Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 141 Izinkan Mereka Untuk Bertemu

Pada akhirnya Peggy He mabuk, Yuliana Jian mau tidak mau harus mengambil ponsel Peggy He dan menelepon sekretaris Peggy He.

Setelah sang sekretaris setelah mendapatkan panggilan segera datang untuk menjemput mereka. Untung saja Peggy He sudah menyiapkan satu kamar hotel untuk Yuliana Jian. Setelah Yuliana Jian menggendong Melly Jian memasuki kamar hotel, dia menutup pintu, menaruh Melly Jian di atas ranjang dan menyelimutinya lalu Yuliana Jian berjalan ke kamar mandi.

Yuliana Jian menanggalkan pakaiannya dan berdiri di dalam kamar mandi, dia menyalakan shower. Ketika air hangat menyentuh tubuhnya, Yuliana Jian memejamkan matanya. Dia sedikit mengadahkan kepalanya dan membiarkan air membasahi dirinya, dia sudah sangat lama tidak mandi dengan senyaman ini dengan air hangat. Ketika sedang di penjara, jam mandi mereka memiliki ketentuan dan suhu airnya sangat dingin.

Yuliana Jian terus mandi hingga tangannya sudah berkeriput, dia baru memakai jubah mandi dan berjalan keluar dari kamar mandi. Yuliana Jian kembali ke pinggir ranjang dan tidur di sebelah Melly Jian. Dari sisi Yuliana Jian, kebetulan bisa melihat ke arah jendela dan melihat cahaya-cahaya yang indah di luar sana. Suasana di dalam penjara setiap malamnya terlalu hening, Yuliana Jian sudah lupa sudah berapa lama dia tidak melihat cahaya malam yang begitu indah.

Tiba-tiba Yuliana Jian memiliki perasaan seperti kembali ke dunianya.

Pada saat ini Melly Jian mengeluarkan suara, dia sedang bergumam di dalam mimpinya. Yuliana Jian dapat mendengar Melly Jian mengucapkan kata 'makan.'

Yuliana Jian bergegas menepuk-nepuk Melly Jian, Melly Jian pun bersandar pada dada Yuliana Jian dan melanjutkan tidurnya. Yuliana Jian mencium kening Melly Jian dengan pelan dan memeluknya. Yuliana Jian tidak bisa menahan senyumannya, akhirnya dia sudah bebas, akhirnya dia sudah dapat memberikan kehidupan yang lebih baik untuk Melly Jian.

Wirianto Leng terduduk sendirian di dalam villa dalam waktu yang cukup lama. Hingga langit berubah menjadi gelap barulah dia beranjak dan berbicara kepada Linardi Zhang : "ayo pergi, siapkan mobil untukku. Aku ingin kembali ke Mansion Keluarga Leng."

Linardi Zhang segera membawa secangkir teh ginseng kepada Wirianto Leng berkata: "Direktur Leng sebaiknya Anda minum secangkir teh ginseng terlebih dahulu baru pergi. Raut wajah Anda yang sekarang tidak terlihat baik."

Wirianto Leng sedang terluka, wajahnya pucat. Jika kembali ke rumah, akan mudah terlihat oleh orang-orang bahwa dia sedang sakit. Wirianto Leng menyesap teh ginseng dengan ringan, wajahnya tidak lagi tampak pucat dan menakutkan.

Lalu Wirianto Leng beranjak dan keluar dari villa. Dia masuk ke dalam mobil dan kembali ke Mansion Keluarga Leng. Seperti biasanya setiap kali dia masuk ke Mansion Keluarga Leng, dia akan pergi ke kamar Nyonya Tua Leng untuk berbincang-bincang dengannya.

Begitu melihat Wirianto Leng, Nyonya Tua Leng segera berbicara dengan dingin: "Wirianto, apakah kamu tahu Yuliana Jian sudah keluar dari penjara!"

Wirianto Leng menganggukkan kepalanya dan tersenyum berkata: "aku mengetahuinya. Tetapi apakah itu ada hubungannya denganku?"

Nyonya Tua Leng mendengus: "tetapi dia sedang menyelidiki kembali kasus tersebut, itu dapat diartikan bahwa dia tidak membunuh orang pada saat itu. Apakah kamu tidak ingin berbalikkan dengan dia?"

"Jika dia menyelidiki kembali kasus tersebut 4 tahun yang lalu, mungkin saja aku akan memilih untuk kembali bersamanya."

Wirianto Leng dengan suara rendah dan mengerutkan keningnya berkata: "tetapi sekarang aku sudah memiliki keluargaku sendiri dan aku sudah melupakan siapa itu Yuliana Jian. Begitu teringat masa lalu aku pun juga tidak tahu mengapa aku bisa menyukai wanita itu. Sekarang bagiku yang terpenting adalah mengatur Keluarga Leng dengan baik, dan mendidik Wibowo Leng dengan baik, agar Keluarga Leng menjadi semakin kuat. Aku sudah tidak mempedulikan masalah lain. Lagipula jika membahas Nyonya Muda Keluarga Leng, aku merasa Cindy jauh lebih cocok."

"Cindy?" Nyonya Tua Leng mendengus lalu menutup mulutnya dan mulai terbatuk.

Selama beberapa tahun ini Nyonya Tua Leng sudah semakin menua. Dulu dia sudah berselisih dengan August Leng selama bertahun-tahun. Ketika dia menyadari keberadaan Wirianto Leng, kekuasaan Wirianto Leng sudah jauh lebih kuat dibandingkan yang dulu, dia sudah menelan banyak kekuasaan Keluarga Leng dan akhir-akhir juga sudah memojokkan pembantu terhebat Nyonya Tua Leng hingga meninggal, pembantu itu merupakan orang yang paling mendukung dia di dalam Keluarga Besar Leng.

Karena hal inilah Nyonya Tua Leng baru menyadari Wirianto Leng dan tanpa disadari kekuasaan Wirianto Leng di dalam Keluarga Leng sudah melebihi dirinya! Orang-orang sudah tidak menanyakan banyak masalah kepadanya melainkan bertanya kepada Wirianto Leng. Pada bagian inilah yang membuat Nyonya Tua Leng sangat tidak senang!

Nyonya Tua Leng segera berbicara dengan dingin: "bagus juga jika kamu sudah melupakan wanita itu. Sekarang ini kamu sudah menyinggung terlalu banyak orang. Berhati-hatilah akan ada orang yang membalaskan dendam mereka karena mereka memang benar sudah difitnah."

"Aku memang berharap akan ada orang yang akan membalaskan dendam mereka." Wirianto Leng tersenyum dingin berkata: "dengan begitu aku dapat melihat siapa yang merupakan musuhku dan siapa yang merupakan temanku."

Begitu Wirianto Leng selesai berbicara, dia segera beranjak dan tersenyum ke arah Nyonya Tua Leng berkata: "jika tidak ada hal lain yang ingin nenek bicarakan, maka aku akan pergi terlebih dahulu. Aku masih ingin melihat Wibowo Leng."

Setelah Wirianto Leng selesai berbicara, dia segera membalikkan badan dan keluar dari kamar Nyonya Tua Leng. Nyonya Tua Leng menatap punggung Wirianto Leng sambil mengerutkan keningnya dan mendengus: "huh, semakin kurang ajar saja. Semuanya sama saja, tidak ada satu pun yang bisa membuatku tenang!"

Pembantu wanita menuang secangkir teh dan membawanya kemari. Pembantu wanita ini sangat setia kepada Nyonya Tua Leng selama bertahun-tahun. Begitu melihat wajah marah Nyonya Tua Leng, pembantu itu berkata dengan pelan: "Nyonya Tua, menurut Anda apakah Tuan Muda Pertama benar-benar sudah melupakan wanita yang bernama Yuliana Jian itu?"

Nyonya Tua Leng mengangkat alisnya dengan ringan dan berkata dengan suara dingin, "Bagaimana aku mengetahuinya? Aku ini sekarang tuli! Aku buta! Bagaimana aku bisa tahu isi pikiran Direktur Leng?"

Ucapan Nyonya Tua Leng ini bukan ucapan marah, memang benar selama beberapa tahun ini kekuasannya semakin melemah. Dia tidak tahu apa yang sedang dilakukan Wirianto Leng akhir-akhir ini dan dia sudah tidak bisa menaruh mata-mata di sekitar Wirianto Leng. Sebenarnya Nyonya Tua Leng merasa curiga karena sebelumnya kekuasaan Wirianto Leng tidak sekuat ini. Dia tidak mengerti mengapa dalam waktu singkat Wirianto Leng bisa menjadi begitu kuat? Apakah ada orang yang sedang membantunya?

Pembantu wanita itu melihat sekilas ekspresi Nyonya Tua Leng dan berkata dengan pelan: "sebenarnya aku merasa Tuan Muda Pertama masih mempedulikan wanita yang bermarga Jian itu. Bagaimana jika menggunakan wanita itu........"

"Tidak boleh berbuat seperti itu." Nyonya Tua Leng mengerutkan keningnya berkata: "sekarang ini kita tidak tahu isi pikiran Wirianto. Jika kamu tiba-tiba menculik Yuliana Jian dan anaknya dan bagaimana jika ternyata tidak dapat digunakan untuk mengancam Wirianto Leng? Mungkin saja dia tidak akan peduli jika Yuliana Jian dan anaknya terluka, tetapi dia tidak mungkin tidak peduli dengan ancamanmu! Meskipun kita tidak mengakui putri dari Yuliana Jian itu, tetapi pada dasarnya itu merupakan darah daging Wirianto Leng. Kamu kira orang lain tidak akan menjebak mereka? Tetapi ada berapa orang yang benar-benar berani mengancam mereka? Posisi mereka saat ini sangat unik. Tidak ada orang yang yakin 100% dapat menggunakan mereka untuk mengatur Wirianto Leng. Lagipula karena takut akan menyinggung Wirianto Leng, tentu saja mereka tidak berani bertindak dengan gegabah terlebih sekarang mereka sudah keluar dari penjara dengan aman. Tidak, masih ada satu orang lagi yang berani menyentuh mereka. Orang gila itu......."

Begitu Nyonya Tua Leng berbicara hingga ke tahap ini, dia tidak bisa menahan untuk tidak mendengus: "memang benar orang gila, demi seorang wanita saja bisa membunuh orang dan membuat kebakaran!"

"Bagaimana dengan Tuan Muda Kedua?" Pembantu wanita bertanya dengan pelan sambil mengerutkan keningnya: "akhir-akhir ini kekuasaan Tuan Muda Kedua juga mengalami penurunan. Lagipula bukannya akhir-akhir ini juga berselisih dengan Anda? Bagaimana jika kita memanfaatkan kesempatan ini untuk menghabisi dia?"

Nyonya Tua Leng mengerutkan keningnya berkata: "sekarang ini hal paling penting yang harus kita lakukan adalah bekerjasama dengan yang lain. Jika terus berselisih, maka Wirianto akan semakin kuat! Lalu apakah mungkin dia masih menghormati neneknya? Meskipun cucu kandung pun jika aku tidak memiliki kekuasaan apakah dia akan benar-benar menganggap aku sebagai neneknya?"

Nyonya Tua Leng setelah selesai berbicara pun menyesap tehnya lalu mengerutkan keningnya dan bertanya dengan dingin: "mengapa teh ini rasanya seperti ini? Dimana teh yang biasanya aku minum itu?"

Pembantu wanita ragu-ragu sejenak dan berkata dengan pelan: "Nyonya Muda yang melakukannya. Dia memerintah pembantu untuk mengganti tehnya. Dia mengatakan teh yang biasa Anda minum terlalu mahal, dia pun mengurangi pengeluarannya. Lalu dia mengatakan teh ini sedikit lebih murah dan meminta Anda menyesuaikannya."

Nyonya Tua Leng segera membanting cangkir teh ke lantai. Tubuhnya bergetar karena amarah dan berteriak: "dia ini memang semakin kurang ajar! Beberapa tahun yang lalu, dia masih begitu penurut dan baik. Sejak melahirkan seorang putra dia sudah semakin kurang ajar! Masih lebih baik Yuliana Jian! Dia berani-beraninya mengatur teh milikku! Ada apa dengan Keluarga Leng ini? Apakah sudah mau runtuh? Hingga uang untuk teh aku saja sudah dikurangi! Tetapi aku tidak melihatnya berhemat melainkan beli banyak pakaian! Memang semuanya salah Wirianto yang sudah terlalu memanjakannya, menuruti semua perkataannya, melindunginya hingga nama anaknya saja dia yang memberikannya sehingga membuatnya menjadi begitu sombong!"

Nyonya Tua Leng sambil berbicara sambil menyipitkan matanya dan berkata dengan kejam: "Cindy Gu kamu memang datang di saat yang tepat. Kamu datang di saat kekuasaan Wirianto sedang menguat, kamu itu memang lebih beruntung daripada Yuliana Jian! Tetapi aku ingin memberitahumu cara menjadi cucu menantu yang baik. Kamu sudah kelewatan dalam banyak hal!"

Begitu Nyonya Tua Leng berbicara sampai di sini, dia menoleh menatap pembantu wanita dan tersenyum berkata: "kamu cari orang untuk memberitahu kepada Cindy Gu bahwa wanita bernama Yuliana Jian sudah keluar dari penjara. Lalu cari kesempatan buat mereka bertemu. Aku juga ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk melihat apakah Wirianto lebih mementingkan Cindy Gu dan putranya atau lebih mementingkan Yuliana Jian dan putrinya? Sekalian membuat Cindy Gu menjadi tidak senang. Memangnya kenapa dengan Cindy Gu bisa melahirkan seorang putra untuk Wirianto Leng? Yuliana Jian juga bisa melahirkan seorang putri untuk Wirianto Leng!"

Setelah Nyonya Tua Leng selesai berbicara, dia menghembuskan nafas dengan panjang dan tersenyum pahit tak berdaya: "hehe.....aku memang sudah tua dan sudah tidak berguna. Bisa-bisanya aku menggunakan cara rendahan seperti ini untuk menyusahkan orang lain. Jika dulu aku paling tidak senang dengan cara rendahan seperti ini."

Pembantu wanita menyelimuti Nyonya Tua Leng dan berkata dengan pelan: "Nyonya Tua Anda jangan berpikir terlalu banyak, sebaiknya Anda cepat beristirahat. Memangnya kenapa dengan cara rendahan? Tidak apa-apa menggunakan cara rendahan seperti ini selama Anda bisa merasa tenang."

Nyonya Tua Leng merentangkan alisnya dan menghembuskan nafas dengan panjang sambil tersenyum berkata: "benar juga, masuk akal juga. Betul selama cara itu bisa digunakan siapa yang peduli dengan cara rendahan atau tidak?"

Begitu Nyonya Tua Leng selesai berbicara, dia memejamkan matanya dan tertidur. Pembantu wanita yang berada di samping pun melihat mengerutkan keningnya ketika melihat Nyonya Tua Leng yang sudah tertidur lelap. Dia menyadari Nyonya Tua Leng memang sudah semakin menua, hingga tidak tahu kapan bisa meninggal mendadak.

Novel Terkait

Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu