Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 98 Kamu menggendong aku

Wirianto mengulurkan tangan dan menyeka air mata Yuliana, kemudian merangkul Yuliana dalam pelukan, Yuliana memeluk erat Wirianto. Jika beberapa bulan sebelumnya, Yuliana sama sekali tidak menyangka, Wirianto yang terlihat dingin, di luar dugaan justru di saat dia paling sulit dan menderita, dia lah yang memberikan dirinya kehangatan dan kelembutan.

Saat ini perasaan sedih Yuliana baru benar-benar keluar dari hatinya, hidupnya yang kalang kabut kembali mempunyai arah, dia ingin berusaha agar bisa terus bersama Wirianto. Ingin melahirkan dua orang anak dengan Wiranto, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan, pada hari libur dia akan membawa anak-anak bermain ke pantai, mengatakan pada mereka, bagaimana rupa kakek neneknya. Kemudian ingatan akan generasi sebelumnya juga perlahan akan berlanjut terus, orang tuanya juga akan selalu tinggal di sisinya dengan cara lain.

Yuliana tidak bisa menahan senyum, sambil memeluk Wirianto dan berkata : “Aku merasa sudah lebih baik, benar-benar jauh lebih baik.”

Wirianto merangkul Yuliana, dengan kepala tertunduk, melihat senyum di wajah Yuliana, Wirianto mengangkat tangan dan menyeka air mata yang tersisa di sudut matanya, dan berkata : “Sudah dibilang kamu sangat kuat.”

“Itu karena ada kamu di sisiku, aku baru menjadi kuat. Kalau tidak ada kamu, aku tidak tahu apa aku bisa bertahan.” Kata Yuliana penuh senyum.

Yuliana merasakan kehidupan manusia memang banyak jalan berlubang, saat tidak bisa melewatinya, Yuliana benar-benar ingin hancur bersama dengan Sally, berdua mati bersama untuk ikut dikuburkan bersama ayahnya. Namun setelah dilewati, melihat tujuan hidup yang baru, Yuliana baru menyadari pikiran pada saat itu begitu gila dan menakutkan.

Wirianto tersenyum dan berkata : “Kalau aku tidak ada di sisimu, kamu juga kuat.”

“Mengapa?” Yuliana mendongakkan kepala dan bertanya dengan alis mengkerut : “Apa mungkin kita akan berpiash? Kamu tidak menginginkan aku lagi?”

Dengan kernyitan di dahi, Wirianto menggeleng, namun tidak berkata apa-apa. Yuliana berjingkat, dengan lembut dia mengecup bibir Wirianto, lalu dengan senyum berkata : “Kelak bersama dirimu, adalah hal paling penting dalam hidupku, aku akan selalu lengket padamu, kamu tidak boleh tidak menginginkan aku!”

Selesai bicara, Yuliana menggandeng tangan Wirianto berjalan ke pinggir pantai dan duduk di situ. Angin meniup wajah Yuliana, Yuliana merasa nyaman dan memejamkan mata lalu bersandar pada bahu Wirianto.

Wirianto sangat diam, tidak mengatakan apa pun, Yuliana yang bersandar pada bahu Wirianto juga tidak berbicara. Mereka berdua duduk di pinggir pantai dalam diam, melihat matahari terbenam, pantai menjadi sedikit sejuk. Yuliana baru dengan senyum berkata pada Wirianto : “Ayo, kita kembali.”

Baru jalan beberapa langkah, tiba-tiba Yuliana memiringkan badannya, dan berkata : “Sshhh……kakiku tertusuk kulit kerang.”

Wirianto jongkok di depan Yuliana: “Aku akan menggendongmu.”

Yuliana segera tersenyum dan bertiarap pada punggung Wirianto, tangannya melingkari leher Wirianto, berkata : “Baiklah, beri kamu satu kesempatan untuk menggendongku. Berat tidak?”

Wirianto yang menggendong Yuliana di punggungnya menjawab : “Tidak berat, masih boleh gemuk sedikit lagi.”

Yuliana tertawa dan berkata : “Aku juga pikir begitu, setelah kita pulang nanti kamu buatkan makanan yang enak untukku, aku ingin makan tumis udang, kuah tulang dan labu, masih ada lagi jamur tumis sawi……”

Wirianto yang menggendong Yuliana, seiring dengan kata-kata yang diucapkan Yuliana, juga perlahan muncul senyum di wajahnya : “Baiklah, kamu ingin makan apa, akan kubuatkan untukmu.”

Sambil tertawa Yuliana bertiarap ke bahu Wirianto : “Ehm, kelak aku akan sering-sering menonton acara kuliner, ada yang enak akan kukasih tahu, agar kamu memasaknya untukku. Tunggu kita punya anak, kita tidak perlu pengasuh, kamu membuat makanan untuknya, aku menemaninya bermain. Tetapi kalau anak kecil ribut juga hal yang repot, aku tidak bisa bangun tengah malam untuk membujuknya. Ehm, kalau dipikir-pikir, kita masih harus ada seorang pengasuh……”

Yuliana dengan cerewet membicarakan masa depan dirinya dan Wirianto, Wirianto mendengarkan dengan alis mengkerut dan perlahan berjalan ke depan. Sampai di vila, Wirianto menggendong Yuliana ke atas ranjang, saat membaringkan dia, Yuliana sudah terlelap. Wirianto menyelimutkan Yuliana, lalu tiba-tiba ponselnya berdering.

Wirianto segera menerima panggilan, mendengar jawaban dari ujung telepon sana, dahi Wirianto mengernyit dan memejamkan mata, dengan suara rendah berkata : “Kalau di sana juga bisa ditemukan, dan tidak aman, maka tidak ada tempat yang lebih aman lagi untuk aku bisa melindunginya. Kecuali……”

Sambil berkata, Wirianto menoleh dan melihat Yuliana yang tidur nyenyak, dengan suara berat berkata : “Aku hanya bisa mengubah rencana.”

Lalu Wirianto memutuskan panggilan, perlahan berjalan ke samping Yuliana, mengangkat tangan pelan-pelan mengusap pipinya, kemudian memeluk erat Yuliana.

Yuliana terbangun karena matahari yang menyilaukan mata, dia membuka mata dan melihat langit biru di luar jendela, dan tidak bisa menahan senyum. Sambil tersenyum dia membalikkan badan, tapi tidak melihat Wirianto, dia segera beranjak dari ranjang, memakai sandal dan lari ke dapur. Bersandar pada pintu dapur, Yuliana melongokkan kepalanya, ternyata benar mendapati Wirianto sedang membuat sarapan.

Sambil tersenyum Yuliana berjalan mendekat, dan memeluk Wirianto dari belakang : “Mengapa bangunnya awal sekali?”

Wirianto sambil memotong sayur sambil menjawab dengan penuh senyum : “Karena mau membuatkan makanan untukmu. Bukankah kemarin kamu sudah memesan beberapa menu makanan? Kalau aku tidak memasak untukmu, aku yang jadi suami ini bukankah sangat tidak bertanggung jawab?”

“Cepat kasih aku lihat, CEO Leng yang masuk ke dapur, masih tampan tidak?” Sambil berkata, dia menyembulkan kepalanya untuk melihat wajah Wirianto.

Kemudian Yuliana tersenyum, mengecup pelan sudut bibir Wirianto, lalu mengangguk sambil berkata : “Ehm, lumayan, CEO Leng yang sedang memasak, masih sama tampannya.”

Wirianto tersenyum dan melirik Yuliana : “Sudah gosok gigi?”

Yuliana menyesap bibir lalu menggeleng.

Wirianto tersenyum lagi dan bertanya : “Sudah cuci muka?”

Yuliana masih tetap menyesap bibir, dan menggeleng, memeluk Wirianto dan berkata : “Aku tidak ingin pergi, aku ingin memelukmu. Bagaimana ini CEO Leng, kamu begitu berbakat dan elegan, malah mencari wanita jorok sepertiku, ini bukankah Tuhan sedang mempermainkan kamu? Aku sungguh merasa sedih untukmu.”

“Jangan manja dan cerewet, pergi cuci muka gosok gigi, kemudian makan.” Wirianto meletakkan pisau sayur, lalu berbalik dan mengecup sudut bibir Yuliana : “Cepat pergi.”

Yuliana mengisut hidungnya, dan menggerutu : “Kamu mengeluh aku bau?”

Sambil tersenyum Wirianto mengangguk : “Ada sedikit.”

Yuliana mengulurkan jarinya dan menyentuh kepala Wirianto, dengan senyum berkata : “Kamu juga berubah menjadi jelek, mulai mengeluh tentangku. Pria ternyata memang tidak bisa diandalkan. Kelihatannya aku tidak boleh melonggarkan sikap waspada, harus mempertahankan bentuk yang sempurna untuk selalu di sampingmu, tunggu aku menjadi wangi, akan membuatmu terpesona.”

Selesai bicara, sambil tersenyum Yuliana berbalik dan keluar dari dapur. Wiranto melihat bayangan punggung Yuliana, pelan-pelan menarik senyumnya, berpaling dan melihat ke arah luar jendela, lalu mendesah pelan. Saat Yuliana sudah kembali, Wirianto telah meletakkan makanan di atas meja makan. Yuliana mengambil sepotong sayur, mencicipi, lalu segera mengangguk penuh senyum dan berkata : “Rasanya sangat enak, tidak disangka keterampilan masakmu begitu bagus!”

Sambil tersenyum Wirianto bertanya : “Bukannya sudah pernah makan masakan aku? Mengapa masih merasa di luar dugaan?”

Yuliana menggeleng dan berkata : “Dulu yang dimasak selalu bubur yang kamu suapin padaku, aku masih belum benar-benar makan sayur yang dimasak olehmu, bagaimana mungkin tidak merasa di luar dugaan.”

Selagi bicara, Yuliana mengambil sayur lagi, angguk berulang kali : “Api masaknya begitu baik, CEO Leng sebenarnya keterampilan kamu begitu baik, tidak berencana untuk buka restoran? Kita juga tidak perlu mengurus masalah keluarga Leng, kamu memasak aku mengurus pembukuan, bukannya cukup menarik.”

Mendengar Yuliana berkata seperti itu, mata Wirianto terkulai, sambil tersenyum dan menggeleng : “Saat ini aku masih belum punya kekuatan, untuk melakukan apa yang diinginkan. Kalau aku hanyalah cabang simpang keluarga Leng, mungkin bisa melepaskan diri dan pergi. Namun aku Wirianto Leng, tidak ada orang yang akan memberikan kesempatan ini untukku. Begitu aku melemah, sekutu aku akan mencampakkan diriku, musuhku akan berusaha agar aku selamanya tidak bisa bangkit berdiri. Dan saat ini aku sudah lama dalam posisi ini, juga tidak akan terbiasa dengan kehidupan orang biasa.”

Mendengar kata-kata Wirianto, Yuliana perlahan meletakkan sumpit yang ada di tangan, dan berkata : “Barusan aku merasa sangat senang, bicara tanpa pikir panjang, kamu jangan anggap serius. Aku tahu kesulitanmu, aku juga cuma bicara sembarangan, jangan kamu anggap serius.”

Wirianto mengangguk : “Aku tahu, sekarang aku memasak untukmu, bukankah kamu juga harus melakukan sesuatu untukku?”

Yuliana menggigit bibirnya, dengan senyum berkata : “Aku akan memijatmu?”

Wirianto melihat pada Yuliana : “Sambil rendam sauna sekalian memijat?”

Yuliana mengangguk, lalu wajahnya menjadi merah, menunduk dan makan dengan cepat. Wirianto melihat wajah Yuliana yang mendadak menjadi merah, lalu bertanya penuh senyum : “Ada apa denganmu? Wajah menjadi merah begitu?”

Yuliana buru-buru mengucek pipinya sendiri, dengan gugup bertanya : “Hah? Apa wajahku sangat merah? Sangat jelas?”

Wirianto mengangguk : “Sangat jelas sekali, kamu menyebut sauna lalu memijat, setelah itu wajahmu merah. Jadi, kamu telah memikirkan bayangan apa, yang membuat wajahmu merah seperti itu?”

Yuliana mengerjapkan matanya, lalu cepat menggeleng, menutupi ekspresi kaget di wajahnya : “Aku, aku tidak membayangkan apa-apa, aku bukan wanita yang dalam kepalanya penuh dengan film jorok seperti yang kamu pikirkan, aku hanya merasa sehat begitu teringat akan sauna, kemudian pijat, lalu tubuh saling bersentuhan, lalu……”

Berkata sampai di sini, wajah Yuliana memerah dan menunduk, lalu berkata : “Baiklah, barusan aku memang kepikiran bayangan yang tidak sehat. Ini juga tidak bisa menyalahkan aku, sauna dan pijat saling bersatu, siapapun akan berpikir tidak-tidak.”

“Kita sudah lama tidak terjadi hubungan, kondisi tubuhmu juga sudah pulih. Sesuai dengan kata-kata orang dewasa, itu adalah bayangan yang sehat.” Kata Wirianto sambil tersenyum.

Kepala Yuliana menunduk semakin dalam, dengan murung menjawab : “Ehm……iya sehat.”

Melihat rupa Yuliana, Wirianto tidak bisa menahan senyum, namun di matanya malah tersembunyi belas kasihan, dia tersenyum dan berkata : “Kalau kamu bisa menerimanya, maka kita lakukan. Akhir-akkhir ini kondisi tubuhku juga lumayan, bisa memuaskan semua permintaan kamu.”

“Baik……” Yuliana menelungkup di atas meja makan, saking malu hingga tidak ada muka lagi, lehernya yang terlihat sudah merah bagaikan udang di atas meja yang telah di masak.

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu