Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 147 Ancaman Terbesar

Cindy Gu menarik napas dalam-dalam, mengerutkan kening pada pembantu yang menghentikannya, berkata dengan suara dingin: "Apakah kamu tahu siapa aku? Aku adalah Nyonya Muda dari keluarga Leng, apakah kamu berani menghentikanku?"

Pembantu itu menundukkan matanya berkata, "Maaf, Nyonya. Nyonya tua mengatakan dia sedang mempersiapkan hadiah, katanya untuk seorang gadis kecil. Dia sekarang butuh ketenangan untuk memikirkan apa yang dibutuhkan gadis kecil itu. Nyonya Muda, lebih baik Jangan ganggu Nyonya…..."

"Plok!"

Cindy Gu menampar pembantu itu, berkata dengan dingin:"Beraninya kamu menghentikanku?"

Cindy Gu selesai bicara langsung mendorong pintu dengan keras, mencoba membuka pintu Nyonya Tua Leng. Cindy Gu panik sekarang, semua kehidupannya yang baik hanya karena dia adalah Nyonya Muda Keluarga Leng. Jika Yuliana Jian membawa putrinya kembali, semua miliknya akan hancur. Meskipun Yuliana Jian hanya melahirkan seorang anak perempuan, tetapi itu adalah anak kandung Wirianto Leng, sedangkan anaknya sama sekali bukan anak kandung Wirianto Leng!

Ini membuat Cindy Gu merasa sangat ketakutan, dia merasa Yuliana Jian kembali untuk mencuri segalanya darinya. Cindy Gu mengetuk pintu Nyonya Tua Leng dengan keras dan berteriak, "Nyonya Tua, Kamu buka pintunya. Aku Cindy. Aku mencarimu ada urusan."

Pintu Nyonya Tua Leng akhirnya terbuka, Nyonya Tua Leng mengerutkan kening pada Cindy Gu dan berkata dengan pelan, "Ada apa denganmu? Mengapa kamu terus berisik? Apakah masih tahu moral etika? Meskipun keluargamu tidak sebagus keluarga Leng, tetapi juga sangat terdidik dengan baik. Mengapa kamu berteriak setiap hari setelah datang di rumah kami? Apakah orang tuamu mengajarimu seperti ini? "

Nyonya Leng menekan suaranya berkata dengan nada berat:"Kamu benar-benar mengecewakanku. Kamu kalah jauh daripada Yuliana Jian."

Cindy Gu segera mengangkat matanya memandangi Nyonya Tua Leng, gemetaran berkata: "Bagaimana bisa Nyonya Tua berkata seperti itu? Yuliana Jian pernah mengkhianati Wirianto dan wanita murahan yang pernah di penjara, bagaimana Kamu bisa membandingkan aku dengan dia? Aku adalah Nyonya Muda dari keluarga Leng, aku melahirkan seorang putra untuk keluarga Leng, Yuliana Jian hanya melahirkan seorang putri yang hanya akan menghabiskan uang! Apa gunanya anak perempuan? Putralah yang dapat meneruskan garis keturunan, putra adalah anggota keluarga Leng, putri kelak hanay akan menjadi orang luar saja! "

Nyonya Tua Leng setelah mendengar kata-kata Cindy Gu hanya menggelengkan kepalanya: “Dengarkan apa yang kamu katakan, kamu juga putri dari keluarga orang lain, aku juga putri dari orang lain, bagaimana bisa mengatakan hal seperti itu. Awalnya aku juga pikir anak laki=-laki lebih berharga daripada anak perempuan, tetapi mudian berpikir apa gunanya jika anak laki-laki lebih berharga? Jika hampir usia 2 tahun masih belum bisa mengucapkan 1 kalimat yang benar, sudah tidak sebanding dengan putri orang lain yang pintar, putrinya Yuliana Jian sangat pintar sekali, baru berusia 3 tahun tetapi bisa bicara apapun. Wajahnya juga sangat lucu, sepasang matanya sangat mirip dengan Wirianto. Tetapi tidak tahu bagaimana caranya dilahirkan, tidak bersifat dingin seperti Wirianto, melainkan gadis kecil yang imut, jika memeluk gadis kecil begini dalam pelukan, ditempelkan ke badan……”

Nyonya Tua Leng memang sengaja mengatakannya untuk membuat Cindy Gu marah, tetapi Nyonya Tua Leng teringat video Melly Jian yang baru dilihatnya, Nyonya Tua Leng sungguh tergerak hatinya ingin memeluk dan menggendong gadis yang bernama Melly Jian itu. Mendadak Nyonya Tua Leng ingin mendengar suara Melly Jian yang lucu saat berbicara, apakah akan menarik seperti video rekaman yang terkadang diambil?

Nyonya Tua Leng bersikap dingin, keras serta penuh perhitungan selama bertahun-tahun ini, hanya memiliki satu putra, putra ini telah berebutan dengannya selama beberapa tahun. Putranya pergi setelah memberikan dua cucu padanya. Kemudian cucunya berebutan dengannya, dia tidak memiliki anak perempuan dan tidak memiliki cucu perempuan. Mungkin jika dia punya anak perempuan, akan ada orang yang sehati dengannya? Pria benar-benar menghargai kekuasaan, bahkan anak dan cucu sendiri juga tidak sudi tunduk pada orang lain.

Bahkan keluarga sendiri saja begitu, tentu saja mereka yang tidak sedarah lebih tidak dapat diandalkan. Nyonya Tua Leng berpikir bahwa jika dia memiliki anak perempuan, situasinya akan sangat berbeda sekarang, setidaknya ada seseorang yang dapat diandalkannya. Bukankah semua mengatakan bahwa putri adalah mantel kecil bagi orangtua?

Keluarga besar seperti Keluarga Leng sangat kuno sehingga hanya menghargai anak laki-laki. Bahkan jika terlahir gadis, mereka dibesarkan dengan dinikahkan dengan tujuan bisnis, semuanya patuh bagaikan dicetak dari model cetakan. Terkadang Nyonya Tua Leng menghadiri pesta keluarga dan melihat masa lalu, tetapi dia tidak bisa membedakan antara gadis-gadis itu. Jika Nyonya Tua Leng ingin membesarkan anak, ia juga akan membesarkannya seperti ini.

Tetapi ketika Nyonya Tua Leng melihat Melly Jian, pikirannya sedikit goyah, anak ini mungkin lebih baik dibesarkan dengan lebih bebas. Memperlakukan anak sebagai manusia dan membiarkannya tumbuh bebas, mungkin bisa membawa kejutan daripada diukir sebagai objek.

Orang tua lebih menyayangi cucu, tetapi Nyonya Tua Leng sudah terbiasa bersikap dingin, hingga sampai cicit, baru merasakan perasaan ingin menyayangi generasi muda sebagai generasi tua. Tetapi justru dia justru adalah Melly Jian yang diperintahkan olehnya untuk tidak pernah diakui.

Nyonya Tua Leng mengerutkan kening, dia mulai berpikir bahwa dia mungkin benar-benar tua. Ternyata menjadi seperti wanita tua biasa, berpikir untuk menikmati kebahagiaan memiliki anak dan cucu.

Nyonya Tua Leng memikirkan hal ini, pandangannya menjadi dingin dan berpikir dalam hatinya: ini tidak bisa, aku orang yang berbeda, tidak boleh menjadi orang biasa, aku ingin kekuasaan tertinggi keluarga Leng, bukan seorang anak kecil bermain dilututnya.

“Nenek!” Cindy Gu melihat kasih sayang yang terpancar dari mata Nyonya Tua, berteriak panik bagaikan tidak mengenal Nyonya Tua Leng.

Nyonya Tua Leng segera mengangkat matanya, menatap Cindy Gu dengan jengkel, berkata dengan suara dingin: "Apa yang kamu teriakkan? Aku ada di sini dan sudah mendengar. Apa yang ingin kamu katakan, katakanlah! Katakan, di mana harus dikurangi? Apakah kamarku sudah tidak enak dipandang, kamu ingin mengubahnya menjadi ruang pakaian kamu. "

"Kamar Cindy adalah kamar terbesar di rumah kita, seluruh lantai satu adalah milik mereka. Jika diubah, tidakkah akan mengusir kita semua keluar?" Tania Sui berjalan kemari sambil tersenyum dan mengambil kesempatan untuk mengeluh.

Cindy Gu memandang remeh Tania Tania sekilas, kemudian segera berbalik melihat Nyonya Tua Leng, berkata dengan tergesa-gesa: "Nyonya Tua, kita tidak bisa membawa anak yang lahir dari wanita seperti itu kembali ke rumah Leng. Jika biarkan orang luar tahu, Ibu dari Nona Besar adalah seorang penjahat, bagaimana dengan harga diri keluarga Leng? "

“Apa masalahnya?” Tania Sui berkata dengan tersenyum menutupi mulutnya, “Bilang saja kamu yang lahirkan? Seperti ...”

"Huk......" Nyonya Tua Leng batuk ringan dengan dingin.

Tania Sui segera berhenti dan berdiri dengan panik, berbisik, "Ibu……tidak, Nyonya Tua, aku salah."

Nyonya Leng segera melambaikan tangannya dan berkata dengan suara dingin: "Lupakan saja, aku tahu kamu ceroboh, tetapi kamu harus memperhatikan apa yang kamu katakan di masa depan. Aku tidak masalah, tetapi jangan melukai dirimu sendiri."

Tania Sui dengan cepat menundukkan kepalanya dan berbisik, "Ya ..."

Tania Sui dengan tidak mudah bisa menginjak Cindy Gu, ketika dia sedang senang, dia lupa bahwa Steven Leng juga dibawa pulang dibesarkan oleh Nyonya Tua.

Nyonya Tua Leng melirik Tania Sui, lalu menoleh ke Cindy Gu, berkata pelan, "Jika kamu punya waktu untuk mengobrol santai di sini, lebih baik habiskan lebih banyak waktu untuk mengajari anakmu. Berapa umurnya? Mengapa sebodoh itu? Bahkan nenek buyut saja tidak bisa panggil, apakah mengharapkan aku menyayanginya? Kamu punya waktu untuk menghitung daun teh aku dan waktu untuk mencocokkan perhiasan dengan pakaian, perbanyaklah ajarin anakmu. Anak seperti Wibowo Leng, jangankan bilang berikan dia keluarag Leng, bahkan jika berikan dia sebuah batu bata emas, bisakah dia menjaganya? Mengenai anak mana yang aku suka, anak mana yang ingin aku akui, itu kamu benar-benar tidak pantas urus! "

Nyonya Tua Leng selesai berbicara pun segera menutup pintu. Tania Sui menyingkirkan kepanikan sebelumnya dan berkata dengan senyum puas kepada Cindy Gu: "Dengarkan, suruh kamu luangkan waktu untuk mengajar anak lebih banyak, betul jgua sih mana ada anak sebodoh itu. Bahkan samapi sekarang tidak bisa mengucapakan satu kata pun dengan benar, tidak tahu mirip siapa ya…..."

Cindy Gu menatap dingin ke arah Tania Sui, berkata dengan dingin: "Mungkin mirip neneknya."

Cindy Gu yakin anak yang dia lahirkan bukanlah anak Wirianto Leng, itu pasti anak August Leng. Oleh karena itu, Wibowo Leng seperti neneknya, yang berarti Wibowo Leng seperti Tania Sui. Tania Sui menertawakan Wibowo Leng bodoh, berarti juga menertawakan dirinya sendiri bodoh.

Setelah Cindy Gu selesai berbicara, dia segera berbalik dan pergi. Tania Sui ditinggalkan sendirian, mengerutkan kening, setelah berpikir lama tetap dengan bingung berkata: "Sialan, perkataan aneh apa yang wanita ini ucapkan? Mengapa bicara tentang kakak iparku? Sungguh aneh! Ternyata anak ini bodoh ada alasannya. Ketika otak ibunya bermasalah, bagaimana bisa membesarkan anak dengan baik?"

Cindy Gu kembali ke kamar dengan marah, ketika baru kembali ke kamar, pembantu segera berjalan ke hadapan Cindy Gu sambil menggendong Wibowo Leng dengan tersenyum, dan berkata kepada Cindy Gu sambil tersenyum: "Nyonya muda, lihat hari ini dia tidak menangis sepanjang hari......”

"Apa gunanya tidak menangis? Bahkan tidak bisa mengatakan sepatah kata pun." Cindy Gu segera berbalik untuk melihat Wibowo Leng, mengangkat tangannya dan menekan lengan Wibowo Leng, dan berkata dengan marah, "Katakan, panggil nenek buyut, katakan!"

Wibowo Leng sakit tertekan dan menangis keras, tetapi dia hanya bisa dengan samar-samar memanggil: "Bu ... Bu ... Bu ..."

“Jangan panggil ibu, panggil nenek buyut!” Cindy Gu menekan lengan Wibowo Leng lebih kencang lagi.

Pembantu itu melihat lengan Wibowo Leng yang memerah, pembantu berkata dengan panik, "Nyonya muda, jangan dipukul lagi, jangan dipukul lagi!"

Cindy Gu mendorong pembantu dengan keras dan berteriak: "Aku mendidik anak, perlu kamu urus? Anakku jika tidak dididik dengan baik, apakah kamu sanggup memikul tanggung jawabnya? Dia adalah pewaris masa depan keluarga Leng, sedikit kesalahan saja yang terjadi takkan mampu kamu tanggung!"

Cindy Gu selesai, segera menatap Wibowo Leng dan berteriak: "Ayo, bicaralah padaku. Katakan!"

Wibowo Leng sangat takut sehingga terus menangis, bahkan kata "Ibu ..." yang diucapkan pada awalnya juga sudah tidak diucapkan.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu