika dia tidak memiliki Wirianto Leng dalam hidupnya, juga tidak pernah berpikir akan ada pria lain yang akan mentolerir segala sesuatu tentang dia seperti Wirianto Leng, begitu memanjakannya. .

Seperti mempunyai telepati, Wirianto Leng, yang sedang menambahkan kayu bakar di luar rumah, tiba-tiba mengangkat kepalanya dan melihat ke jendela. Mata Yuliana Jian dan Wirianto Leng tiba-tiba bertemu. Yuliana Jian segera tersenyum dan melambai ke Wirianto Leng, berteriak: "Kamu tidak serius lagi, kamu harus serius memanggang kentang."

Wirianto Leng tersenyum dan menggelengkan kepalanya, menoleh untuk melihat kayu kering di tangannya, tetapi hanya mengalihkan pandangannya sejenak, lalu segera memutar kepalanya dan menatap Yuliana Jian sambil tersenyum. Yuliana Jian berbaring di sebelah kisi-kisi jendela di kamar, tersenyum pada Wirianto Leng melalui kaca, dan melambaikan tangan. Dalam suasana yang begitu manis waktu berlalu sangat cepat. Ketika Wirianto Leng masuk ke rumah dengan kentang panggang, kopi Yuliana Jian bahkan belum sempat membuatnya.

Wirianto Leng melirik Yuliana Jian yang sedang kalang kabut di dapur, dan berkata sambil tersenyum: "Sepertinya kamu hanya memperhatikan apakah aku serius bekerja, tapi tidak melakukan hal sendiri dengan serius."

Yuliana Jian mengerutkan kening dan bergumam, "Yah, aku hanya peduli melihat kamu karena kamu sangat ganteng."

"Uhuk uhuk ..." Wirianto Leng tidak tahan lalu batuk dua kali, wajahnya memerah, mengatupkan mulut menahan senyum, mengangkat tangannya untuk menggosok kepala Yuliana Jian, dan berkata tanpa daya : "Kalau begitu, kamu ini karena tidak melakukan perbuatan baik, jadi ingin menggunakan kata-kata yang enak didengar sebagai kompensasi?"

Yuliana Jian mengerutkan kening, mengangguk perlahan, lalu menatap Wirianto Leng dan mengerutkan kening dan bertanya, "Kenapa? Tidak bisakah?"

Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Ya, tentu saja bisa. Ayo, kamu pegang dulu kentangnya, dan aku akan membuat kopi."

Yuliana Jian tersenyum dan mengambil kentang, dan segera berlari ke meja makan. Meskipun aluminium foil belum dibuka, Yuliana Jian sudah bisa mencium aroma kentang panggang yang kental. Yuliana Jian sudah tidak bisa menahan air liurnya, dia pikir seharusnya dia menjadi petani kecil, jika tidak, bagaimana dia bisa makan begitu banyak hidangan mewah enak, tapi masih mudah tergoda oleh makanan yang begitu bersahaja dan sederhana. Yuliana Jian meletakkan kentang panggang di atas meja, tidak tahan lalu mengambil satu kentang.

Kentang panggang yang selesai di panggang agak panas, Yuliana Jian baru saja mengambil kentang, sudah tidak tahan karena panasnya, dia pun segera meletakkan kentangnya. Yuliana Jian buru-buru meniup jarinya yang terkena panas, sambil menatap Wirianto Leng yang sedang membuat kopi dengan punggung menghadap ke arahnya. Yuliana Jian diam-diam mengulurkan tangan ke kentang lagi, kali ini Yuliana Jian tidak lagi buru-buru, dengan hati-hati dan perlahan-lahan membuka aluminium foil yang membungkus kentang. Aroma kentang langsung memenuhi seisi rumah.

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu