Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 304 Kamu Amnesia
Yuliana Jian mengangguk dengan pelan, ketika mendengar ucapan Wirianto Leng, dan bergumam: "Baguslah....."
Setelah Yuliana Jian selesai bicara, dia menurunkan tatapan matanya, dan duduk di samping meja makan, tadi Yuliana Jian telah melakukan hal yang kelewatan, dan dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Wirianto Leng melihat tampang Yuliana Jian yang kebingungan, dia berkata dengan suara yang dalam: "Bagaimana jika kamu menonton TV di sofa?"
Yuliana Jian mengangguk dengan pelan: "Baiklah."
Setelah Yuliana Jian selesai berbicara, dia bangkit untuk pergi ke sofa, tetapi ketika Yuliana Jian baru saja berdiri, dia segera menoleh untuk melihat Wirianto Leng dan mengerutkan kening: "Jangan mengira aku pergi karena mendengarkan ucapanmu. Aku memiliki keputusanku sendiri, bukan karena perkataanmu, yang membuatku mengambil keputusan di bawah pengaruhmu."
Wirianto Leng melihat bahwa Yuliana Jian sedang berusaha untuk membuktikan bahwa dia tidak terpengaruh olehnya, Wirianto Leng mengangguk dengan ringan, lalu berkata sambil tersenyum: "Aku tahu, aku tahu bahwa kamu tidak terpengaruh olehku."
Yuliana Jian memandang Wirianto Leng dan mengedipkan matanya, seolah-olah karena ucapan Wirianto Leng, dia menjadi merasa sedikit lega. Kemudian Yuliana Jian bangkit dan berjalan ke sofa dan menyalakan TV. Wirianto Leng menyaksikan Yuliana Jian yang sudah tenang dan menghela napas lega, dan mulai merapikan meja.
Setelah selesai merapikan meja, Wirianto Leng berjalan ke samping Yuliana Jian, dan bertanya dengan suara yang rendah: "Apakah kamu ingin makan buah?"
Tetapi Yuliana Jian sepertinya tidak mendengar perkataan Wirianto Leng, sepasang matanya sedang menatap layar TV, Wirianto Leng memandang Yuliana Jian, dan cepat-cepat berjalan ke sisi Yuliana Jian dan mengerutkan kening dan bertanya: "Yuliana.....Yuliana.....Yuliana Jian, ada apa denganmu?"
Yuliana Jian mengerutkan kening, dia menoleh dan menatap Wirianto Leng dengan bingung, dan bertanya dengan gemetar: "Ini....bagaimana mungkin? Apa yang sebenarnya telah terjadi? Bagaimana ini mungkin terjadi?"
Wirianto Leng melirik Yuliana Jian, kemudian melihat layar TV, dia melihat siaran berita di TV, Wirianto Leng segera mengerti, Yuliana Jian telah melihat waktu di berita dan menemukan bahwa tahunnya benar-benar berbeda dari tahun di dalam ingatannya.
Wirianto Leng mengerutkan kening dan memandang Yuliana Jian, dia telah lalai, dia tidak menyangka bahwa program TV akan menunjukkan tahun. Wirianto Leng tidak bisa menahan diri untuk melihat Yuliana Jian dengan sedikit gugup, dia tidak tahu bagaimana kecelakaan mendadak ini akan mempengaruhi Yuliana Jian.
Yuliana Jian sedikit gemetar, dia mengerutkan kening dan menatap Wirianto Leng: "Jadi....jadi....aku benar-benar amnesia? Aku amnesia? Selama beberapa tahun, aku adalah orang yang kosong. Jadi aku sudah sangat tua sekarang? Tidak heran aku melihat bahwa aku memiliki keriput, apakah aku juga telah melahirkan seorang anak? Di mana August? Di mana August?"
Wirianto Leng tidak bisa menelepon psikolog karena dia sedang menghadapi Yuliana Jian, dia menatap Yuliaan Jian sambil mengerutkan keningnya, setelah berpikir dalam waktu yang lama, dia baru berkata dengan suara yang rendah: "August Leng, telah meninggal."
Wirianto Leng berusaha untuk menunjukkan kesedihan atas kematian August Leng, karena Yuliana Jian yang sekarang memiliki perasaan yang mendalam terhadap August Leng di dalam hatinya. Jika Wirianto Leng menunjukkan sedikit kebencian kepada August Leng, Yuliana Jian mungkin akan segera tidak lagi percaya kepadanya.
Yuliana Jian segera menutup mulutnya, dan menggelengkan kepalanya: "Tidak mungkin....ini tidak mungkin, bukan? Aku baru saja bertemu dengannya belum lama ini, dia masih berkata bahwa dia ingin bersama denganku selamanya......tidak mungkin....dia tidak mungkin meninggal!"
Yuliana Jian segera berdiri, ketika mengatakan hal ini, dia menatap Wirianto Leng dengan matanya yang memerah dengan waspada: "Kamu! Kamu membohongiku!"
Ketika Yuliana Jian mengatakan hal ini, wajahnya menunjukkan kebencian kepada Wirianto Leng, kebencian semacam itu tidak asing bagi Wirianto Leng, August Leng telah menatapnya dengan ekspresi yang sama dalam jumlah yang tidak bisa dihitung. Hanya saja Wirianto Leng tidak menyangka bahwa ekspresi ini akan muncul di wajah Yuliana Jian sekarang.
Yuliana Jian sekarang seperti boneka yang berisi pecahan jiwa August Leng, dia melihat Wirianto Leng, seolah-olah August Leng sedang menatap dirinya.
Wirianto Leng menekan rasa tidak nyaman di hatinya dan mencoba memikirkan bagaimana menjelaskan semua ini kepada Yuliana Jian sekarang. Wirianto Leng menutup matanya dengan keras, lalu membuka matanya, memandang Yuliana Jian, dan berkata dengan suara rendah: "Sebenarnya, dia sudah lama meninggal, aku sudah lama bersama denganmu, dan kita telah memiliki 2 anak. Tetapi karena kecelakaan mobil, kamu kehilangan ingatan, dan hanya mengingat hal-hal dari beberapa tahun yang lalu. Kamu seharusnya ingat, bahwa kamu berada di luar kendali ketika kamu baru saja sadar, dan aku takut itu akan berdampak negatif padamu lagi. Jadi aku menuruti keinginanmu, dan membawamu ke pulau, aku berpikir lingkungan yang relatif sepi seperti ini, mungkin akan membantu pemulihanmu."
Wirianto Leng tidak tahu apakah perbuatannya benar atau salah, dan Wirianto Leng juga sama sekali tidak dapat memperkirakan isi pikiran Yuliana Jian. Dalam menghadapi situasi saat ini, Wirianto Leng hanya bisa memberi tahu Yuliana Jian beberapa kebenaran, agar mendapatkan kepercayaan penuh dari Yuliana Jian. Jika dia memberi tahu Yuliana Jian sekarang, bahwa dia dan August Leng tidak pernah saling mencintai, dan bahkan August Leng menculiknya selama beberapa waktu, semua ingatannya terhadap August Leng adalah karena perbuatan yang August Leng lakukan terhadapnya. Yuliana Jian saat ini mungkin tidak percaya pada Wirianto Leng, dan mungkin dia akan menjadi pemberontak dan bermusuhan dengan Wirianto Leng.
Yuliana Jian mendengar kata-kata Wirianto Leng, dan melebarkan matanya, dia menatap Wirianto Leng dan berkedip perlahan. Wirianto Leng menarik nafas dalam-dalam dan memperhatikan ekspresi Yuliana Jian, dia menyaksikan pergerakkan Yuliana Jian dengan waspada karena takut Yuliana Jian akan melakukan sesuatu yang menyakiti dirinya sendiri atau menyakiti orang lain.
Yuliana Jian menatap Wirianto Leng sambil mengerutkan keningnya, setelah beberapa saat, dia baru bertanya: "Benarkah?"
Wirianto Leng tahu bahwa Yuliana Jian telah sedikit memiliki kepercayaan terhadapnya, ketika mendengar Yuliana Jian bertanya seperti itu, Wirianto Leng mengangguk, dan berkata dengan suara yang dalam: "Benar."
Yuliana Jian mengerutkan kening dan menatap Wirianto Leng, dia berkedip perlahan. Sebenarnya, dia masih mempercayai ucapan Wirianto Leng, karena ucapan Wirianto Leng sesuai dengan perasaannya yang tidak dapat dijelaskan kepada Wirianto Leng. Tidak heran dia dapat merasa nyaman dengan Wirianto Leng, dan semuanya sekarang sudah terlihat sesuai.
Karena dia kehilangan ingatan ini, maka dia sekarang berada dalam situasi yang kacau. Ketika Yuliana Jian memikirkan hal ini, dia mengerutkan kening dan memegang dahinya, dia merasakan kepalanya seperti akan meledak. Yuliana Jian memegang dahinya, dia merasa banyak gambar yang berbeda berputar-putar di dalam pikirannya, gambar yang terakhir berhenti di pantai, pria yang berlutut di hadapannya, perlahan-lahan menunjukkan wajahnya, dan itu adalah Wirianto Leng.
Yuliana Jian mengerutkan kening, lalu menggelengkan kepalanya, dan berbisik: "Ternyata kamu....."
Yuliana Jian pingsan ketika dia baru selesai berbicara. Ketika Yuliana Jian pingsan, Wirianto Leng segera berjalan dan menangkap tubuh Yuliana Jian. Dia memegang Yuliana Jian di tangannya dan menghela nafas dengan lega, kemudian dia membawa Yuliana Jian dengan hati-hati ke sofa. Kemudian Wirianto Leng menelepon psikolog, setelah mendengar penjelasan dari Wirianto Leng dengan cepat, psikolog mengerutkan kening dan berkata dengan suara rendah, "Kenapa ini bisa terjadi? Tetapi mungkin itu bukan hal yang buruk, dia percaya bahwa kamu yang paling menjengkelkan, tetapi dia perlahan-lahan menerima kebenarannya. Tetapi kamu harus berhati-hati untuk menjaga kepercayaannya terhadapmu, jika dia menemukan hal-hal lain, dia mungkin salah paham terhadapmu. Apakah dia masih makan obat?"
Wirianto Leng mengangguk, dan berkata dengan suara yang rendah: "Aku memasukkannya di dalam sarapannya."
Psikolog mengangguk dan berkata dengan suara yang dalam kepada Wirianto Leng: "CEO Leng, kamu telah melakukannya dengan baik karena pemahamanmu tentang Nona Yuli, situasi yang telah kamu capai sekarang lebih baik daripada perawatanku. Tetapi masih tidak boleh terlalu terburu-buru, beri dia waktu, biarkan dia secara bertahap menerima kenyataan. Semua perbuatan harus dibangun atas dasar untuk mendapatkan kepercayaannya. Biarkan dia perlahan-lahan menemukan kebenaran dan menerima kebenaran. Jika tiba-tiba memberitahu tahu dia segalanya, tidak hanya akan membuatnya kehilangan kepercayaannya terhadapmu, tetapi kemungkinan besar akan menyebabkan psikologisnya runtuh."
Wirianto Leng menurunkan tatapan matanya, mengerutkan kening, lalu mengangguk dengan pelan, dan berkata dengan suara yang rendah: "Aku juga berpikir seperti itu."
"Baiklah, jika ada masalah lagi, kamu bisa kembali meneleponku." kata psikolog.
Wirianto Leng mengangguk dengan pelan ketika mendengar ucapa psikolog, dia berkata sambil mengerutkan keningnya: "Baiklah, aku akan kembali menghubungimu jika ada masalah."
Setelah selesai bicara, Wirianto Leng memutuskan panggilannya, setelah selesai berbicara dengan psikolog, Wirianto Leng perlahan-lahan berjalan ke samping sofa, dan mengenakan selimut terhadap Yuliana Jian. Wajah Yuliana Jian pucat seperti kertas putih, bahkan dalam keadaan pingsan, dia masih mengernyitkan alisnya, seolah-olah dia benar-benar berada dalam penderitaan.
Wirianto Leng dengan perlahan mengangkat tangannya, membelai alis Yuliana Jian, dan berkata dengan suara yang rendah: "Yuliana, jangan takut, ada aku, aku akan selalu menemanimu."
Alis Yuliana Jian masih mengernyitkan alisnya, dan ada ekspresi sakit di wajahnya. Yuliana Jian tidak hanya berekspresi menyakitkan, tetapi dia juga mengalami pergumulan yang menyakitkan di dalam hatinya, sekarang hatinya sangat kacau, dan berbagai gambar terjalin menjadi satu, dia memiliki sedikit keraguan tentang segalanya, tetapi semuanya ternyata perlahan-lahan dirajut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Wirianto Leng.
Dari lubuk hatinya, Yuliana Jian percaya pada cerita yang dibuat oleh Wirianto Leng, kisah ini tidak hanya menunjukkan cintanya dengan August Leng, tetapi juga menjelaskan cintanya kepada Wirianto Leng, dia merasa kisah ini adalah kisah yang paling bisa dipercaya dan membuatnya merasa aman. Bahkan kisah ini lebih terpercaya dibandingkan dengan kisah yang selalu dia percayai.
Kastil pasir yang dibangun di hati Yuliana Jian perlahan-lahan hancur, dan kastil baru sedang dibangun kembali. Hanya saja kastil itu sebelumnya hanya berisi dirinya dan August Leng, tetapi kastil itu bertambah beberapa orang baru, yang pertama adalah Wirianto Leng, dan yang kedua adalah dua anak dengan wajah tidak jelas, itu sepertinya adalah anak Yuliana Jian dengan Wirianto Leng.
Segalanya tampak begitu nyata dan dapat dipercaya, dan alis Yuliana Jian yang berkerut perlahan-lahan kembali menjadi semula, dan tertidur dengan lelap. Di dalam mimpinya, Yuliana Jian samar-samar dapat merasakan bahwa ada seseorang menyentuh kepalanya dengan lembut, dan membuat hatinya lebih merasa tenang.
Wirianto Leng terus menjaga Yuliana Jian, dia takut ketika Yuliana Jian membuka matanya, Yuliana Jian akan menatapnya dengan curiga. Dia sangat takut bahwa Yuliana Jian bahkan tidak akan memberinya kepercayaan kecil yang dia pernah dia berikan di awal-awal.
Wirianto Leng menunggu sampai Yuliana Jian membuka matanya, lalu dia berjalan ke samping Yuliana Jian dan berkata dengan suara yang rendah: "Yuliana...."
Ketika Yuliana Jian mendengar Wirianto Leng memanggil namanya, dia sedikit menghindar, dan menatap Wirianto Leng dengan waspada. Wirianto Leng terkejut, lalu menatap Yuliana Jian sambil mengerutkan keningnya, dan bertanya dengan suara yang rendah: "Kamu....kamu kenapa?"
Wirianto Leng takut kondisi Yuliana Jian akan lebih buruk daripada sebelumnya. Yuliana Jian mengerutkan kening, masih menatap Wirianto Leng dengan waspada, dan berbisik: "Aku masih sedikit bingung sekarang, aku merasa apa yang kamu katakan mungkin benar, tetapi aku masih harus menerimanya. Sekarang, pikiranku sedikit bingung, aku bisa mengingat adegan dimana aku sedang bersama denganmu, tetapi aku tidak tahu apakah itu nyata atau tidak..."
Ketika Yuliana Jian mengatakan hal ini, dia menggigit bibirnya, dan berbisik: "Aku masih membutuhkan waktu..."
Yuliana Jian mengangkat kepalanya ketika mengatakan hal ini, lalu menatap Wirianto Leng sambil mengerutkan keningnya, dan bertanya dengan suara yang rendah: "Itu....tadi kamu mengatakan.....mengatakan bahwa aku melahirkan anakmu?"
Wirianto Leng mengangguk, dan berkata dengan suara yang dalam: "Betul, kita telah memiliki anak. Ada dua anak, yang pertama bernama Melly Jian, dan yang kedua bernama Melvin Jian. Mereka kembar...."
"Dua?" "Yuliana Jian memiringkan kepalanya sejenak, seolah-olah dia memiliki kesan, setidaknya dia tidak merasa asing dengan kedua nama ini. Ketika memikirkan hal ini, Yuliana Jian menunduk dan membelai perutnya, ini juga menjelaskan mengapa ada stretch mark di perutnya yang hanya bisa dimiliki setelah kehamilan.
Yuliana Jian menggigit bibirnya dengan keras, dan berkata dengan suara yang rendah: "Jadi....jadi.....aku benar-benar telah melahirkan anak."
Yuliana Jian segera mengangkat kepalanya, setelah selesai bicara, dan bertanya sambil mengerutkan keningnya: "Kalau begitu apakah aku dan kamu juga....juga pernah memiliki hubungan?"
Wirianto Leng baru saja mendengar apa yang dikatakan Yuliana Jian dan tidak dapat menjawab dengan cepat, dia mengerutkan kening dan menunjukkan ekspresi bingung, Yuliana Jian mengerutkan kening dengan tidak berdaya dan dengan hati-hati melirik Wirianto Leng dan berbisik: "Itu...itu...pernahkah kita melakukannya di atas ranjang? Anak-anak sudah lahir, apakah itu berarti kita sudah...."
"Betul." jawab Wirianto Leng dengan tegas.
Ketika Yuliana Jian mendengar ucapan Wirianto Leng, dia langsung memerah, memegang ujung bajunya dan mengerutkan kening, dan dengan hati-hati melirik Wirianto Leng. Yuliana Jian tidak pernah berpikir bahwa situasi seperti ini akan terjadi, semuanya telah terjadi ketika Wirianto Leng bersama dengannya, tetapi dia malah tidak mengingat apa pun, rasanya semua hal ini terasa sangat aneh, jadi Yuliana Jian tidak tahu bagaimana menghadapi Wirianto Leng.
"Kalau begitu.... aku akan naik ke atas dan beristirahat sebentar, aku tidak tahu bagaimana menghadapimu sekarang..." Yuliana Jian berkedip dan menundukkan kepalanya dengan bingung: "Aku merasa sangat aneh, aku masih menyukai August Leng sekarang, tetapi aku telah melahirkan dua anakmu, benar-benar sangat aneh."
Wirianto Leng mengangguk, dan berkata dengan suara yang dalam: "Aku mengerti...."
Yuliana Jian mengerutkan kening, melirik Wirianto Leng, dan bergumam dengan suara rendah: "Kamu mengerti? Bagaimana kamu bisa mengerti? Kamu bukan aku, kamu tidak tahu betapa kacaunya aku sekarang. Aku akan memberitahumu dengan jelas, jangan berpikir bahwa jika kamu mengatakan bahwa kita berdua sudah memiliki anak, aku akan melakukannya denganmu. Kamu tidak boleh melakukan hal-hal yang aneh, selama aku masih belum benar-benar menerimamu."
Wirianto Leng memandang Yuliana Jian dan perlahan-lahan tersenyum: "Aku tahu, apakah sekarang aku boleh tersenyum? Sebelumnya kamu sangat membenci senyumanku, apakah sekarang kamu masih membencinya?"
Yuliana Jian mengangkat kepalanya untuk melihat Wirianto Leng, berpikir sejenak, lalu perlahan-lahan menggeleng, dan berkata dengan suara yang rendah: "Tidak, terserah padamu."
Sebelumnya, Yuliana Jian sengaja tidak menyukai Wirianto Leng, dan mati-matian mencari kekurangan Wirianto Leng. Itu karena Yuliana Jian merasa bahwa Wirianto Leng sudah memiliki seorang istri, dan dia juga masih mengira bahwa dia masih berkencan dengan August Leng. Tetapi sekarang itu semua sudah tidak ada hubungannya. Karena Yuliana Jian dan Wirianto Leng sudah memiliki hubungan yang dekat dari awal, maka Yuliana Jian merasa bahwa dia tidak perlu berpura-pura membenci Wirianto Leng.
Setelah Yuliana Jian menggeleng, dia segera menundukkan kepalanya, mengerutkan keningnya, dan berkata dengan suara yang rendah: "Apakah aku boleh melihat foto kedua anak itu?"
Wirianto Leng memandang Yuliana Jian dan mengangguk sambil tersenyum, dia mengeluarkan foto-foto Melly Jian dan Melvin Jian, dan memberikannya kepada Yuliana Jian. Yuliana Jian mengambil foto kedua anak itu, lalu menunduk dan memandangnya dengan serius. Sambil melihat foto itu, Yuliana Jian tidak bisa menahan diri untuk mengangkat tangannya dan dengan lembut membelai kedua anak itu di dalam foto.
Ketika dia menyentuh pipi lembut kedua anak itu, mata Yuliana Jian perlahan-lahan dipenuhi dengan air mata, dan air matanya mengalir dalam sekejap mata. Yuliana Jian segera mengangkat tangannya dan menyeka air matanya, lalu menatap Wirianto Leng, dan berkata dengan lembut: "Kenapa ini? Sangat aneh? Kenapa aku menangis tanpa sadar? Benar-benar sangat aneh!"
Setelah Yuliana Jian selesai berbicara, dia tidak menunggu jawaban Wirianto Leng karena dia sudah memiliki tebakan yang samar-samar di hatinya. Alasan mengapa dia menangis adalah karena dia melihat foto-foto kedua anak itu, dia bisa merasakan bahwa kedua anak yang tertawa polos di dalam foto memiliki hubungan yang besar dengannya, dan mereka mungkin adalah anak-anaknya. Ini sepertinya membuktikan lagi bahwa apa yang dikatakan Wirianto Leng tampaknya benar.
Yuliana Jian mengerutkan keningnya, mengigit bibirnya, dan bertanya dengan lembut: "Dimana mereka berada sekarang?"
Wirianto Leng memikirkan Melly Jian dan Melvin Jian, pada awalnya, ketika dia berencana untuk datang ke pulau ini dengan Yuliana Jian, dia telah memikirkan rencana terburuk, bahwa dia kemungkinan akan merawat Yuliana Jian seumur hidup, dan bahkan meninggal karena agresivitas Yuliana Jian yang tiba-tiba, jadi dia mengatur untuk kedua anak itu dari awal-awal. Sekarang ketika berpikir tentang itu, Wirianto Leng merasa bersalah untuk kedua anak itu.
Wirianto Leng berbisik dengan sedikit rasa bersalah: "Mereka...mereka tidak bersama kita, kamu juga seharusnya tahu bahwa kondisi mentalmu saat ini sangat tidak stabil, aku takut kedua anak itu akan ketakutan, jadi aku menyuruh orang lain untuk merawat mereka."
Ketika Wirianto Leng selesai mengatakan ini, dia berpikir bahwa dia akan membutuhkan waktu untuk meyakinkan Yuliana Jian untuk mempercayai pernyataan ini, tetapi pada saat Wirianto Leng akan terus menjelaskannya dengan serius, Yuliana Jian tiba-tiba mengangguk pelan, dan berkata dengan suara rendah: "Aku tahu....kamu mengaturnya dengan sangat baik. Aku berjalan sambil tidur dan amnesia sekarang, memang tidak baik untuk kedua anak ini."
Dibandingkan dengan kenangan lainnya, Yuliana Jian terlebih dahulu mengembalikan perasaan keibuannya.
Mungkin karena ada begitu banyak kisah yang dia terima pada hari ini, Yuliana Jian merasa sangat lelah, dia mengangkat tangannya dan memegang dahinya, dan berkata dengan suara rendah: "Aku sangat lelah, aku benar-benar ingin pergi tidur."
Novel Terkait
Kisah Si Dewa Perang
Daron JayUntouchable Love
Devil BuddySiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyIstri ke-7
Sweety GirlThat Night
Star AngelNikah Tanpa Cinta
Laura WangCinta Seorang CEO Arogan×
- Bab 1 Harga Dirinya
- Bab 2 Ibu Tiri yang 'Sempurna'
- Bab 3 Serigala Bermata Putih
- Bab 4 Aku Tidak Pernah Mencintaimu
- Bab 5 Kebesaran Keluarga Leng
- Bab 6 Suamimu
- Bab 7 Mayat Hidup yang Sempurna
- Bab 8 Dia sudah Bangun
- Bab 9 Kita Cerai
- Bab 10 Batas Waktu Pernikahan
- Bab 11 Jangan menangis di depanku
- Bab 12 Apa pun bisa dijual
- Bab 13 Pria yang misterius
- Bab 14 Jangan menyiksa aku
- Bab 15 Jangan mendekati aku
- Bab 16 Saling main siasat
- Bab 17 Apa yang istimewa dari dirimu
- Bab 18 Ini bukan salahku
- Bab 19 Sebuah hasrat membunuh
- Bab 20 Jalan bertemu musuh itu sempit
- Bab 21 Satu Kasur
- Bab 22 Pinggangnya Sangat Langsing
- Bab 23 Mending Lahirkan Anak Untukku
- Bab 24 Aku Menginginkanmu
- Bab 25 Itu Adalah Bayiku
- Bab 26 Membunuh Anaknya
- Bab 27 Tidak Ingin Tidur Dengannya
- Bab 28 Kembalinya Cinta Pertama
- Bab 29 Aku Menyukainya
- Bab 30 Sebuah Cinta yang Bertepuk Sebelah Tangan
- Bab 31 Benar-benar Tidak Berguna
- Bab 32 Menjadi Wanitaku
- Bab 33 Kamu Tidak Boleh Menyentuhnya
- Bab 34 Suami Yang Pelit
- Bab 35 Tidak Memperbolehkannya Melahirkan Anak Ini
- Bab 36 Kembalikan Anakku
- Bab 37 Kamu Adalah Milikku
- Bab 38 Menerima Akibatnya
- Bab 39 Wajah Sesungguhnya
- Bab 40 Janjiku Tidak Akan Berubah
- Bab 41 Mengerutkan kening
- Bab 42 Ingin memelukmu
- Bab 43 Hanya Ingin Membunuhmu
- Bab 44 Jangan berpikir terlalu berlebihan
- Bab 45 Apa yang kamu lakukan?
- Bab 46 Bertemu dengan dewi
- Bab 47 Wanita licik
- Bab 48 Pemeran pembantu wanita jahat
- Bab 49 Dia adalah milikku
- Bab 50 Kamu yang mencelakai dia
- Bab 51. Kamu Paling Cantik
- Bab 52. Jadi Partner Perempuanku
- Bab 53. Kegeeran
- Bab 54 Tidak Akan Melupakan Janjiku
- Bab 55 Bermaksud Mengejarmu
- Bab 56 Masa Lalu
- Bab 57 Kenyataan pada masa lalu
- Bab 58 Tidak berperasaan
- Bab 59 Panggil Namaku
- Bab 60 Penakut
- Bab 61 Begitu Perhatian Denganku?
- Bab 62 Pria Simpanan
- Bab 63 Tidak Berhak Mengatakan Aku Cinta Padamu
- Bab 64 Bolehkah Aku Tidak Menjawab?
- Bab 65 Tidak Diizinkan Mencium Orang Lain
- Bab 66 Aku Memilih Leny
- Bab 67 Sudah Cukup Kamu Melihat?
- Bab 68 Kamu Tidak Cemburukah
- Bab 69 Jika Aku Bukan Apa?
- Bab 70 Diam-Diam Berciuman
- Bab 71 Sungguh Seorang Wanita Jahat
- Bab 72 Saingan Cinta yang Tidak Jelas
- Bab 73 Menjadikan Musuh Sebagai Teman
- Bab 74 Menjadi Tenang
- Bab 75 Memerban Luka
- Bab 76 Aku Adalah Kakakmu
- Bab 77 Aku Tidak Akan Memaafkanmu
- Bab 78 Mulai Kembali Dari Awal
- Bab 79 Kamu Pasti Akan Datang
- Bab 80 Tidak Tahu Malu
- Bab 81 Lepaskan Aku
- Bab 82 Tidak Mengingatnya
- Bab 83 Jangan Tersenyum Lagi
- Bab 84 Aku Menyukaimu
- Bab 85 Tidak Bisa Menyembunyikannya
- Bab 86 Semuanya Harus Mendengarkan Aku
- Bab 87 Jangan Sampai dilihat Orang
- Bab 88 Apakah Kamu Benar-Benar Percaya Padanya?
- Bab 89 Aku Percaya Padamu
- Bab 90 Ketulusan Cinta Kami
- Bab 91 Kamu Bukan Manusia
- Bab 92 Michael Chu Meninggal
- Bab 93 Aku Ingin Jemput Dia Pulang
- Bab 94 Aku Sudah Tidak Punya Ayah
- Bab 95 Rela Percaya Ada Hantu Dan Dewa
- Bab 96 Tidak akan memaafkanmu
- Bab 97 Terima kasih kamu ada di sisiku
- Bab 98 Kamu menggendong aku
- Bab 99 Bagaimana caranya
- Bab 100 Benarkah itu?
- Bab 101 Aku Masih Sahabatmu
- Bab 102 Kebenarannya Seperti Apa?
- Bab 103 Apakah Kamu Pembunuhnya?
- Bab 104 Kamu Menangis Karena Diriku
- Bab 105 Aku Akan Membantumu
- Bab 106 Wanita Tidak Seharusnya Terlalu Pintar
- Bab 107 Aku Benar-benar Menyukai Kamu
- Bab 108 Membunuh Ayah Dan Ibu
- Bab 109 Aku Menginginkan Jantung Dia
- Bab 110 Kita Kurang Lebih Sama
- Bab 111 Rahasia Tersembunyi
- Bab 112 Warisan Yang Hilang
- Bab 113 Kamu Bisa Bertahan Berapa Lama
- Bab 114 Aku Tidak Akan Menyerah
- Bab 115 Dia Sudah Meninggal
- Bab 116 Dia Tidak Mati
- Bab 117 Percayalah Padaku
- Bab 118 Bagaikan Di Neraka
- Bab 119 Kalian Lebih Baik Jangan Ganggu Aku
- Bab 120 Bodoh Dan Kejam
- Bab 121 Semua Sesuai Harapan
- Bab 122 Hamil
- Bab 123 Memiliki Anak Kembali
- Bab 124 Tidak Memiliki Keberuntungan
- Bab 125 Aku Tidak Ingin Bertemu Dengannya
- Bab 126 Mana Yang Benar Mana Yang Salah
- Bab 127 Apakah Kembar
- Bab 128 Kembang Api Bermekaran
- Bab 129 Bayi Baru Lahir
- Bab 130 Anak Itu Sudah Tiada
- Bab 131 Anak Yang Hilang
- Bab 132 Bercerailah
- Bab 133 Ada Awalannya
- Bab 134 Sulit Menjadi Ibu Yang Hangat
- Bab 135 Bertemu Musuh Lama
- Bab 136 Bersiap Untuk Kembali Memeriksa Kasus Ini
- Bab 137 Sampah Masyarakat
- Bab 138 Membuatmu Menderita Seumur Hidup
- Bab 139 Dibebaskan
- Bab 140 Semuanya Dimulai Dari Awal
- Bab 141 Izinkan Mereka Untuk Bertemu
- Bab 142 Mengapa Nyalimu Begitu Kecil?
- Bab 143 Dua Anak
- Bab 144 Pemilik Toko Makanan Pencuci Mulut
- Bab 145 Dimana Anakku?
- Bab 146 Mantan Kekasih
- Bab 147 Ancaman Terbesar
- Bab 148 Pasangan Ayah dan Anak
- Bab 149 Dia Hanyalah Wanita Simpanan
- Bab 150 Aku Bukan Wanita Simpanan
- Bab 151 Bertemu Kembali
- Bab 152 Jangan Bertemu Lagi
- Bab 153 Cuman Mau Sedikit
- Bab 154 Tenang dalam Menghadapi Masalah
- Bab 155 Pengejar
- Bab 156 Membuka tirai
- Bab 157 Penjahat yang paling besar
- Bab 158 Memberikan kesempatan
- Bab 159 Dia tidak lulus
- Bab 160 Aku adalah nenek buyutmu
- Bab 161 Bawa Dia Pergi
- Bab 162 Aku Tidak Salah
- Bab 163 Sifat Dari Keturunan
- Bab 164 Aku Takkan Mengalah
- Bab 165 Bunuh Saja Dia
- Bab 166 Aku sangat Merindukanmu
- Bab 167 Melly Cepat Lari
- Bab 168 Kita Mulai Lagi Dari Awal
- Bab 169 Tunggu Aku Menikahimu
- Bab 170 Dendam Yang Hilang
- Bab 171 Lebih Parah Daripada Binatang
- Bab 172 Selamat Tahun Baru
- Bab 173 Perjamuan Besar
- Bab 174 Pilihan Yang Sulit
- Bab 175 Aku Ingin Anak
- Bab 176 Kedamaian dan Kesenangan
- Bab 177 Paman Koki
- Bab 178 Mengenal Kembali
- Bab 179 Aku Juga Sudah Berubah
- Bab 180 Sebelum Pergi
- Bab 181 Pelukan Terakhir
- Bab 182 Hari-hari
- Bab 183 Dia Adalah Ayahku
- Bab 184 Apakah Kalungmu
- Bab 185 Pelanggan Misterius
- Bab 186 Bocah lelaki
- Bab 187 Takdir cinta telah tiba
- Bab 188 Kurangi menonton TV dan lebih giat belajar
- Bab 189 Bukan orang lama
- Bab 190 Pengagum yang sempurna
- Bab 191 Misteri Vila
- Bab 192 Siapa Yang Menjagaku
- Bab 193 Berebutan Cemburu
- Bab 194 Dua Jodoh
- Bab 195 Hukuman Untukmu
- Bab 196 Hukuman Yang Bodoh
- Bab 197 Kamu Salah Orang
- Bab 198 Memancing Bersama
- Bab 199 Tergerak
- Bab 200 Orang Yang Ingin Didekati
- Bab 201 Terjebak semakin dalam
- Bab 202 Yulius Zhu
- Bab 203 Aku tidak akan tertarik kepadamu lagi
- Bab 204 Kamu benar-benar ayahku?
- Bab 205 Tinggallah
- Bab 206 Kehangatan Sesaat
- Bab 207 Aku Di Sebelah
- Bab 208 Sekeluarga berkumpul
- Bab 209 Kakaknya Melly
- Bab 210 Rumah Baru
- Bab 211 Namanya Jelek
- Bab 212 Apa Yang Kamu Lakukan
- Bab 213 Kamu Jangan Sentuh Aku
- Bab 214 Kaki Patah
- Bab 215 Sangat Risih
- Bab 216 Aku Perlu Dirimu Merawatku
- Bab 217 Kehidupan Sangat Memusingkan
- Bab 218 Mencoba Untuk Hidup Bersama
- Bab 219 Saling Menjaga
- Bab 220 Oleskan Salep Untukku
- Bab 221 Benar-Benar Tidak Rela
- Bab 222 Orang Yang Berbeda
- Bab 223 Hal Yang Disukai
- Bab 224 Kamu Berbohong Padaku Lagi
- Bab 225 Pergi Meninggalkan Rumah
- Bab 226 Kehilangan Muka
- Bab 227 Sangat Tidak Enak Dimakan
- Bab 228 Aku Akan Melindungimu Selamanya
- Bab 229 Aku Masih Mencintaimu
- Bab 230 Aku Ingin Tahu Semua
- Bab 231 Ya, Aku Tahu
- Bab 232 Yuliana?
- Bab 233 Orang Yang Aneh
- Bab 234 Mimpi Buruk Datang Kembali
- Bab 235 Hanya Mimpi Buruk
- Bab 236 Dia Sudah Mati
- Bab 237 Tiga Hadiah
- Bab 238 Berjumpa Teman Lama
- Bab 239 Dua Orang Yang Sama Sekali Berbeda
- Bab 240 Hadiah Pertama
- Bab 241 Sangat Memalukan
- Bab 242 Bagaimana Cara Menghibur Wanita
- Bab 243 Sebagai Pemberian Gratis
- Bab 244 Menikahlah Denganku
- Bab 245 Kita Menikah Yuk
- Bab 246 Ketika Pernikahan Berlangsung
- Bab 247 Hadiah Melvin
- Bab 248 Siapa Pengantin Laki-Lakinya
- Bab 249 Idola Semua Orang
- Bab 250 Saat Pernikahan Berlangsung
- Bab 251Saingan Cinta Yang Tak Terhitung Jumlahnya
- Bab 252 Perjamuan
- Bab 253 Wanita Pengosip
- Bab 254 Memamerkan Kebahagiaan
- Bab 255 Mimpi Buruk Datang
- Bab 256 Semua salahku
- Bab 257 Sebenarnya dimana
- Bab 258 Kamu bukan iblis
- Bab 259 Retak
- Bab 260 Penyelamat
- Bab 261 Perbaiki Perlahan-lahan
- Bab 262 Penipu Kecil yang Baik Hati
- Bab 263 Anak Lelaki yang Pemalu
- Bab 264 Mata di Belakang
- Bab 265 Manusia Operasi Plastik
- Bab 266 Kejutan Besar
- Bab 267 Pengantin Pria yang Misterius
- Bab 268 Ibu, Cepat Lari
- Bab 269. Mawar Merah Misterius
- Bab 270. Laporan Pemeriksaan yang Sempurna
- Bab 271 Pacar Yang Angkuh
- Bab 272 Pria Yang Lemah
- Bab 273 Dua Iblis Kecil
- Bab 274 Pelan-Pelan Mendekat
- Bab 275 Masuk Perangkap
- Bab 276 Umpan
- Bab 277 August Leng Muncul
- Bab 278 Orang Gila
- Bab 279 Kekacauan
- Bab 280 Pemenang
- Bab 281 Mengontrol Segalanya
- Bab 282 Jiwa Yang Terkontrol
- Bab 283 Kita Selamanya Bersama
- Bab 284 Merah Darah
- Bab 285 Prilaku Aneh
- Bab 286 Jiwa Yang Terpenjara
- Bab 287 Siapa Pembunuhnya
- Bab 288 Dia Pantas Untuk Mati Sekali Lagi
- Bab 289 Menemukan Kembali Dirinya Yang Asli
- Bab 290 Kekasihku
- Bab 291 Aku menunggumu
- Bab 292 Hutangku padamu
- Bab 293 Ingatan palsu
- Bab 294 Berkenalan kembali
- Bab 295 Namaku Wirianto Leng
- Bab 296 Ingatan yang Hilang
- Bab 297 Dia Terlihat Tampan
- Bab 298 Aku Sangat Berprinsip
- Bab 299 Mulai Menyukainya
- Bab 300 CEO yang Arogan
- Bab 301 Mari Kita Tidur Satu Kamar
- Bab 302 Tidur yang Nyenyak
- Bab 303 Membencinya
- Bab 304 Kamu Amnesia
- Bab 305 Lepaskan Pakaianmu
- Bab 306 Tidak Bisa Menerima Kenyataan
- Bab 307 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 308 Semua Kenyataan
- Bab 309 Sisi Gila Dia
- Bab 310 Jangan Berpisah Lagi
- Bab 311 Menjaga Jarak
- Bab 312 Aku Bersedia Berubah Demi Kamu
- Bab 313 Hadiah Untukmu
- Bab 314 Maafkan Diri Sendiri
- Bab 315 Melihat Sinar Matahari Kembali
- Bab 316 Tidak boleh terbiasa menjadi orang baik
- Bab 317 Anggota keluarga baru
- Bab 318 Jangan mengoda serigala lapar
- Bab 319 Satu keluarga berkumpul
- Bab 320 Asing tapi familier
- Bab 321 Makan Malam Yang Telah Lama Hilang
- Bab 322 Awal Yang Baru
- Bab 323 Peluk Aku Dengan Erat
- Bab 324 Apakah Sudah Cukup
- Bab 325 Orang Yang Aneh
- Bab 326 Kehidupan Baru
- Bab 327 Masa kehamilan
- Bab 328 Orang Yang Aku Cintai
- Bab 329 Kumpul Keluarga
- Bab 330 Merawat Kehamilanmu Dengan Tenang
- Bab 331 Memakai Gaun Pengantin
- Bab 332 Pernikahan Yang Sempurna
- Bab 333 Segalanya Yang Indah
- Bab 334 Anak Yang Baru Lahir
- Bab 335 si Putri Kecil
- Bab 336 Kalang Kabut
- Bab 337 Ayah yang Baik
- Bab 338 Kacau balau
- Bab 339 Si Kecil Bulat
- Bab 340 Pulang Ke Rumah
- Bab 341 Keluarga Dengan 5 Anggota Keluarga
- Bab 342 Ayah Rumah Tangga Professional
- Bab 343 Sedikit Cemburu
- Bab 344 Siapakah Orang Yang Paling Dicintai
- Bab 345 Senang Setiap Hari
- Bab 346 Bulan Madu
- Bab 347 Aku bersedia berada di sisimu setiap saat
- Bab 348 Orang tua yang berbeda
- Bab 349 Kejutan yang tiba-tiba
- Bab 350 Tebak dimana
- Bab 351 Bulan Madu
- Bab 352 Tempat yang Misterius
- Bab 353 Rumah yang Hangat
- Bab 354 Menyukaimu
- Bab 355 Seperti Cinta Pertama
- Bab 356 Hal yang memalukan
- Bab 357 Memanggang Kentang
- Bab 358 CEO Tian (CEO Manis)
- Bab 359 Saling bergantung
- Bab 360 Pilek
- Bab 361 Hadiah
- Bab 362 IQ yang Melemah
- Bab 363 Kehidupan yang Tenang
- Bab 364 Masalah yang Datang ke Rumah
- Bab 365 Saingan Cinta
- Bab 336 Kecanduan Berakting
- Bab 367 Mencari Masalah Sendiri
- Bab 368 Terlalu Kejam
- Bab 369 Benar-Benar Kejam
- Bab 370 Hadiah Orang Lain
- Bab 371 Pria yang Aneh
- Bab 372 Sedikit Aneh
- Bab 373 Pelamar
- Bab 374 Hadiah
- Bab 375 Pria yang Sempurna
- Bab 376 Orang terkasih yang sempurna
- Bab 377 Tidak masuk akal
- Bab 378 Desas-desus adalah hal yang menakutkan
- Bab 379 Pernyataan manis
- Bab 380 Kekasih misterius
- Bab 381 Seven Years Of Love
- Bab 382 Tempat Yang Hilang
- Bab 383 Wanita Misterius
- Bab 384 Sebuah Ketakutan Yang Tidak Perlu
- Bab 385 Hadiah Aku
- Bab 386 Aku Sudah Pulang
- Bab 387 Gosip Baru
- Bab 388 Ketakutan dan Kegelisahan
- Bab 389 Muncul Di Depan Umum
- Bab 390 Memilih Gaun Pesta
- Bab 391 Pasangan yang Sempurna
- Bab 392 Berdanda Denganmu
- Bab 293 Artiker yang Memalukan
- Bab 394 Rumor yang Tak Tertahankan
- Bab 395 Tujuan Wisata yang Baru
- Bab 396 Mengemudi Sendiri
- Bab 397 Proposal Yang Konyol
- Bab 398 Pedagang Kaki Lima
- Bab 399 Kenangan Yang Indah
- Bab 400 Terus Menuju Ke Depan
- Bab 401 Si Pecemburu
- Bab 402 Aku sangat mencintaimu
- Bab 403 Berendam di sumber air panas
- Bab 404 Coba aku lihat
- Bab 405 Pulang
- Bab 406 Sudah sampai di rumah
- Bab 407 Dalang di balik belakang
- Bab 408 Keluargaku
- Bab 409 Hidup Bahagia