Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 31 Benar-benar Tidak Berguna

Yuliana keluar dari kamar, dia juga tidak punya tempat lain untuk pergi, dia pergi ke taman dan bersembunyi disebuah pojok, Yuliana tiba-tiba mempunyai sebuah rasa bahwa tidak ada tempat yang cocok untuknya, Kediaman Leng terlihat begitu besar, didalam rumah ada begitu banyak kamar, namun Yuliana tetap tidak bisa menemukan tempat yang cocok untuk persembunyian dirinya, sekarnag dia sangatlah ingin pulang kerumah dan bersembunyi didalam kamarnya, untuk bisa menenangkan dirinya, sekalipun hanay beberapa hari saja untuk membuatnya tidak perlu bertemu dengan Wirianto saja juga adalah sebuah berkah baginya.

Namun Yuliana menundukkan kepalanya dan melihat perutnya yang sedikit membengkak, apakah tampangnya sekarang ini bisa pulang kerumah? Setidaknya harus menunggu dirinya melahirkan anak barulah boleh pulang sepertinya, Yuliana sama sekali tidak bisa membayangkan bahwa ketika dia muncul dihadapan Fenny dan lainnya dengan perutnya yang besar, apa sindiran dan ledekan yang akan diterima oleh dirinya.

Sindiran serta ledekan yang dia hadapi sudah cukup banyak, sudah hampir melewati batas yang bisa dia terima, Yuliana takut ledekan terakhir yang akan diberikan kepadanya akan menghancurkan logika dirinya dan membuatnya gila total dan membuat sesuatu yang tidak bisa dia pertimbangkan.

Yuliana menenangkan perasaannya, barulah dia kembali ke kamar Wirianto, sekali masuk kedalam kamar, dia langsung melihat disamping kasur terletak sebuah kasur kecil, Yuliana melirik kearah Wirianto, Wirianto juga kebetulan mengangkat kepala dan menatap kearahnya, Yuliana bergegas memutarkan kepalany dan melirik kearah kasur kecilnya sambil merapatkan bibirnya, "Apakah ini kasur untukku?"

Wirianto menganggukkan kepalanya, "Kasur ini lebih rendah, sekalipun kamu terjatuh dilantai juga tidak apa-apa."

Sambil berkata, Wirianto juga sambil menatapi Yuliana, melihat Yuliana sama sekali tidak melihat kearahnya, Wirianto mengerutkan keningnya, dia menoleh kearah laptop didepannya.

"oh, kalau begitu aku istirahat dulu." Seusai Yuliana berakta, dia terbaring diatas kasur kecil.

Ekspresi Yuliana sangatlah biasa saja, dia menyembunyikan semua ketidaknyamanannya, sama seperti tidak terjadi apa-apa yang canggung padanya, didalam kamar kembali tenang, tenang higga meskipun jarah Wirianto dan Yuliana sangat jauh dia bahkan masih bisa mendengar suara nafas Yuliana.

Sekarang Yuliana tengah terbaring satu sisi di kasur, karena dia sudah hamil, postur tubuhnya tidak lagi kurus, tapi seluruh badannya terlihat lebih lembut, karena bertambah sedikit daging, wajahnya yang tajam juga menjadi semakin bulat, ketika dia tidur, mulutnya akan tanpa sadarnya mencibir, bibirnya yang lembut itu seperti seorang anak kecil yang sedang mengamuk.

Wirianto mengerutkan keningnya dan melirik kearah Yuliana, dia tidak tahan dan mengerakkan jarinya, sesaat kemudian, barulah Wirianto seperti baru tersadar dari mimpinya, dia bergegas memutarkan kepalanya dan tidak melihat Yuliana lagi.

Yuliana sama sekali tidak menyadari bahwa ketika dia tidur, Wirianto ternyata masih menatapinya, ketika dia masuk kembali ke kamar Wirianto, dia menghentikan semua inderanya, dan membuat dirinya seolah adalah sebuah batu, jika tidak dia sama sekali tidak bisa tahan untuk terus tinggal bersama dengan Wirianto didalam kamar yang sama.

Yuliana hanya bangun ketika sedang makan ataupun untuk pemeriksaan saja, sisa waktunya dia biasanya menutup matanya dan terbaring diatas kasur, sama sekali tidak ingin membuka matanya, dan menunggu hingga malam, ketika Wirianto menganti baju tidur, dan terbaring dikasur, Yuliana yang masih terbaring diatas kasur kecil masih saja menutup kedua matanya untuk tidur.

Akhirnya bisa tidur sendiri disatu kasur, tidak perlu lagi mempedulikan wanita bodoh yang mungkin akan terjatuh tiba-tiba ketika tidur dan mungkin berakibat kejadian satu mayat dua nyawa, Wirianto awalnya mengira bahwa dirinya akan tidur dengan cepat, namun ketika dia menutup kedua matanya, sudah lewat sangat lama tapi dia tetap saja tidak bisa tertidur.

Tangannya terasa dingin, seperti kekurangan sesuatu sentuhan hangat, didadanya juga kosong seperti seharusnya harus ada sesuatu yang berada disana sambil menghempaskan nafas yang hangat.

Wirianto mengerutkan keningnya, setelah berbalik beberapa kali, dia akhirnya membuka matanya, tatapannya masih berada pada Yuliana, sepertinya Yuliana benar-benar tertidur lelap, nafasnya menjadi berat dan bisa seperti bergumamkan perkataan dalam mimpi, Wirianto tiba-tiba merasa sangat marah, tapi dia merasa mungkin ada sesuatu yang salah, meskipun dia tidak tahu salahnya ada dimana.

Namun Wirianto merasa bahwa setidaknya sekarang yang harus tertidur lelap adalah dirinya, dan yang kesusahan untuk tertidur adalah Yuliana, sepertinya semuanya terbalik, sekarang yang ditolak itu malah seperti dirinya, melainkan Yuliana malah seperti penolak yang sombong itu, Wirianto sangatlah membenci tampang enteng Yuliana.

Yuliana bangun dan duduk disamping kasur, dia menatapi Yuliana sesaat, akhirnya dia tidak tahan dan berjalan kesamping Yuliana, ketika Wirianto mengangkat kepalanya dan diletakkan diperut Yuliana, dia merasakan bahwa perut Yuliana seperti sedikit bergerak, Wirianto menghempaskan nafasnya dan suasana hatinya baru seperti tidak begitu kacau lagi.

Ketika Yuliana terbangun ketika menguap, itu sudah pagi hari keesokan harinya, dia melihat Wirianto tengah menganti pakaian dan pintu ruang ganti tidak tertutup, Yuliana bisa melihat sosok belakang Wirianto yang tengah menganti pakaian, Wirianto mengenakan sebuah jas berwarna silver yang sangat bagus.

Bukan semua orang bisa mengenakan jas berwarna silver dengan baik, ada lelaki yang ketika mengenakan jas berwarna silver akan terasa tidak tetap pendirian, tapi ketika dipakai oleh Wirianto rasanya sangatlah cocok, warna silver yang anggun sangatlah cocok dengan aura Wirianto, dan tidak seperti ketajaman dari warna hitam, melainkan menetralkan rasa tidak peduli pada Wirianto dan membuatnya sedikit lebih lembut.

Meskipun kemarin baru saja ditolak oleh Wirianto dengan sikap yang sama sekali tidak berperasaan, sekarang ketika Yuliana melihat Wirianto, dia tetap harus mengakui bahwa Wirianto adalah lelaki yang paling cocok mengenakan jas diantara para lelaki yang pernah dia temui, seperti August, meskipun juga bisa dibilang tampan, tapi dia tidak ada rasa tidak peduli dan tenang seperti Wirianto, Michael terhitung seorang lelaki yang terlihat lumayan tampan dan dewasa, tapi tidak ada kepercayaan diri seperti Wirianto, hanya saja ketika Wirianto mengenakan jas, barulah dia bisa paling menunjukkan rasa tenang elegan dari sebuah jas.

Disaat ini juga, Wirianto berbalik badan dan menatap kearah Yuliana, awalnya Yuliana ingin memutarkan wajahnya, namun terpikiran jika dia memutarkan kepalanya akan jelas terlihat lebih aneh, dia lalu tidak mengelak dan menatapi Wirianto, "Acara malamnya pada hari ini kah?"

Wirianto melirik kearah Yuliana, dan berkata, "Kenapa? Kamu mau pergi juga?"

Yuliana mengerutkan keningnya dan berpikir sejenak, dia lalu mengelus perutnya sendiri dan mengelengkan kepalanya, "Kamu seharusnya tidak menginginkan aku pergi, aku juga tidak akan pergi, aku akan disini dan merawat diri dengan baik."

Wirianto menganggukkan kepalanya, "Pilihanmu sangatlah tepat, kamu memang tidak cocok untuk muncul diacara seperti itu, acaranya akan diadakan di villa yang lain, para pembantu dirumah akan ada beberapa yang pergi kesana, aku mungkin akan pulang sangat malam, kamu sendiri jaga....."

Sekali sampai disini, Wirianto tiba-tiba terhenti, dia mengerutkan keningnya dan tidak mengatakan apa-apa lagi, dia seperti menyembunyikan sesuatu, dia berbalik badan dan mengeluarkan sebuah dasi dan memasangkannya sendiri.

Yuliana tidak tahu apa kelanjutan dari perkataan yang tiba-tiba dihentikan oleh Wirianto, dia tidak ingin tahu, jika Wirianto sudah menolaknya dengan begitu tegas, maka dirinya harus berusaha mengakhiri rasa cinta dirinya terhadap Wirianto, dan juga tidak akan mencari tahu apa perasaan dan sikap Wirianto terhadapnya, dan juga tidak akan penasaran apakah Wirianto suka dengannya atau tidak.

Sekarang bagi Yuliana, kepergian Wirianto dari kediaman Leng membuatnya sangatlah terasa dingin, Yuliana bahkan menghempaskan nafas dengan panjang, wajahnya terlihat tersenyum lega, Wirianto sambil mengenakan dasi, dia sambil menatapi Yuliana ketika melihat Yuliana mendengar bahwa dirinya mungkin akan pulang malam dan merasa lega, Wirianto mengerutkan keningnya dan merasa tidak senang.

Dengan emosinya itu, wajahnya menjadi sedikit marah, ketika dia keluar dari kamar, ekspresinya sudah sedikit menakutkan.

Namun Yuliana malah akhirnya tersenyum ketika Wirianto keluar dari kamar, Wirianto tidak berada didalam kamar ini, bahkan udara saja juga terasa lebih enak dicium, Yuliana sambil berpikir sambil tersenyum mengelus perutnya, sungguh tidak tahu mengapa dirinya bisa suka dengan Wirianto yang suka marah seperti ini, apakan benar hanya karena dia mempunyai penampilan yang tampan saja?

"Sungguh adalah seorang wanita yang tidak berguna yang hanya terikat dengan penampilan saja......" Yuliana menertawakan dirinya sendiri, senyumannya terlihat sedikit masam.

Karena acara perjamuannya diatur dari pagi, sebagian besar pembantu di kediaman Leng juga sudah pergi, bahkan Nyonya Besar Leng saja juga sudah pergi dari pagi, sebelum pergi, Nyonya Besar Leng memegang tangan Yuliana dan berkata sambil tersenyum, "Kamu sekarang mengandung, bagus juga jika tidak pergi ke acara perjamuan, lokasi villa tempat kita mengadakan perjamuan juga tidak jauh, mungkin saja kamu juga masih bisa melihat pentasan dari perjamuan juga."

"Aku tahu, aku tahu......" Yuliana menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, setelah melihat Nyonya Besar Leng pergi barulah dia kembali masuk kedalam Kediaman Leng.

Meskipun hanya sebagian besar pembantunya yang pergi, namun karena kediaman keluarga Leng sangatlah besar, meskipun sekarang masih ada orang, tapi juga jelas terlihat lebih kosong, Yuliana terlihat sangatlah santai, ketika langit menjadi gelap, Yuliana membawa segelas susu hangat dan pergi ke taman bunga, dia menatapi langit, dia sangatlah menyukai kembang api, meskipun dia tahu bahwa kembang api itu hanya berlangsung sementara saja, tidak ada bagusnya untuk menyukai kembang api, setelah indah sesaat dan meninggalkan kesepian untuk dirinya saja, namun Yuliana masih saja tidak bisa mengontrol perasaannya sendiri.

Dirinya masih saja akan tertarik karena kembang api, ketika melihat adanya kembang api besar-besaran, dia juga tidak tahan untuk memegang susunya dan menunggu diatas kursi.

Biasanya acara perjamuan akan dimulai pukul 8 malam, kembang api akan dinyalakan sekitar pukul 9 atau 10, karena Nyonya Besar Leng sudah lumayan tua, demi menjaga kesehatannya, Wirianto pasti akan menyalakannya lebih awal.

Yuliana sedang menghitung waktu penyalaan kembang api, dan ketika melihat sudah jam 9, benar saja dilangit terlihat banyak kembang api yang sangat indah, serta menyinari wajah Yuliana.

Yuliana menyipitkan matanya dan tersenyum, "Selamat ulang tahun untukku."

Yuliana sebelumnya tidak ingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya, setelah seluruh keluarga Leng pergi, barulah dia terpikiran bahwa hari ini ternyata adalah hari ulang tahunnya, ini adalah pertama kalinya dia melewati ulang tahun sendirian seperti begini, dulu selalu ada ayahnya yang menemaninya, sekalipun dia sibuk hingga melupakannya, ayahnya juga masih akan ingat tapi sekarang orang yang ingat dengan ulang tahunnya itu sudah terbaring diatas kasur, sama sekali tidak bisa mengingatkannya, "Yuliana, hari ini adalah hari ulang tahunmu, cepatlah pulang, ayah sudah membelikan kue ulang tahun untukmu, dan menunggumu dirumah."

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu