Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 154 Tenang dalam Menghadapi Masalah
Setelah Melly Jian diantar pulang Odelia Ye, baru masuk, Melly Jian langsung berlari ke depan Yuliana Jian, mengangkat bunga liar kecil warna biru di tangannya dan berkata sambil tersenyum: “Ibu……Ibu……ini bunga kecil dari Melly untuk Ibu……tadi sudah berikan pada seorang Paman, terpikir Ibu masih belum punya, jadi Melly bawakan untuk Ibu.”
Yuliana Jian mengambil bunga kecil yang diberikan Melly Jian, mengangguk sambil tersenyum dan berkata dengan suara pelan: “Terima kasih Melly, sungguh bunga yang cantik. Tapi lain kali jangan sembarangan petik bunga lagi, Ibu bukannya pernah beritahu Melly? Bunga kecil juga bisa sakit.”
Melly Jian langsung mengangguk, mengulurkan sebuah jari tangan dan berkata dengan suara kecil: “Satu kali saja, biarkan bunga ini sakit satu kali saja……oh, bukan, tapi……tapi sakit dua kali, lalu Melly pasti tidak akan membuat bunga kecil sakit lagi……”
Mendengar perkataan Melly Jian, Yuliana Jian mendongak sambil tersenyum dan melihat Odelia Ye, lalu mengangguk. Odelia Ye melihat Yuliana Jian dan Melly Jian dengan mengerutkan dahi, dia menghela nafas dengan pelan dan keluar dari rumah. Melly Jian melambaikan tangan pada Odelia Ye dan berteriak dengan kencang: “Sampai jumpa Ibu Odel, besok ajak Melly main lagi ya.”
Mendengar perkataan Melly Jian, Odelia Ye berhenti sebentar dan menjawab dengan suara pelan: “Iya……sampai jumpa Melly……”
Setelah pintu tertutup, Odelia Ye menghela nafas panjang dan memejamkan mata dengan kuat, baru berjalan keluar dari gedung tempat tinggal Yuliana Jian dan Melly Jian.
Yuliana Jian menunduk, melihat Melly Jian dan bertanya sambil tersenyum: “Hari ini Melly senang tidak mainnya?”
Melly Jian mengangguk dan berkata sambil tersenyum: “Senang.”
Lalu Melly Jian menggeleng-geleng kepala dan berkata dengan memonyongkan bibir: “Sebenarnya juga tidak terlalu senang, lebih baik lagi kalau Ibu bisa bersama denganku.”
“Oh iya……” Tiba-tiba Melly Jian terpikir dan berkata dengan senang: “Ibu, hari ini aku bertemu seorang Paman yang sangat tampan, Ibu mau berpacaran dengan dia tidak? Dia sangat kasihan, sudah sakit, tapi tidak ada yang rawat. Kalau Ibu berpacaran dengan dia, dia juga akan sangat bahagia.”
Yuliana Jian tidak tahan dan tertawa: “Melly mau punya Ayah?”
Melly Jian langsung melambai-lambaikan tangan dan berkata dengan sungguh-sungguh: “Melly tidak mau Ayah, Melly punya Ibu sudah cukup. Hanyalah Paman itu kasihan sekali. Melly pikir, Ibu bisa bantu dia, dia juga bisa menjaga Ibu, sekalian……”
“Sekalian……” Melly Jian mengecilkan suara dan berkata: “Sekalian biar Melly punya seorang Ayah.”
Yuliana Jian mengelus kepala Melly Jian dan berkata sambil tersenyum: “Oke, baiklah, kalau orang itu membuat Melly merasa dia bisa menjadi ayahnya Melly, Ibu bersedia pergi bertemu dengannya. Kalau Ibu suka dia, mungkin benaran bisa berpacaran, biar dia bisa menjadi ayah Melly dengan resmi.”
“Benaran?” Melly Jian menutup mulut, melotot dan berkata dengan terkejut: “Ibu, ibu yang lain tidak menuruti perkataan anak kecil semua, kamu kenapa begitu menuruti perkataan Melly?”
“Karena mencarikan Ayah untuk Melly, pendapat Melly sangat penting, kalau adalah orang yang Melly suka, tentu saja Ibu akan pertimbangkan.” kata Yuliana Jian sambil tersenyum.
Melly Jian berkata dengan gembira: “Ibu, Ibu, Paman ini sungguh sangat baik, dia setinggi……itu……”
Melly Jian berjinjit dan mengangkat tangan, mencoba menunjukkan tinggi badan pria itu, tapi dia mendapati dirinya masih terlalu pendek. Melly Jian langsung membuka sepatu, naik ke atas kursi dan melompat ke atas meja, dia berjinjit, mengangkat tangan dengan tinggi dan berkata: “Lebih tinggi dari tangan Melly.”
Yuliana Jian menjaga keamanan Melly Jian dengan dua tangan dan berkata sambil tersenyum: “Kelihatannya sungguh adalah seorang pria tinggi ya……”
Melly Jian mengangguk dan berkata dengan sungguh-sungguh: “Lebih tinggi dari semua Ayah yang pernah Melly temui, suara bicara dia juga bagus, suaranya lebih bagus dari semua Ayah yang pernah Melly temui. Tapi dia juga punya anak, tapi Melly sudah bilang tidak akan berebut dengan anaknya.”
Yuliana Jian mendengar Melly Jian bilang pria itu juga sudah punya anak, dia langsung menebak orang itu pasti sudah menikah. Tapi Yuliana Jian masih mengangguk sambil tersenyum dan berkata: “Kelihatannya Melly benaran sangat suka dia ya, tapi lain kali kalau bertemu orang seperti ini, walaupun Melly sangat suka, kamu tidak boleh mengobrol berdua saja, kamu harus panggil Ibu, biarkan Ibu mengobrol dengan dia. Kalau Ibu tidak ada di sisi kamu, kamu harus cari Paman polisi untuk menemani kamu. Bagaimana kalau dia adalah orang jahat? Kalau membawa Melly pergi bagaimana dong? Sudah mengerti belum?”
“Iya, Melly sudah mengerti.” Setelah menjawab dengan suara kecil, dia berkata lagi dengan suara kecil sambil tersenyum: “Tapi paman itu benaran sangat baik……”
Yuliana Jian berkata sambil tersenyum: “Ibu sudah tahu.”
Setelahnya Melly Jian sungguh menganggap hal ini sebagai hal besar, hari kedua dia langsung menarik tangan Yuliana Jian dan pergi ke sudut taman kemarin dia bertemu dengan Wirianto Leng. Melly Jian menunjuk tempat ini dan berkata sambil tersenyum: “Di sini, Melly melihat Paman……Paman itu di sini……”
Setelah berkata, Melly balik badan dan membuka belukar, lalu memanggil dengan suara pelan: “Paman……aku sudah bawa Ibu datang……”
Melihat Melly Jian seperti ini, Yuliana Jian tidak tahan dan tertawa. Walaupun kadang-kadang pikiran Melly Jian terlihat sedikit tumbuh dewasa lebih awal, tapi kadang-kadang masih ada sikap kekanak-kanakan anak kecil. Yuliana Jian berkata sambil tersenyum: “Kemungkinan Paman tidak akan datang hari ini……Melly tidak melakukan janji dengannya ya……”
Melihat Melly Jian memonyongkan bibir dan mengangguk. Yuliana Jian lanjut bertanya sambil tersenyum: “Melly belum punya nomor telepon atau alamat tempat tinggal dia ya?”
Melly Jian menunduk dan berkata dengan suara kecil tersedu-sedu: “Dia sudah tidak……tidak bisa menjadi ayahnya Melly ya?”
Yuliana Jian berjongkok di samping Melly Jian, mengusap air mata Melly Jian dan berkata dengan suara pelan: “Melly, kalau lain kali bertemu orang yang penting, pasti harus minta informasi kontaknya, namanya, dan nomor teleponnya. Kalau terlewatkan, benaran tidak bisa ketemu lagi.”
“Mungkin……mungkin belum sampai waktunya. Ibu……kita tunggu sebentar lagi, baik tidak? Kemarin dia bertemu aku saat lebih siang sedikit.” Melly Jian memohon dengan suara pelan sambil menangis.
Yuliana Jian mengangguk dan berkata sambil tersenyum: “Oke, Ibu temani Melly menunggu. Bagaimanapun juga, Melly juga demi Ibu kan. Melly berharap ada orang yang menjaga Ibu, makanya datang mencari Paman ini.”
Melly Jian mengecap bibir dan menunggu, dia duduk di atas kursi dan menunggu dengan diam. Setelah menunggu sangat lama, Melly Jian dan Yuliana Jian tidak melihat ada bayangan orang. Akhirnya Melly Jian menangis kencang: “Dia tidak akan datang……tidak akan datang……”
Melly Jian sambil menangis, sambil menoleh ke Yuliana Jian dan berkata: “Ibu, dia tidak akan datang, aku membuat Ibu sia-sia menunggu begitu lama.”
Yuliana Jian mengusap air mata Melly Jian sambil tersenyum dan berkata: “Kok sia-sia menunggu? Kamu angkat kepala dan lihat, langit biru ini cantik sekali kan? Awan putih ini cantik sekali kan? Iya kan?”
Melly Jian sambil menangis, sambil mendongak dan melihat awan putih yang melayang di langit biru, lalu berkata: “Cantik……”
“Kita tidak mendapat kedatangan orang yang ditunggu Melly, tapi melihat langit biru dan awan putih yang begitu cantik, sangat beruntung kok.” Yuliana Jian berkata sambil tersenyum: “Kalau orang itu datang, mungkin Ibu tidak sempat memperhatikan langit biru dan awan putih yang begitu cantik. Jadi Ibu sangat senang orang itu tidak datang, kalau begitu Ibu baru bisa melihat langit biru dan awan putih bersama Melly. Aaahh……udaranya juga sangat enak diendus.”
Melly Jian mendongak dan melihat awan putih, tiba-tiba dia menunjuk sebuah awan dan tertawa: “Ibu, awan itu kelihatannya seperti babi kecil.”
Sudut mata Melly Jian masih ada air mata, tapi dia tertawa dengan sangat senang. Yuliana Jian mengangguk dan berkata dengan sungguh-sungguh: “Iya, malah mirip dengan babi putih kecil yang dibuat dari gula kapas.”
“Iya, sangat lucu.” Melly Jian berkata sambil tersenyum: “Melly paling suka dengan babi kecil, suka babi semur merah, suka iga babi, suka telinga babi, juga suka kaki babi……”
Berkata sampai di sini, Melly Jian tidak tahan menelan air liur dengan kuat, menoleh ke Yuliana Jian dan berkata dengan suara kecil: “Ibu, Melly mau makan kaki babi saus kecap.”
Yuliana Jian mengangguk sambil tersenyum: “Oke, Ibu gendong Melly pergi beli kaki babi.”
Setelah Yuliana Jian selesai berkata, dia langsung berjongkok di depan Melly Jian. Setelah Melly Jian naik ke punggung Yuliana Jian, Yuliana Jian langsung menggedong Melly Jian. Melly Jian digendong di punggung Yuliana Jian dan berkata dengan suara kecil: “Ibu, tadi Melly berbohong, sebenarnya Melly juga berharap Paman itu jadi ayahnya Melly, bukan sekalian……”
“Iya……” Yuliana Jian mengerutkan dahi, dia berkata seperti berjanji dengan suara pelan: “Ibu tahu kok.”
Setelah Yuliana Jian membawa Melly Jian pulang ke rumah, Melly Jian sudah tertidur. Yuliana Jian juga sudah sedikit merasa lelah, dia memeluk Melly Jian dan tertidur. Sampai tengah malam, tiba-tiba Yuliana Jian merasa tubuh Melly Jian menjadi panas, dia langsung bangun dan memegang dahi Melly Jian, ternyata benar sangat panas.
Pipi Melly Jian sangat merah, dia juga memanggil dengan tidak jelas: “Ayah……”
Yuliana Jian mengukur suhu tubuh Melly Jian dan mendapati suhu tubuhnya terlalu tinggi. Yuliana Jian langsung menggendong Melly Jian dan memakaikannya baju. Lalu Yuliana Jian mengambil KTP dan dompet, menyandang sebuah baju dan selimut tipis, dia langsung menggendong Melly Jian turun ke lantai bawah. Setelah masuk ke taksi, Yuliana Jian berkata dengan tenang: “Pak, mohon Anda bawa kami ke rumah sakit pediatri terdekat.”
Lalu Yuliana Jian menggendong Melly Jian dan memakaikannya selimut tipis. Supir sambil menyetir, sambil melihat sekilas Yuliana Jian dari kaca, dia mengerutkan dahi dan bertanya: “Anak Anda sakit ya?”
Yuliana Jian mengangguk: “Mungkin karena hari ini duduk terlalu lama di taman, jadi masuk angin.”
Supir tidak tahan dan berkata: “Anda tenang sekali, penumpang yang pernah aku bawa juga ada yang anaknya sakit, semuanya sangat panik. Anak anda ini punya orang lain ya?”
“Anak kandungku, anak perempuanku.” Yuliana Jian mengangkat tangan dan mengelus kepala Melly Jian dengan pelan.
Supir langsung berkata: “Oh, maaf ya, maaf……tapi Anda tenang sekali ini.”
“Tidak apa-apa.” Yuliana Jian menggeleng-geleng kepala dan berkata dengan suara rendah. Yuliana Jian tahu dia yang sekarang sangat tenang sampai tidak mirip seperti seorang Ibu yang anaknya sakit, tapi mungkin karena hal yang pernah dialami Yuliana Jian terlalu banyak, membuat dia tidak bisa panik saat bertemu dengan hal seperti anaknya jatuh sakit.
Mungkin ketenangan seperti ini bagi orang lain adalah kedinginan, tapi hanya Yuliana Jian yang tahu, dia telah mengalami berapa banyak hal, baru terlatih menjadi ketenangan yang sekarang.
Novel Terkait
Blooming at that time
White RoseHalf a Heart
Romansa UniverseYama's Wife
ClarkLoving The Pain
AmardaKisah Si Dewa Perang
Daron JayCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyCinta Seorang CEO Arogan×
- Bab 1 Harga Dirinya
- Bab 2 Ibu Tiri yang 'Sempurna'
- Bab 3 Serigala Bermata Putih
- Bab 4 Aku Tidak Pernah Mencintaimu
- Bab 5 Kebesaran Keluarga Leng
- Bab 6 Suamimu
- Bab 7 Mayat Hidup yang Sempurna
- Bab 8 Dia sudah Bangun
- Bab 9 Kita Cerai
- Bab 10 Batas Waktu Pernikahan
- Bab 11 Jangan menangis di depanku
- Bab 12 Apa pun bisa dijual
- Bab 13 Pria yang misterius
- Bab 14 Jangan menyiksa aku
- Bab 15 Jangan mendekati aku
- Bab 16 Saling main siasat
- Bab 17 Apa yang istimewa dari dirimu
- Bab 18 Ini bukan salahku
- Bab 19 Sebuah hasrat membunuh
- Bab 20 Jalan bertemu musuh itu sempit
- Bab 21 Satu Kasur
- Bab 22 Pinggangnya Sangat Langsing
- Bab 23 Mending Lahirkan Anak Untukku
- Bab 24 Aku Menginginkanmu
- Bab 25 Itu Adalah Bayiku
- Bab 26 Membunuh Anaknya
- Bab 27 Tidak Ingin Tidur Dengannya
- Bab 28 Kembalinya Cinta Pertama
- Bab 29 Aku Menyukainya
- Bab 30 Sebuah Cinta yang Bertepuk Sebelah Tangan
- Bab 31 Benar-benar Tidak Berguna
- Bab 32 Menjadi Wanitaku
- Bab 33 Kamu Tidak Boleh Menyentuhnya
- Bab 34 Suami Yang Pelit
- Bab 35 Tidak Memperbolehkannya Melahirkan Anak Ini
- Bab 36 Kembalikan Anakku
- Bab 37 Kamu Adalah Milikku
- Bab 38 Menerima Akibatnya
- Bab 39 Wajah Sesungguhnya
- Bab 40 Janjiku Tidak Akan Berubah
- Bab 41 Mengerutkan kening
- Bab 42 Ingin memelukmu
- Bab 43 Hanya Ingin Membunuhmu
- Bab 44 Jangan berpikir terlalu berlebihan
- Bab 45 Apa yang kamu lakukan?
- Bab 46 Bertemu dengan dewi
- Bab 47 Wanita licik
- Bab 48 Pemeran pembantu wanita jahat
- Bab 49 Dia adalah milikku
- Bab 50 Kamu yang mencelakai dia
- Bab 51. Kamu Paling Cantik
- Bab 52. Jadi Partner Perempuanku
- Bab 53. Kegeeran
- Bab 54 Tidak Akan Melupakan Janjiku
- Bab 55 Bermaksud Mengejarmu
- Bab 56 Masa Lalu
- Bab 57 Kenyataan pada masa lalu
- Bab 58 Tidak berperasaan
- Bab 59 Panggil Namaku
- Bab 60 Penakut
- Bab 61 Begitu Perhatian Denganku?
- Bab 62 Pria Simpanan
- Bab 63 Tidak Berhak Mengatakan Aku Cinta Padamu
- Bab 64 Bolehkah Aku Tidak Menjawab?
- Bab 65 Tidak Diizinkan Mencium Orang Lain
- Bab 66 Aku Memilih Leny
- Bab 67 Sudah Cukup Kamu Melihat?
- Bab 68 Kamu Tidak Cemburukah
- Bab 69 Jika Aku Bukan Apa?
- Bab 70 Diam-Diam Berciuman
- Bab 71 Sungguh Seorang Wanita Jahat
- Bab 72 Saingan Cinta yang Tidak Jelas
- Bab 73 Menjadikan Musuh Sebagai Teman
- Bab 74 Menjadi Tenang
- Bab 75 Memerban Luka
- Bab 76 Aku Adalah Kakakmu
- Bab 77 Aku Tidak Akan Memaafkanmu
- Bab 78 Mulai Kembali Dari Awal
- Bab 79 Kamu Pasti Akan Datang
- Bab 80 Tidak Tahu Malu
- Bab 81 Lepaskan Aku
- Bab 82 Tidak Mengingatnya
- Bab 83 Jangan Tersenyum Lagi
- Bab 84 Aku Menyukaimu
- Bab 85 Tidak Bisa Menyembunyikannya
- Bab 86 Semuanya Harus Mendengarkan Aku
- Bab 87 Jangan Sampai dilihat Orang
- Bab 88 Apakah Kamu Benar-Benar Percaya Padanya?
- Bab 89 Aku Percaya Padamu
- Bab 90 Ketulusan Cinta Kami
- Bab 91 Kamu Bukan Manusia
- Bab 92 Michael Chu Meninggal
- Bab 93 Aku Ingin Jemput Dia Pulang
- Bab 94 Aku Sudah Tidak Punya Ayah
- Bab 95 Rela Percaya Ada Hantu Dan Dewa
- Bab 96 Tidak akan memaafkanmu
- Bab 97 Terima kasih kamu ada di sisiku
- Bab 98 Kamu menggendong aku
- Bab 99 Bagaimana caranya
- Bab 100 Benarkah itu?
- Bab 101 Aku Masih Sahabatmu
- Bab 102 Kebenarannya Seperti Apa?
- Bab 103 Apakah Kamu Pembunuhnya?
- Bab 104 Kamu Menangis Karena Diriku
- Bab 105 Aku Akan Membantumu
- Bab 106 Wanita Tidak Seharusnya Terlalu Pintar
- Bab 107 Aku Benar-benar Menyukai Kamu
- Bab 108 Membunuh Ayah Dan Ibu
- Bab 109 Aku Menginginkan Jantung Dia
- Bab 110 Kita Kurang Lebih Sama
- Bab 111 Rahasia Tersembunyi
- Bab 112 Warisan Yang Hilang
- Bab 113 Kamu Bisa Bertahan Berapa Lama
- Bab 114 Aku Tidak Akan Menyerah
- Bab 115 Dia Sudah Meninggal
- Bab 116 Dia Tidak Mati
- Bab 117 Percayalah Padaku
- Bab 118 Bagaikan Di Neraka
- Bab 119 Kalian Lebih Baik Jangan Ganggu Aku
- Bab 120 Bodoh Dan Kejam
- Bab 121 Semua Sesuai Harapan
- Bab 122 Hamil
- Bab 123 Memiliki Anak Kembali
- Bab 124 Tidak Memiliki Keberuntungan
- Bab 125 Aku Tidak Ingin Bertemu Dengannya
- Bab 126 Mana Yang Benar Mana Yang Salah
- Bab 127 Apakah Kembar
- Bab 128 Kembang Api Bermekaran
- Bab 129 Bayi Baru Lahir
- Bab 130 Anak Itu Sudah Tiada
- Bab 131 Anak Yang Hilang
- Bab 132 Bercerailah
- Bab 133 Ada Awalannya
- Bab 134 Sulit Menjadi Ibu Yang Hangat
- Bab 135 Bertemu Musuh Lama
- Bab 136 Bersiap Untuk Kembali Memeriksa Kasus Ini
- Bab 137 Sampah Masyarakat
- Bab 138 Membuatmu Menderita Seumur Hidup
- Bab 139 Dibebaskan
- Bab 140 Semuanya Dimulai Dari Awal
- Bab 141 Izinkan Mereka Untuk Bertemu
- Bab 142 Mengapa Nyalimu Begitu Kecil?
- Bab 143 Dua Anak
- Bab 144 Pemilik Toko Makanan Pencuci Mulut
- Bab 145 Dimana Anakku?
- Bab 146 Mantan Kekasih
- Bab 147 Ancaman Terbesar
- Bab 148 Pasangan Ayah dan Anak
- Bab 149 Dia Hanyalah Wanita Simpanan
- Bab 150 Aku Bukan Wanita Simpanan
- Bab 151 Bertemu Kembali
- Bab 152 Jangan Bertemu Lagi
- Bab 153 Cuman Mau Sedikit
- Bab 154 Tenang dalam Menghadapi Masalah
- Bab 155 Pengejar
- Bab 156 Membuka tirai
- Bab 157 Penjahat yang paling besar
- Bab 158 Memberikan kesempatan
- Bab 159 Dia tidak lulus
- Bab 160 Aku adalah nenek buyutmu
- Bab 161 Bawa Dia Pergi
- Bab 162 Aku Tidak Salah
- Bab 163 Sifat Dari Keturunan
- Bab 164 Aku Takkan Mengalah
- Bab 165 Bunuh Saja Dia
- Bab 166 Aku sangat Merindukanmu
- Bab 167 Melly Cepat Lari
- Bab 168 Kita Mulai Lagi Dari Awal
- Bab 169 Tunggu Aku Menikahimu
- Bab 170 Dendam Yang Hilang
- Bab 171 Lebih Parah Daripada Binatang
- Bab 172 Selamat Tahun Baru
- Bab 173 Perjamuan Besar
- Bab 174 Pilihan Yang Sulit
- Bab 175 Aku Ingin Anak
- Bab 176 Kedamaian dan Kesenangan
- Bab 177 Paman Koki
- Bab 178 Mengenal Kembali
- Bab 179 Aku Juga Sudah Berubah
- Bab 180 Sebelum Pergi
- Bab 181 Pelukan Terakhir
- Bab 182 Hari-hari
- Bab 183 Dia Adalah Ayahku
- Bab 184 Apakah Kalungmu
- Bab 185 Pelanggan Misterius
- Bab 186 Bocah lelaki
- Bab 187 Takdir cinta telah tiba
- Bab 188 Kurangi menonton TV dan lebih giat belajar
- Bab 189 Bukan orang lama
- Bab 190 Pengagum yang sempurna
- Bab 191 Misteri Vila
- Bab 192 Siapa Yang Menjagaku
- Bab 193 Berebutan Cemburu
- Bab 194 Dua Jodoh
- Bab 195 Hukuman Untukmu
- Bab 196 Hukuman Yang Bodoh
- Bab 197 Kamu Salah Orang
- Bab 198 Memancing Bersama
- Bab 199 Tergerak
- Bab 200 Orang Yang Ingin Didekati
- Bab 201 Terjebak semakin dalam
- Bab 202 Yulius Zhu
- Bab 203 Aku tidak akan tertarik kepadamu lagi
- Bab 204 Kamu benar-benar ayahku?
- Bab 205 Tinggallah
- Bab 206 Kehangatan Sesaat
- Bab 207 Aku Di Sebelah
- Bab 208 Sekeluarga berkumpul
- Bab 209 Kakaknya Melly
- Bab 210 Rumah Baru
- Bab 211 Namanya Jelek
- Bab 212 Apa Yang Kamu Lakukan
- Bab 213 Kamu Jangan Sentuh Aku
- Bab 214 Kaki Patah
- Bab 215 Sangat Risih
- Bab 216 Aku Perlu Dirimu Merawatku
- Bab 217 Kehidupan Sangat Memusingkan
- Bab 218 Mencoba Untuk Hidup Bersama
- Bab 219 Saling Menjaga
- Bab 220 Oleskan Salep Untukku
- Bab 221 Benar-Benar Tidak Rela
- Bab 222 Orang Yang Berbeda
- Bab 223 Hal Yang Disukai
- Bab 224 Kamu Berbohong Padaku Lagi
- Bab 225 Pergi Meninggalkan Rumah
- Bab 226 Kehilangan Muka
- Bab 227 Sangat Tidak Enak Dimakan
- Bab 228 Aku Akan Melindungimu Selamanya
- Bab 229 Aku Masih Mencintaimu
- Bab 230 Aku Ingin Tahu Semua
- Bab 231 Ya, Aku Tahu
- Bab 232 Yuliana?
- Bab 233 Orang Yang Aneh
- Bab 234 Mimpi Buruk Datang Kembali
- Bab 235 Hanya Mimpi Buruk
- Bab 236 Dia Sudah Mati
- Bab 237 Tiga Hadiah
- Bab 238 Berjumpa Teman Lama
- Bab 239 Dua Orang Yang Sama Sekali Berbeda
- Bab 240 Hadiah Pertama
- Bab 241 Sangat Memalukan
- Bab 242 Bagaimana Cara Menghibur Wanita
- Bab 243 Sebagai Pemberian Gratis
- Bab 244 Menikahlah Denganku
- Bab 245 Kita Menikah Yuk
- Bab 246 Ketika Pernikahan Berlangsung
- Bab 247 Hadiah Melvin
- Bab 248 Siapa Pengantin Laki-Lakinya
- Bab 249 Idola Semua Orang
- Bab 250 Saat Pernikahan Berlangsung
- Bab 251Saingan Cinta Yang Tak Terhitung Jumlahnya
- Bab 252 Perjamuan
- Bab 253 Wanita Pengosip
- Bab 254 Memamerkan Kebahagiaan
- Bab 255 Mimpi Buruk Datang
- Bab 256 Semua salahku
- Bab 257 Sebenarnya dimana
- Bab 258 Kamu bukan iblis
- Bab 259 Retak
- Bab 260 Penyelamat
- Bab 261 Perbaiki Perlahan-lahan
- Bab 262 Penipu Kecil yang Baik Hati
- Bab 263 Anak Lelaki yang Pemalu
- Bab 264 Mata di Belakang
- Bab 265 Manusia Operasi Plastik
- Bab 266 Kejutan Besar
- Bab 267 Pengantin Pria yang Misterius
- Bab 268 Ibu, Cepat Lari
- Bab 269. Mawar Merah Misterius
- Bab 270. Laporan Pemeriksaan yang Sempurna
- Bab 271 Pacar Yang Angkuh
- Bab 272 Pria Yang Lemah
- Bab 273 Dua Iblis Kecil
- Bab 274 Pelan-Pelan Mendekat
- Bab 275 Masuk Perangkap
- Bab 276 Umpan
- Bab 277 August Leng Muncul
- Bab 278 Orang Gila
- Bab 279 Kekacauan
- Bab 280 Pemenang
- Bab 281 Mengontrol Segalanya
- Bab 282 Jiwa Yang Terkontrol
- Bab 283 Kita Selamanya Bersama
- Bab 284 Merah Darah
- Bab 285 Prilaku Aneh
- Bab 286 Jiwa Yang Terpenjara
- Bab 287 Siapa Pembunuhnya
- Bab 288 Dia Pantas Untuk Mati Sekali Lagi
- Bab 289 Menemukan Kembali Dirinya Yang Asli
- Bab 290 Kekasihku
- Bab 291 Aku menunggumu
- Bab 292 Hutangku padamu
- Bab 293 Ingatan palsu
- Bab 294 Berkenalan kembali
- Bab 295 Namaku Wirianto Leng
- Bab 296 Ingatan yang Hilang
- Bab 297 Dia Terlihat Tampan
- Bab 298 Aku Sangat Berprinsip
- Bab 299 Mulai Menyukainya
- Bab 300 CEO yang Arogan
- Bab 301 Mari Kita Tidur Satu Kamar
- Bab 302 Tidur yang Nyenyak
- Bab 303 Membencinya
- Bab 304 Kamu Amnesia
- Bab 305 Lepaskan Pakaianmu
- Bab 306 Tidak Bisa Menerima Kenyataan
- Bab 307 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 308 Semua Kenyataan
- Bab 309 Sisi Gila Dia
- Bab 310 Jangan Berpisah Lagi
- Bab 311 Menjaga Jarak
- Bab 312 Aku Bersedia Berubah Demi Kamu
- Bab 313 Hadiah Untukmu
- Bab 314 Maafkan Diri Sendiri
- Bab 315 Melihat Sinar Matahari Kembali
- Bab 316 Tidak boleh terbiasa menjadi orang baik
- Bab 317 Anggota keluarga baru
- Bab 318 Jangan mengoda serigala lapar
- Bab 319 Satu keluarga berkumpul
- Bab 320 Asing tapi familier
- Bab 321 Makan Malam Yang Telah Lama Hilang
- Bab 322 Awal Yang Baru
- Bab 323 Peluk Aku Dengan Erat
- Bab 324 Apakah Sudah Cukup
- Bab 325 Orang Yang Aneh
- Bab 326 Kehidupan Baru
- Bab 327 Masa kehamilan
- Bab 328 Orang Yang Aku Cintai
- Bab 329 Kumpul Keluarga
- Bab 330 Merawat Kehamilanmu Dengan Tenang
- Bab 331 Memakai Gaun Pengantin
- Bab 332 Pernikahan Yang Sempurna
- Bab 333 Segalanya Yang Indah
- Bab 334 Anak Yang Baru Lahir
- Bab 335 si Putri Kecil
- Bab 336 Kalang Kabut
- Bab 337 Ayah yang Baik
- Bab 338 Kacau balau
- Bab 339 Si Kecil Bulat
- Bab 340 Pulang Ke Rumah
- Bab 341 Keluarga Dengan 5 Anggota Keluarga
- Bab 342 Ayah Rumah Tangga Professional
- Bab 343 Sedikit Cemburu
- Bab 344 Siapakah Orang Yang Paling Dicintai
- Bab 345 Senang Setiap Hari
- Bab 346 Bulan Madu
- Bab 347 Aku bersedia berada di sisimu setiap saat
- Bab 348 Orang tua yang berbeda
- Bab 349 Kejutan yang tiba-tiba
- Bab 350 Tebak dimana
- Bab 351 Bulan Madu
- Bab 352 Tempat yang Misterius
- Bab 353 Rumah yang Hangat
- Bab 354 Menyukaimu
- Bab 355 Seperti Cinta Pertama
- Bab 356 Hal yang memalukan
- Bab 357 Memanggang Kentang
- Bab 358 CEO Tian (CEO Manis)
- Bab 359 Saling bergantung
- Bab 360 Pilek
- Bab 361 Hadiah
- Bab 362 IQ yang Melemah
- Bab 363 Kehidupan yang Tenang
- Bab 364 Masalah yang Datang ke Rumah
- Bab 365 Saingan Cinta
- Bab 336 Kecanduan Berakting
- Bab 367 Mencari Masalah Sendiri
- Bab 368 Terlalu Kejam
- Bab 369 Benar-Benar Kejam
- Bab 370 Hadiah Orang Lain
- Bab 371 Pria yang Aneh
- Bab 372 Sedikit Aneh
- Bab 373 Pelamar
- Bab 374 Hadiah
- Bab 375 Pria yang Sempurna
- Bab 376 Orang terkasih yang sempurna
- Bab 377 Tidak masuk akal
- Bab 378 Desas-desus adalah hal yang menakutkan
- Bab 379 Pernyataan manis
- Bab 380 Kekasih misterius
- Bab 381 Seven Years Of Love
- Bab 382 Tempat Yang Hilang
- Bab 383 Wanita Misterius
- Bab 384 Sebuah Ketakutan Yang Tidak Perlu
- Bab 385 Hadiah Aku
- Bab 386 Aku Sudah Pulang
- Bab 387 Gosip Baru
- Bab 388 Ketakutan dan Kegelisahan
- Bab 389 Muncul Di Depan Umum
- Bab 390 Memilih Gaun Pesta
- Bab 391 Pasangan yang Sempurna
- Bab 392 Berdanda Denganmu
- Bab 293 Artiker yang Memalukan
- Bab 394 Rumor yang Tak Tertahankan
- Bab 395 Tujuan Wisata yang Baru
- Bab 396 Mengemudi Sendiri
- Bab 397 Proposal Yang Konyol
- Bab 398 Pedagang Kaki Lima
- Bab 399 Kenangan Yang Indah
- Bab 400 Terus Menuju Ke Depan
- Bab 401 Si Pecemburu
- Bab 402 Aku sangat mencintaimu
- Bab 403 Berendam di sumber air panas
- Bab 404 Coba aku lihat
- Bab 405 Pulang
- Bab 406 Sudah sampai di rumah
- Bab 407 Dalang di balik belakang
- Bab 408 Keluargaku
- Bab 409 Hidup Bahagia