Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 380 Kekasih misterius

Yuliana Jian menahan tawanya, dia mengangkat tangannya dan memeluk leher Wirianto Leng, lalu dia bertanya sambil tersenyum, "Kamu lupa apa yang baru saja kamu katakan? Lebih memilih ada desas-desus, daripada membiarkan orang lain cemburu dengan kebahagiaan kita dan mengharapkan hal yang buruk terjadi di antara kita. "

Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir, desas-desus itu tidak akan berkurang."

Yuliana Jian masih mengangkat tangannya untuk menghentikan Wirianto Leng mendekatinya, lalu dia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum: "Tidak boleh, aku tidak terbiasa seperti ini. Aku bisa merasa malu, lupakan saja. Sebentar lagi, aku akan pergi meninggalkan kantormu. Kalau terlalu keterlaluan aku akan merasa malu. "

Melihat Yuliana Jian tidak ingin melanjutkan, Wirianto Leng mengecup bibir Yuliana Jian lalu berkata dengan lembut, “Baiklah, aku juga bukan orang yang terbuka yang bisa melakukannya di mana saja. Nanti malam setelah kita pulang... "

"Bohong, jelas-jelas kamu ingin melakukannya di sini ..." Yuliana Jian menyipitkan matanya menatap Wirianto Leng lalu dia berkata sambil tersenyum: "Tapi aku masih merasa tidak bisa melepaskannya. Nanti saat pulang kerumah, kita ke ruang kerja ... disana hampir sama, mari kita lakukan selangkah demi selangkah ... aku juga bukan orang kolot, dan aku masih bisa mengabulkan permintaan kecilmu. "

Wirianto Leng tersenyum dan mencium bibir Yuliana Jian dengan lembut: "Baik sekali?"

Yuliana Jian mengangguk lalu sambil tersenyum dia berkata, "Kamu memblokir begitu banyak desas-desus untukku, setidaknya aku harus melakukan sedikit hal untukmu. Ada apa? Kamu merasa sangat terharu?"

"Hmm... sangat terharu ..." Wirianto Leng tersenyum dan mencium bibir Yuliana Jian dengan lembut, lalu dia berkata sambil tersenyum, "Sangat terharu."

Yuliana Jian menyipitkan matanya, lalu dia tersenyum dan menatap Wirianto Leng sambil menggelengkan kepalanya: "Seolah-olah aku telah melakukan sesuatu, yang membuatmu merasa terharu. Sudah, aku tidak akan mengganggumu bekerja lagi. Kembalilah bekerja, aku pulang dulu, setelah kamu pulang, kita lanjutkan lagi ... "

Selesai berbicara, Yuliana Jian tersenyum dan mengedipkan mata kepada Wirianto Leng. Wirianto Leng menarik Yuliana Jian ke dalam pelukannya lalu dia berkata sambil tersenyum: "Jangan pergi, temani aku bekerja di sini, lalu kita pulang bersama."

Yuliana Jian melirik jam di dinding, lalu dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya: "Sekarang masih jauh dari jam pulang kerja. Kalau aku menunggumu di sini, apakah kamu bisa bekerja dengan tenang? Aku akan menunggumu di rumah dan menyuruh koki memasak beberapa hidangan favoritmu, bagaimana? "

Wirianto Leng mengangguk dan mencium dahi Yuliana Jian: "Baik, tunggu aku pulang."

Yuliana Jian tersenyum dan mengangguk, setelah itu dia mencium Wirianto Leng lagi lalu berbalik untuk merapikan pakaiannya. Setelah itu dia berjalan keluar dari kantor Wirianto Leng. Begitu dia berjalan keluar dari kantor Wirianto Leng, Yuliana Jian bisa merasakan tatapan-tatapan mata yang terus menatapnya. Yuliana Jian tersenyum dan menggelengkan kepalanya lalu dia menegakkan tubuhnya. Dia keluar dari perusahaan Wirianto Leng dibawah tatapan-tatapan mata itu.

Setibanya di rumah, Yuliana Jian segera memerintahkan dapur untuk memasak makanan favorit Wirianto Leng. Meskipun Wirianto Leng tidak pernah mengatakan apa makanan favoritnya, tapi Yuliana Jian sudah lama hidup bersama Wirianto Leng, jadi dia tahu makanan favorit Wirianto Leng. Dua orang yang sudah lama bersama, tanpa perlu pasangannya memberi tahu apa makanan favoritnya, dia juga bisa tahu.

Terkadang di TV Yuliana Jian menonton acara TV yang membahas bagaimana menangani hubungan suami-istri, dan melihat pasangan yang berdebat seperti orang asing. Terkadang Yuliana Jian tidak terlalu mengerti, jelas-jelas hanya masalah kecil. Asalkan ada pasangannya di hatinya, dan sedikit perhatian terhadap pasangannya, mana mungkin ada pertengkaran seperti itu?

Setelah makanan jadi dan setelah Melly Jian dan Melvin Jian pulang sekolah, Wirianto Leng masih belum pulang. Melihat sudah lewat jam pulang Wirianto Leng biasanya, Yuliana Jian mengerutkan kening dan ingin menelepon Wirianto Leng. Tetapi dia khawatir Wirianto Leng sedang sibuk bekerja, dan kalau dia teleponnya akan mengganggu Wirianto Leng.

Saat Yuliana Jian sedang mengerutkan kening dan sedang bimbang harus berbuat apa, ponsel Yuliana Jian tiba-tiba berdering. Yuliana Jian menjawab panggilan telepon itu dan mendengar suara Wirianto Leng dari balik telepon. Suaranya terdengar tidak sabar dan dingin: "Ada masalah di perusahaan, aku harus dinas selama beberapa hari, jadi hari ini aku tidak pulang. "

"Oh ... kalau begitu kamu ..." belum selesai berbicara, Yuliana Jian mendengar Wirianto Leng sudah menutup telepon.

Yuliana Jian menunduk dan mengerutkan kening menatap ponsel di tangannya, sudut bibirnya mengerut, dan dia meremas ponsel di tangannya. Sejak Yuliana Jian dan Wirianto Leng resmi bersama, Wirianto Leng tidak pernah langsung menutup teleponnya seperti ini, Yuliana Jian merasa ada yang tidak beres.

“Ibu ... hari ini ayah pulang?” Melihat Yuliana Jian yang sedang melamun, Melly Jian langsung menggelengkan kepalanya dan bertanya sambil tersenyum.

Yuliana Jian yang baru sadar dari lamunannya mengangguk, dan berkata kepada Melly Jian sambil tersenyum, "Iya, Ayah tidak pulang, jadi semua makanan ini untuk kita bertiga. Bagaimana? Apakah kamu senang? "

Melly Jian langsung melompat, dan berkata sambil tersenyum, "Senang, senang..."

Dibandingkan dengan Melly Jian yang cuek, Melvin Jian mengerutkan kening dan menatap Yuliana Jian dengan hati-hati. Yuliana Jian merasa tidak percaya diri karena dilihati oleh Melvin Jian, dia merasa semua kekhawatiran di hatinya terlihat di mata Melvin Jian. Yuliana Jian segera menoleh, setelah tertawa dua kali, dia tersenyum dan berkata, "Melvin jangan berdiri saja, cepat pergi makan."

Melvin Jian mengalihkan pandangan matanya lalu berjalan ke meja makan. Yuliana Jian menghela nafas lalu menoleh untuk melihat pintu villa, sambil mengernyitkan dahi, dia juga berjalan ke meja makan.

Selesai makan malam, Yuliana Jian mengambil ponselnya lalu kembali ke kamarnya, dia menelepon Wirianto Leng tetapi asisten Wirianto Leng yang mengangkat telepon dan menjawabnya dengan singkat, Wirianto Leng sedang sibuk rapat. Setelah Yuliana Jian mengiyakan, dia langsung menutup telepon, dan mengerutkan keningnya.

Beberapa tahun ini Wirianto Leng telah banyak mengurangi beban pekerjaannya. Sangat jarang dia sesibuk ini. Apakah telah terjadi sesuatu atau Yuliana Jian yang sedang berpikir yang bukan-bukan, Yuliana Jian juga tidak tahu.

"Aku bahkan mengatakan akan melanjutkannya di rumah..." Yuliana Jian berbaring sendirian di atas tempat tidur sambil mengerutkan keningnya: "Sekarang aku bahkan tidak tahu apa yang sedang terjadi dengannya, dan aku juga tidak tahu apakah telah terjadi sesuatu."

Selesai berbicara Yuliana Jian menjulurkan tangan menyentuh ponselnya, tapi Yuliana Jian tidak menelepon Wirianto lagi karena Yuliana Jian khawatir Wirianto Leng benar-benar sedang sibuk bekerja, dan Yuliana Jian tidak ingin mengganggu Wirianto Leng. Yuliana Jian akhirnya menghela nafas panjang, dia memejamkan matanya, lalu bergolek-golek sebentar, dan akhirnya dia tertidur.

Keesokan harinya saat pergi bekerja di toko kudapan manis, Yuliana Jian juga sedikit tidak bersemangat. Di sore hari, Yuliana Jian tidak mood bekerja lagi, setelah beres-beras dan bersiap untuk pulang, dia melihat Peggy He berjalan masuk ke dalam tokonya.

Peggy He terlihat cemas, dan dia berjalan masuk dengan terburu-buru, seakan terjadi sesuatu yang gawat. Yuliana Jian langsung meraih tangan Peggy lalu bertanya sambil tersenyum, "Ada apa? Kendatipun kamu datang kesini untuk merayakan pembukaan toko kudapan manisku, kamu juga tidak perlu tergesa-gesa seperti ini?"

Peggy He mengerutkan kening menatap Yuliana Jian, lalu dia menggelengkan kepalanya: "Kamu masih punya mood untuk bercanda. Terjadi masalah sebesar ini, kenapa kamu tidak memberitahuku?"

"Terjadi, terjadi masalah apa?" Yuliana Jian mengerutkan kening.

Peggy He menarih tangan Yuliana Jian lalu melirik ke dalam toko, setelah itu dia berkata sambil mengerutkan keningnya, "Ayo, kita bicara di tempat lain, ada banyak orang di sini, entah siapa yang berhati busuk."

"Ada apa? Apakah disini ada orang berhati busuk?" Melihat Peggy terlihat sangat misterius, Yuliana Jian tidak bisa menahan tawanya.

"Kamu masih tertawa? Aku benar-benar ingin menanyakan sesuatu yang serius kepadamu." Peggy He mengenggam erat pergelangan tangan Yuliana Jian lalu dia berkata dengan serius: "Ayo pergi, kita bicara di tempat lain, ada yang ingin aku tanyakan kepadamu. "

Melihat ekspresi wajah Peggy He, Yuliana Jian tahu benar-benar ada yang ingin Peggy He katakan kepadanya. Yuliana Jian mengangguk, lalu dia berkata sambil tersenyum, "Baik, kita bicara di tempat lain."

Yuliana Jian dan Peggy He pergi ke cafe, cafe ini juga milik Wirianto Leng, jadi lebih aman. Peggy He melihat kafe ini lalu dia berkata sambil mengerutkan keningnya: "Aih, punya Wirianto Leng lagi. Kalau Wirianto Leng tidak menginginkanmu lagi, bagaimana? "

Yuliana Jian tersenyum dan berkata: "Tidak bisa apa-apa, sekarang keselamatanku yang paling penting."

Selesai berbicara, Yuliana Jian mengerutkan kening menatap Peggy He lalu dia bertanya dengan suara rendah, "Apa maksud kata-katamu barusan? Apa maksudmu Wirianto Leng tidak menginginkanku lagi?"

“Sudahlah, disini saja, kita bicara di ruangan VIP.” selesai berbicara Peggy He menarik tangan Yuliana Jian dan berjalan ke dalam ruangan VIP.

Melihat ekspresi wajah Peggy He, Yuliana Jian semakin merasa aneh. Ditambah sikap Wirianto Leng kemarin sangat aneh, Yuliana Jian samar-samar merasa telah terjadi sesuatu yang buruk. Jadi begitu mereka tiba di ruangan VIP, Yuliana Jian langsung bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu semisterius ini?"

“Kamu masih bertanya kepadaku apa yang telah terjadi, kamu bahkan tidak memberitahuku apa yang telah terjadi.” Peggy berkata sambil mengerutkan keningnya: “Dulu kamu menyembunyikan semuanya dariku aku tidak akan mengungkitnya lagi, sekarang ada masalah antara kamu dan Wirianto Leng kamu juga tidak beri tahuku. Meskipun Wirianto Leng sangat berkuasa, tapi aku juga tidak mudah dihadapi. Kendatipun aku tidak bisa mengalahkannya, aku bisa memberikan pendapat kepadamu, setidaknya jauh lebih baik daripada kamu menanggungnya sendiri. Sudah sangat lama, kan? Kenapa kamu melahirkan banyak anak, dua anak kembar tidak cukup, kamu masih melahirkan satu bayi lagi, sekarang kamu harus bagaimana? "

Yuliana Jian semakin bingung mendengar kata-katanya, dia tidak tahu apa yang sedang terjadi belakangan ini, kenapa selalu ada orang yang tiba-tiba datang memberitahukan sesuatu yang sama sekali tidak dia mengerti? Yuliana Jian mengerutkan kening lalu bertanya dengan lembut, "Ada apa? Katakan dengan jelas? Sekarang aku kebingungan mendengar kata-katamu."

"Kamu berpura-pura bingung, karena tidak ingin aku khawatir, kan? Kamu merasa meskipun aku mengerahkan semuanya aku tidak akan bisa mengalahkan Wirianto Leng , kan?" Peggy He terus berbicara tidak jelas.

Yuliana Jian menggelengkan kepalanya, "Bukan seperti yang kamu katakan. Aku benar-benar tidak mengerti. Ada apa sebenarnya? Kenapa tiba-tiba seperti ini, aku sangat bingung."

“Kamu benar-benar tidak tahu?” Peggy He memiringkan kepalanya menatap Yuliana Jian: “Ada desas-desus yang mengatakan kemarin kamu pergi ke perusahaan Wirianto Leng untuk mencari simpanan yang Wirianto Leng sembunyikan, apakah ini tidak benar? "

Yuliana Jian mengangkat tangannya untuk menopang dahinya, lalu dia menggelengkan kepalanya: "Desas-desus yang tidak masuk akal lagi, benar-benar tidak ada orang yang mengharapkan hal baik terjadi kepadaku. Desas-desus apa ini, semakin lama semakin tidak masuk akal ... ... Bukankah desas-desus sebelumnya mengatakan aku dipaksa menikah dengan Wirianto Leng karena anak? Kenapa sekarang muncul wanita simpanan? Kamu percaya dengan desas-desus yang tidak masuk akal ini? "

"Ini tidak benar? Ini rekayasa orang-orang?" Peggy He mengerutkan kening menatap Yuliana Jian dengan tidak percaya.

Yuliana Jian mengangguk, "Tentu saja, kemarin aku memang pergi menemui Wirianto ."

Peggy He mengerutkan keningnya: "Sebelumnya kamu tidak pernah mengatakan ingin pergi ke perusahaannya, kenapa kemarin kamu ingin pergi kesana?"

Yuliana Jian tersenyum dengan tidak berdaya: "Bukankah karena desas-desus yang tidak baik itu, aku dengar ada yang mengatakan aku bersama Wirianto Leng karena aku dipaksa olehnya. Jadi sesaat aku merasa jengkel dan aku pergi ke perusahaannya, tetapi aku tidak menyangka hal itu akan menimbulkan desas-desus baru. Ternyata ucapan Wirianto benar. Tidak peduli bagaimana pun orang-orang akan menyebarkan desas-desus yang tidak masuk akal. Seharusnya aku tidak menganggapnya serius. "

Peggy He mengangguk sambil menghela nafas lega: "Sungguh mengagetkanku, aku pikir itu benar. aku tidak menyangka ini hanya desas-desus."

"Oh ya, kamu pernah mendengar semua desas-desus sebelumnya kan? Kenapa kamu tidak pernah memberi tahuku?" Yuliana Jian sedikit mengerutkan kening, lalu dia menatap Peggy He sambil mengeluh.

Peggy He tersenyum dan berkata: "Karena desas-desus yang sebelumnya terlalu tidak masuk akal, jadi aku tidak memberi tahumu. Tetapi desas-desus ini kedengarnnya masuk akal, katanya Nyonya Leng, yang tidak pernah terlihat, pergi memeriksa perusahaan karena dia tahu Wirianto Leng, CEO Leng menyembunyikan wanita simpanan di perusahaan, mereka juga mengatakan saat pergi meninggalkan perusahaan raut wajahmu terlihat sangat tidak senang, dan katanya kamu pergi karena bertengkar dengan CEO Leng. "

Yuliana Jian langsung tertawa, sambil menggelengkan kepalanya dia berkata: "Mulut orang benar-benar tidak bisa dicegah. Sepertinya apa pun yang kamu lakukan, orang-orang akan membuat komentar yang bukan-bukan, dan semakin lama semakin tidak masuk akal."

Peggy He mengangguk dan berkata sambil tersenyum, "Benar, desas-desus ini benar-benar membuatku kaget. Kalau terjadi masalah dengan pasangan panutan yang telah mengalami banyak hal seperti kalian, aku benar-benar tidak percaya kepada cinta lagi. Sia- sia saja kemarin aku melihat Wirianto Leng dan seorang wanita masuk ke dalam hotel, aku bahkan sengaja memperhatikan mereka. aku pikir wanita itu adalah wanita simpanan Wirianto Leng. Kalau tidak mana mungkin hari ini aku bergegas mencarimu? "

Mendengar ucapan Peggy He, Yuliana Jian terdiam selama beberapa saat, setelah itu dia tersenyum dan bertanya, "Kemarin kamu melihat Wirianto? Di mana?"

Peggy He menyesap kopinya sambil tersenyum: "Di mana lagi? Tentu saja di hotel terbaik di kota kita ini. Kebetulan aku sedang mengatur tempat istirahat untuk klien, aku lihat dia dan seorang wanita membawa sekelompok orang. Bukankah kamu tahu seperti apa tampangnya? Kendatipun aku tidak ingin melihatnya juga sulit, tapi sepertinya dia tidak melihatku dan dia berjalan dengan cepat. Tadinya aku tidak mempercayai desas-desus itu, tetapi saat aku melihat dia memasuki hotel dengan seorang wanita, aku sedikit curiga, Meskipun ada sekelompok orang, tapi Wirianto Leng sama sekali bukan orang yang takut melakukan hal seperti itu, bisa jadi sekelompok orang itu yang mengaturnya? Oh ya, ada apa? Yuliana, kenapa raut wajahmu terlihat sangat buruk? "

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu