Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 94 Aku Sudah Tidak Punya Ayah

Yuliana Jian tidak suka bau rumah sakit, dia masih ingat ketika kecil setika kali dia mencium bau rumah sakit, artinya dia akan disuntik. Kemudian bau rumah sakit petanda kehilangan keluarga, menuanya keluarga.

Namun saat ini Yuliana Jian menyadari ternyata bau ruang mayat lebih buruk, hingga dia hampir tidak bisa berdiri, dia ingin kabur saat melihat mayat yang tertutup kain putih.

“Nona Jian, silahkan dipastikan mayatnya.” Suara yang dingin mendesak Yuliana Jian.

Yuliana Jian mundur selangkah, sembari meneteskan air mata sembari menggelengkan kepala, dengan serak berkata:”Aku pikir mungkin ada kesalahan, mengapa menemukan mayat secepat ini? Tempat seluas itu, masih banyak tempat yang belum kucari, mungkin ayahku sedang menunggu aku datang mencarinya di sana. Aku merasa sangat konyol membuang waktu di sini, aku seharusnya pergi mencari ayahku bukan mengenali mayat di sini. Kalian juga sangat konyol, apakah kalian kenal ayahku? Berdasarkan apa mengatakan dia sudah meninggal, banyak orang yang wajahnya mirip, kemungkinan besar kalian salah orang……”

“Nona Jian, setelah perbandingan DNA……” Suara tersebut belum selesai bicara.

Yuliana Jian berteriak memutuskan pembicaraan orang tersebut:”Aku tidak mendengarkan perbandingan, kalian melakukan banyak kelalaian saat mencari orang, mengapa sekarang secepat ini dalam urusan DNA?”

Orang itu melihat Yuliana Jian yang hampir hancur jiwanya, ekspresi wajahnya tidak berubah sama sekali, dengan dingin mengumumkan:”Hasil perbandingan kami tidak ada kesalahan, tolong Nona Jian tenangkan hati, segera kenali mayat.”

Yuliana Jian melihat orang itu, sekuat tenaga menggigit bibirnya:”Aku tidak ingin lihat……”

Yuliana Jian bersikeras untuk tidak membuka kain putih, dia tidak ingin mengakui di bawah kain putih tersebut adalah ayahnya, dia sangat takut sekarang, dia takut begitu dia yakin mayat tersebut adalah ayahnya, dia bahkan tidak memiliki alasan untuk membohongi dirinya, hanya bisa mengakui kenyataan bahwa ayahnya telah meninggalkan dirinya.

Saat ini Wirianto Leng menahan pundaknya, dengan suara rendah berkata kepada Yuliana Jian:”Yuliana, bukankah kamu ingin membawa ayahmu pulang? Jika memang benar ayahmu, apakah kamu benaran ingiin dia terus berbaring di sini?”

Yuliana Jian menangis berkata:”Tetapi……”

“Kamu harus tegar, bukan hanya sekarang, kelak kamu harus semakin tegar. Sekarang kamu harus membuka kain putih untuk mengenali identitas mayat.” Wirianto Leng berkata dengan suara rendah.

Mata Yuliana Jian memerah, dia melihat Wirianto Leng:”Kamu……kamu bantu aku……”

Wirianto Leng mengernyitkan dahi melihat Yuliana Jian, menggelengkan kepala perlahan-lahan:”Aku tidak akan membantumu, Yuliana kamu harus tegar, dengan demikian kita berdua baru bisa melewatinya bersama.”

Yuliana Jian menangis berkata dengan suara kecil:”Aku……aku tidak ingin tegar……”

Wirianto Leng memegang pundak Yuliana Jian dengan pelan, mengernyitkan dahi berkata dengan nada berat:”Maaf, menyuruhmu datang bersamaku.”

“Nona Jian, jika Anda bersikeras untuk tidak mengenali mayat, kami bisa menyimpan mayatnya sementara……” Sebelum orang tersebut selesai bicara.

Yuliana Jian menggelengkan kepala berkata dengan suara serak:”Tidak, aku……aku akan melihatnya……aku akan lihat sekali. Jika bukan…..Wirianto kamu harus menemaniku mencari ayah lagi. Tetapi aku merasa ini pasti bukan ayah, ayahku pasti masih ada di luar sana, aku tidak ingin dia berada di luar sendirian, dia sudah sangat tua, dua hari lalu aku masih melihat uban baru yang tumbuh di rambutnya, tidak boleh sendirian di tanah liar.”

“Aku janji.” Wirianto Leng menganggukkan kepala, berkata dengan serak.

Yuliana Jian menggigit bibir, dengan gemetaran berjalan mendekati mayat itu, dia dengan gemetar mengangkat tangannya, dengan hati-hati membuka 1 sudut kain putih, dari celah hanya terlihat 1 mata dari mayat. Yuliana Jian segera melepaskan tangan, jatuh terduduk di lantai dan menangis.

Hanya melihat 1 mata, Yuliana Jian langsung mengenali itu adalah ayahnya, mengendongnya naik tangga ketika kecil, mengandeng tangannya menyeberangi jalan raya, orang yang bahkan ingat namanya ketika kecerdasannya terganggu.

Yuliana Jian menangis tanpa suara, tangannya sekuat tenaga menahan dadanya, seluruh energinya telah habis, bahkan suara tangisan pun tidak sanggup dikeluarkan.

Hingga Wirianto Leng berjalan ke samping Yuliana Jian, memeluk Yuliana Jian. Barulah Yuliana Jian mengeluarkan suara tangisan:”Ayahku sudah meninggal…….sudah meninggal……aku sudah tidak punya ayah……”

Wirianto Leng memeluk erat Yuliana Jian, dia merapatkan bibirnya, tidak bisa mengucapkan satu pun kata penghiburan. Sebab kesedihan besar Yuliana Jian juga mempengaruhi dirinya, membuatnya lupa bagaimana caranya menghibur orang lain, dia mengangkat kepalanya saat melihat mayat Rishendy Jian setetes air mata juga jatuh dari sudut mata Wirianto Leng. Dia segera menutupi air matanya, memeluk erat Yuliana Jian.

Sekarang dia hanya bisa memeluk erat Yuliana Jian, dengan kaku dan berusaha lebih dekat dengan Yuliana Jian, seolah-olah dengan cara ini bisa berbagi lebih banyak kesedihannya Yuliana Jian.

Yuliana Jian menangis hingga kehabisan tenaga, tetapi Yuliana Jian tetap bertahan, mempertahankan kesadaran di ambang jatuh pingsan. Sangat mudah untuk jatuh pingsan, dia tidak perlu menghadapi semua ini, tetapi masih ada banyak hal yang ditunggu, jika dia pingsan, apakah akan terus membiarkan ayahnya tidur di kamar mayat yang dingin?

Yuliana Jian menggertakkan gigi mempertahankan nafas terakhir, perlahan-lahan berhenti menangis, berkata kepada Wirianto Leng:”Kamu papah aku bangun, kakiku tidak bertenaga.”

Wirianto Leng segera memapah Yuliana Jian bangun berdiri, setelah Yuliana Jian memaksakan diri berdiri dengan kokoh, sekali lagi membuka kain putiih penutup wajah ayahnya. Yuliana Jian melihat wajah Rishendy Jian, perlahan-lahan tersenyum, berkata dengan suara rendah:”Ayah, aku bawa kamu pulang.”

Selesai bicara, Yuliana Jian melihat polisi yang mengikutinya, berkata dengan serak:”Jasad ayahku, serahkan pada kami saja.”

Sesungguuhnya tidak ada yang dimiliki oleh Rishendy Jian, selain baju dan kotak kue tart yang terdapat kue tart mini di dalamnya. Yuliana Jian melihat kotak kue tart bertanya dengan suara serak:”Mengapa ada kue tart?”

Polisi menarik nafas panjang, berkata dengan berat:”Berdasarkan pesan Sally Jian, saat itu demi membujuk ayahmu keluar dari panti jompo, berjanji padanya untuk membelikanmu kue tart. Ketika sampai di mobil, ayahmu ribut lagi, demi menenangkannya terpaksa pergi beli kue tart. Kemudian ayahmu terus memegang kue tart tanpa pernah melepasnya, ketika kami menemukan jasad ayahmu, kue tart dilindungi di dadanya.”

“Kamu jangan bicara lagi……” Yuliana Jian sembari menangis sembari mengoyangkan tangan kepada polisi:”Tolong jangan teruskan, aku tidak tahan, jangan beritahu aku masalah ini. Jangan katakan, jangan katakan……”

Yuliana Jian ingin mengetahui semua rincian tentang kematian ayahnya, tetapi saat ini dia tidak sanggup menerima lebih banyak, dia hanya mendengar beberapa kalimat dari polisi, sudah membayangkan ayahnya sambil melindungi kue tart yang ingin diberikan padanya sambil ditikam oleh Michael Chu, Yuliana Jian hanya bisa memilih menghindar bagaikan pengecut.

Yuliana Jian mempertahankan sisa kekuatan tubuhnya untuk menerima jasad ayahnya, setelah pembakaran mayat selesai di siang hari, Yuliana Jian dan Wirianto Leng bersama-sama memeluk abu Rishendy Jian kembali ke villa. Fenny He yang selalu terkurung di villa segera lari menghampiri mereka ketika melihat Yuliana Jian:”Dimana Sally? Apakah kamu sudah menemukannya?”

Yuliana Jian dengan tidak bertenaga melihat Fenny He, dengan suara serak dan dingin berkata:”Kamu bisa meninggalkan keluarga Jian.”

“Apa maksudmu?” Fenny He tidak menyangka Yuliana Jian akan mengucapkan perkataan sadis seperti ini, segera bertanya:”Apa yang terjadi?”

Sebelumnya Yuliana Jian penuh kemarahan dan kebencian kepada Sally Jian, bahkan Fenny He juga terkena dampaknya. Tetapi sekarang dia bahkan tidak memiliki energi untuk membenci, dia hanya ingin menyuruh Fenny He meninggalkan kehidupannya selamanya, memberikan hukuman yang sepantasnya kepada Sally Jian.

Fenny He segera melihat kotak abu di tangan Yuliana Jian, segera bertanya:”Ini ada apa?”

Yuliana Jian menyentuh lembut kotak abu, dengan berat berkata:”Ini ayahku.”

Semua energi Yuliana Jian terkuras habis setelah melewati penyiksaan dalam satu malam. Bahkan ketika melihat jasad ayahnya masuk dalam pembakaran pun dia tidak mampu bersedih sama sekali, dia bagaikan kulit tanpa isi, hanya bertindak mengikuti prosedur.

“Apa?” Fenny He melotot:”Ada apa? Bagaimana dengan Sally?”

“Dia?” Yuliana Jian membalikkan kepala melihat Fenny He, berkata dengan dingin:”Aku akan membuatnya di penjara seumur hidup.”

“Kesalahan apa yang dia lakukan? Mengapa kamu bersikap demikian padanya? Dia adikmu.” Fenny He berteriak dengan panik.

Yuliana Jian berkata dingin kepada Fenny He:”Jika bisa, aku ingin sekali mencekik mati dia dengan tanganku.”

Yuliana Jian tidak hanya memikirkannya, dia hampir saja melakukannya. Setelah pembakaran mayat ayahnya, tadinya dia ingin pergi mencari Sally Jian, dia ingin mematikan Sally Jian, ingin lihat apakah Sally Jian punya hati. Tanpa kerjasama Sally Jian mana mungkin Michael Chu membawa keluar ayahnya dari panti jompo semudah itu?

Ayahnya dibunuh oleh Michael Chu tetapi Sally Jian adalah komplotannya. Tetapi Wirianto Leng mencegahnya, tidak mengijinkan dia bertindak sembarangan.

Fenny He mendengar pernyataan sadis Yuliana Jian, mendadak menyadari gawatnya masalah, dia segera bertanya:”Apakah Sally melakukan kesalahan? Walaupun bersalah, kamu tetap harus memaafkannya, kamu hanya punya 1 adik perempuan, dia masih kecil, masih tidak dewasa, kamu harus banyak mendidiknya……”

Yuliana Jian mengernyitkan dahi berkata kepada Wirianto Leng:”Bantu aku usir wanita ini.”

Wirianto Leng menganggukkan kepala, berbalik badan berkata kepada pengawal yang mengikuti di belakangnya:”Kamu bawa dia keluar.”

Fenny He saat ini baru mengalihkan pandangan kepada Wirianto Leng, walaupun saat ini Fenny He sedang galau dengan masalah Sally Jian, tetapi ketika melihat Wirianto Leng, masih saja tanpa sadar melotot matanya, merasa sangat terkejut dengan ketampanan Wirianto Leng. Tetapi selanjutnya dia mengernyitkan dahi, merasa sikap dingin Wirianto Leng membuatnya takut.

Saat ini pengawal mendorong Fenny He keluar, Fenny He pada saat didorong keluar berteriak kepada Yuliana Jian:”Yuliana, aku adalah keluargamu, kamu tidak bisa bersikap begini kepadaku!”

Yuliana Jian mengerahkan tenaga untuk menutup matanya, keluarga? Sebelum kemarin dia memang masih memiliki keluarga. Namun setelah kemarin, dia tidak memiliki satu pun anggota keluarga.

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu