Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 243 Sebagai Pemberian Gratis

Yuliana Jian segera mendorong Wirianto Leng dan berkata sambil mengerutkan dahi, "Anak kecil bukan digunakan untuk bermain."

Setelah selesai berkata, Yuliana Jian tanpa bisa ditahan juga tertawa, menunjuk kamar Melly Jian dan berkata, "Selain itu jelas sekali anak kecil yang mempermainkan kami."

Wirianto Leng tersenyum sambil bertanya pada Yuliana Jian, "Kamu masih mau lanjut menunggu?"

Yuliana Jian menganggukan kepala, "Bukankah kamu bilang Melly juga adalah seorang wanita? Sebagai wanita, kalau aku marah di saat seperti ini, tidak ada orang yang mempedulikanku, tidak ada yang menghiburku, aku akan semakin marah!"

Wirianto Leng mengerutkan dahi menatap Yuliana Jian, "Kalau begitu kamu masih mau tunggu berapa lama?"

Yuliana Jian mengerutkan dahi menatap pintu kamar Melly Jian dan berkata rendah, "Tentu saja harus menunggu dia buka pintu dong."

Wirianto Leng mengerutkan dahi dengan tidak berdaya, menatap Yuliana Jian, dan menggeleng pelan, "Kalau kamu seperti itu, akan membuat dia kebiasaan dimanja."

Yuliana Jian memiringkan kepala menatap Wirianto Leng, "Ini namanya memanjakan?"

Wirianto Leng mengangguk dan berkata, "Sebenarnya aku merasa kamu sudah terlalu memanjakannya."

Yuliana Jian mengerutkan dahi dan melambaikan tangan ke arah Wirianto Leng, "Sudahlah, kamu pergi saja. Masalah aku dengannya, aku akan berusaha menyelesaikannya. Aku lebih baik memanjakannya, daripada membuat dia merasa tidak disayangi. Kamu pergi melihat Melvin, jangan kita semua mengelilingi Melly, dan membuat dia tidak disayangi. Meskipun dia kelihatannya dingin, tapi dia juga anak kecil, tidak boleh menghiraukan perasaannya."

Wirianto Leng tersenyum sambil mengangguk dan menghela napas, "Menjadi orang tua benar-benar adalah satu hal yang merepotkan."

Yuliana Jian berkata menghadap punggung Wirianto Leng, "Kamu baru mengerti?"

Yuliana Jian terus berada di samping kamar Melly Jian. Tidak tahu menunggu berapa lama, pintu kamar Melly terbuka sedikit. Wajah Melly Jian yang masih penuh dengan air mata menengok keluar. Ketika Melly Jian melihat Yuliana Jian, Melly Jian tersenyum sebentar, meskipun kemudian mengerucutkan bibir, dan kembali masuk ke dalam kamar.

Yuliana Jian melihat jam sebentar, lalu mengetuk pintu kamar Melly Jian, dan berkata sambil tersenyum, "Melly? Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa bersembunyi di dalam kamar terus? Cepat makan malam, mau keluar makan malam bersama tidak?"

Melly Jian baru mendengus dan keluar dari kamar. Setelah keluar dari kamar, ketika Melly Jian melihat Yuliana Jian, dia mendengus lagi, baru berjalan ke depan. Saat turun ke lantai bawah, sayuran sudah siap di atas meja. Wirianto Leng menengadahkan kepala menatap Yuliana Jian dan Melly Jian, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku baru saja mau memanggil kalian makan, kenapa sudah turun?"

Melly Jian menyipitkan mata, dan menatap Wirianto Leng dengan tatapan benci. Kemudian dia berjalan ke samping meja makan. Ketika Melly Jian melihat Melvin, kira-kira merasa sekarang dia dan Melvin sama-sama sebagai 'pemberian gratis', jadi Melly Jian berkata sambil tersenyum kepada Melvin, "Kakak, aku hari ini duduk di sampingmu, kita makan bersama yuk? Kamu suka makan apa? Aku bantu ambilkan!"

Melvin mengerutkan dahi menatap Melly Jian, dan langsung duduk di tempat paling jauh dari Melly Jian, "Aku suka semua makanan yang kamu tidak suka."

Karena mendapatkan serangkaian tekanan, ketika melihat Melvin pergi, mata Melly Jian seketika berkaca-kaca. Yuliana Jian memanfaatkan kesempatan duduk di samping Melly JIan dan berkata sambil tersenyum, "Melly, tidak apa-apa. Ibu duduk di sampingmu. Ibu makan bersamamu."

Melly Jian menatap Yuliana Jian sekilas, lalu makan dengan tetap mengerucutkan bibir. Yuliana Jian tersenyum lalu mengapitkan sayuran kesukaan Melly Jian, Melly Jian kemudian baru makan dengan tidak rela. Yuliana Jian melihat Melly Jian bersedia makan, langsung menghela napas lega.

Saat ini Yuliana Jian tiba-tiba mendengar tawa seseorang. Dia menoleh ke arah suara, dan melihat Wirianto Leng sedang duduk dengan menahan tawa di samping. Yuliana Jian langsung membelalakan mata ke arah Wirianto Leng, lalu menolehkan kepala, menatap Melly Jian.

Melly Jian sepertinya sangat puas terhadap cara kerja Yuliana Jian, setelah makan, dia membalikkan tubuh, duduk di hadapan Yuliana Jian, dan berkata, "Kalau begitu malam ini ibu tidur bersamaku ya."

Berkata sampai sini, Melly Jian melihat ke arah Wirianto Leng dan berkata dingin, "Aku tidak mau makan kue dan kaki ayam lagi!"

Yuliana Jian langsung mengangguk, "Boleh, boleh, malam ini ibu dan Melly tidur bersama."

Melly Jian baru turun dan menggandeng tangan Yuliana Jian, akan berjalan ke lantai atas. Wirianto Leng segera berjalan ke sana, menggandeng tangan Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum, "Melly, malam ini ibu masih akan tidur bersama ayah. Kedepannya akan seperti ini terus."

Yuliana Jian mengerutkan dahi menatap Wirianto Leng, "Dia masih seorang anak kecil ..."

Wirianto Leng tersenyum ke arah Yuliana Jian, "Jangan kira dia sekarang membutuhkanmu, adalah benar-benar membutuhkanmu. Dia hanya tidak ingin kehilangan saja, ingin terus menempel padamu. Setelah dia lebih besar, mempunyai kehidupannya sendiri, dan kalau kamu mau tidur dengannya, dia pasti akan tidak suka. Pada akhirnya dia akan memiliki kehidupannya sendiri, tapi kita hanya mempunyai satu sama lain. Jangan sampai membuat dia timbul perasaan yang salah, membuat dia merasa bisa mengganggu hubungan kita."

Mendengar perkataan Wirianto Leng, Yuliana Jian langsung mengerutkan dahi. Dia memang saat menghadapi anak-anak, akan memanjakan mereka. Tapi Yuliana Jian mengerti satu cara, mungkin bagi anak-anak, itu bukanlah satu hal yang buruk. Yuliana Jian berpikir sebentar, menggigit bibirnya, lalu berjongkok pelan-pelan dan berkata pada Melly Jian, "Melly, ibu mau tidur bersama ayah malam ini. Melly tetap harus tidur sendirian ..."

Melly Jian langsung menangis, "Kenapa? Kenapa Melly harus tidur sendirian? Ibu jangan pedulikan ayah, tidur bersama Melly saja!"

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng sekilas, lalu menggelengkan kepala ke arah Melly Jian, "Tidak boleh, Melly. Ibu bisa menunggumu di depan kamarmu untuk menunggu amarahmu reda, tapi tidak boleh demi kamu tidak mempedulikan ayah. Melly, kamu harus menerima masalah ini. Melly bukanlah satu-satunya keluarga ibu, ibu masih memiliki ayah dan Melvin. Ibu juga bukan satu-satunya keluarga Melly, Melly juga memiliki kakak dan ayah. Kita bukan hanya dua orang lagi di dunia ini. Kita masih mempunyai anggota keluarga lain. Bahkan, Melly masih memiliki lebih banyak keluarga, kedepannya mungkin kamu juga akan mempunyai suami dan anak."

Melly Jian menangis sambil menatap Yuliana Jian kemudian menggelengkan kepala, "Ibu ..."

Yuliana Jian menatap Melly Jian sambil mengerutkan dahi dan berkata, "Apa Melly tahu? Kakakmu tidak pernah tidur bersama ayah dan ibu. Yang Melly dapatkan sudah sangat banyak, apakah bisa membiarkan ibu membagikan waktu untuk menemani ayah dan kakak?"

Melly Jian menundukkan kepala dan berkata dengan kasihan, "Apakah ibu kedepannya tidak akan menemani Melly tidur lagi?"

Yuliana Jian berpikir sebentar lalu mengangguk pelan, "Mungkin seperti itu."

Melly Jian langsung membalikkan badan dan naik ke lantai atas sambil menangis. Yuliana Jian awalnya ingin mengejar, tapi Wirianto Leng menghentikannya dan menggelengkan kepala, "Ini seperti putus cinta, dia perlu melewatinya sendirian."

Yuliana Jian tanpa bisa ditahan mengerutkan dahi menatap Wirianto Leng dan bertanya dengan suara kecil, "Perbandingan apa itu?"

Tapi Yuliana Jian tidak sempat mengejar Melly Jian, hanya bisa kembali duduk di sofa dan menghela napas, "Wirianto, bukankah kamu memasang CCTV? Apakah bisa menyuruh orang mengawasi kamar Melly? Kalau ada sesuatu, kita juga bisa tahu."

Wirianto Leng langsung menganggukan kepala dan menelpon. Melvin menatap semua itu, berdiri, lalu berkata pada Yuliana Jian dan Wirianto Leng, "Tuan Leng, Nona Jian, aku kembali ke kamar dulu."

Setelah selesai berkata, Melvin berbalik dan berjalan ke atas. Yuliana Jian berkata sambil memandang punggung Melvin, "Jelas-jelas adalah kembar, kenapa sifat mereka berbeda jauh? Yang satu sangat menempel, yang satu sangat dingin."

Wirianto Leng membawa ponsel, berjalan ke samping Yuliana Jian, lalu berkata sambil tersenyum, "Melly sudah tidur. Anak-anak sebenarnya tidak selemah yang kita bayangkan. Kadang kala menjaga jarak, juga baik bagi mereka."

Yuliana Jian mengangguk, lalu menatap Wirianto Leng, "Kamu pandai juga mengajar anak."

Wirianto Leng tersenyum sambil berkata, "Sebelumnya saat sendirian, karena terlalu bosan, aku membaca beberapa buku. Aku awalnya kira aku tidak akan melaksanakan aturan-aturan itu seumur hidup ini atau menjadi ayah sebenarnya. Tidak disangka sekarang malah ada kesempatan seperti ini. Terima kasih kamu memberikan kesempatan ini padaku."

Yuliana Jian mennatap Wirianto Leng sambil tersenyum, "Kalau begitu kedepannya kamu lebih banyak ingatkan aku. Kadang kalau aku terlalu memanjakan mereka. Kamu perlu bantu aku."

Wirianto Leng tersenyum dan mencium ujung bibir Yuliana Jian, "Aku sangat bersedia membantumu."

Berkata sampai sana, Wirianto Leng menunduk dan semakin memperdalam ciuman itu. Yuliana Jian segera mengulurkan tangan dan mendorong Wirianto Leng, "Tubuhku masih belum pulih, jangan terus menciumku. Bagaimana kalau terjadi 'kecelakaan' lagi. Aku mungkin harus tidur satu minggu baru bisa pulih. Sampai nanti bagaimana menjelaskan pada anak kita?"

"Bilang saja ayah dan ibu terlalu mencintai satu sama lain." berkata sampai sana, Wirianto Leng tetap mencium bibir Yuliana Jian.

Yuliana Jian tersenyum tidak berdaya, "Kalau begitu jangan di sini juga, kembali ke kamar saja."

Selesai berkata, Yuliana Jian menarik Wirianto Leng. Wirianto Leng ikut berdiri bersama Yuliana Jian sambil tersenyum. Keduanya berjalan ke depan pintu kamar sambil tersenyum. Saat sampai di depan pintu, Yuliana Jian tetap tidak dapat menahan diri melihat ke arah Melly Jian. Melihat Melly Jian benar-benar sudah tidur, Yuliana Jian baru menghela napas lega dan kembali ke kamar Wirianto Leng.

Baru saja membuka kamar Wirianto Leng, Yuliana Jian langsung dicium oleh Wirianto Leng sampai menempel di dinding. Yuliana Jian tersenyum sambil menghindar dan berkata, "Kemarin malam adalah penghargaan pertamamu, sekarang adalah penghargaan kedua, apa kamu benar-benar menginginkannya sekarang? Kalau aku besok masih tidak bisa bangun, maka penghargaan ketiga tidak akan ada lagi."

Wirianto Leng menjilat hidung Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum, "Aku masih akan berusaha, mendapatkan semakin banyak penghargaan. Tenang saja, kali ini, aku akan sangat lembut, tidak akan membuatmu tidak bisa bangun dari ranjang."

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu