Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 365 Saingan Cinta

Melihat Yuliana tersenyum lebar, Anita pun segera mengerutkan kening, dengan hati-hati dan teliti melihat ekspresi Yuliana, akhirnya dia menggertakkan gigi dan berdiri secara perlahan, kemudian dengan hati-hati duduk di kursi di sampingnya. Setelah terduduk, Anita pun mengangkat tangannya mengelus perutnya, persis seperti ibu hamil.

Melihat gerakan Anita, Yuliana pun tertawa: "Mau minum teh?"

Anita langsung melihat Yuliana, dia merasa teh yang diberikan Yuliana pasti ada jebakan, dia pun langsung menggeleng: "Tidak......Tidak usah......"

Yuliana tersenyum dan berkata: "Kamu tenang saja, aku tidak akan melakukan apapun padamu, tidak usah takut."

Mendengar kata-kata Yuliana, Anita langsung menggigit bibirnya, kemudian berkata dengan suara kecil: "Nyonya berkata seperti ini.....berkata seperti ini, apa maksudnya?"

Yuliana tersenyum melihat Anita dan berkata: "Maksudku, aku tidak akan melakukan apapun pada anakmu, di dalam tehku tidak ada obat menggugurkan kandungan, kamu tenang saja."

Isi hatinya ditebak oleh Yuliana, Anita pun panik dan menghirup nafas dalam, tapi dia langsung menggelengkan kepala, segera berkata: "Nyonya bercanda, aku mana mungkin memikirkan Nyonya seperti itu? Aku tahu Nyonya adalah orang yang baik hati dan dermawan, pasti tidak akan melakukan sesuatu terhadap anak yang tidak bersalah."

"Baik hati dan dermawan?" Yuliana berkata sambil tertawa: "Tidak juga."

Anita langsung membeku, dia mengerutkan kening melihat Yuliana. Anita tiba-tiba tidak tahu apa rencana Yuliana yang terus tersenyum berseri-seri di depannya ini lagi, kenapa apa yang Yuliana lakukan sekarang sama sekali berbeda dengan yang dia bayangkan?

Yuliana tersenyum melihat Anita, bertanya dengan suara ringan: "Sudah, lupakan saja kalau kamu tidak ingin minum teh. Coba katakan apa yang sebenarnya terjadi, tadi kamu menangis sampai seperti itu, pasti punya masalah."

Anita langsung menggigit bibirnya, terlihat sangat kasihan dan polos, dia menangis ringan: "Aku tahu sekarang mengatakan hal ini, Nyonya belum tentu percaya. Karena aku adalah seorang artis, di mata orang luar, perempuan sepertiku pasti ingin pergi mencari lelaki kaya, tapi aku benar-benar berbeda dengan artis perempuan lainnya, aku berakting dengan rajin, adalah demi mengobati ibuku yang sakit parah, terlebih lagi aku benar-benar tidak peduli apakah suamiku kaya atau tidak, aku hanya peduli apakah dia memperlakukanku dengan baik, apakah anda bisa mengerti?"

Yuliana menyipitkan matanya, mengerutkan kening melihat Anita: "Jadi, sebenarnya ada masalah apa?"

Mendengar kata-kata Yuliana, tangisan Anita semakin keras, tubuhnya miring dan jatuh ke sandaran kursi, dia menangis sambil berkata: "Masalah ini juga adalah salahku, hari itu di pesta selesainya syuting, aku tidak seharusnya minum terlalu banyak dan memberikan kesempatan kepada Direktur Leng. Semua ini salahku, saat itu aku tidak seharusnya minum begitu banyak alkohol, ketika aku terbangun, hal yang seharusnya terjadi sudah terjadi. Aku......"

"Jadi setelah kamu mabuk, kamu berhubungan intim dengan Wirianto Leng?" Yuliana mengerutkan kening dan membuat kesimpulan atas kata-kata Anita.

Anita mengangguk ringan, berkata: "Aku juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, ketika aku bangun, aku hanya melihat setumpuk uang dan satu kartu nama di sampingku, di atas tertulis nama Wirianto Leng. Aku pun tahu......tahu....tapi meskipun semua ini adalah paksaan Direktur Leng, tapi mohon Nyonya juga jangan menyalahkan Direktur Leng, karena Direktur Leng mungkin juga minum terlalu banyak, dia mungkin juga tidak bisa mengendalikan perasaannya....."

"Tidak bisa mengendalikan perasaannya?" alis Yuliana terangkat, dia memotong kata-kata Anita dan bertanya: "Di antara kalian masih ada perasaan? Sampai-sampai tidak bisa mengendalikan perasaannya?"

Anita mendongak melihat Yuliana, dia segera mengangkat tangannya menutupi mulutnya, dia segera menggelengkan kepalanya: "Bukan..... Aku tidak ada maksud seperti ini, aku hanya salah ngomong, Nyonya jangan menyalahkanku. Aku sama sekali tidak ada maksud apapun, juga tidak ada perasaan apapun, bagaimanapun hal ini sudah terjadi, aku hanya ingin berada di samping Nyonya dan melayani Nyonya, membesarkan anakku dengan baik, berbagi tanggung jawab dengan Nyonya, menjaga Direktur Leng bersama. Aku tidak berani menginginkan yang lainnya."

Mendengar kata-kata Anita, Yuliana pun tidak bisa menahan tawanya: "Kamu mau tinggal di sampingku, bermaksud mau tinggal disini? Mau membesarkan anakmu, kelihatannya benar-benar bermaksud melahirkan anak ini, bahkan ingin kita mengakui identitasnya? Juga ingin menjaga Wirianto, kelihatannya benar-benar ingin menjadi istri kedua? Apa yang tidak berani menginginkan yang lainnya? Yang kamu inginkan sudah sangat banyak."

Wajah Anita memucat, dia langsung mendongak melihat Yuliana dengan kening yang berkerut, ekspresinya terlihat panik. Yuliana menopang dagu, tersenyum melihat Anita, kemudian pandangannya menurun perlahan, dan berhenti di perut Anita. Wajah Anita memucat dan langsung mengelus perutnya, berkata panik: "Nyonya salah paham, aku benar-benar tidak memikirkan hal-hal itu, benar, aku mungkin terlalu polos, dan juga tidak bisa bicara, sehingga membuat Nyonya salah paham. Sebenarnya aku tidak berpikir begitu banyak, aku tidak mau harta, juga tidak mau kedudukan dan identitas, aku hanya ingin Direktur Leng tahu keberadaan anak ini saja. Aku tidak ingin setelah anakku lahir, ayahnya sama sekali tidak tahu keberadaannya."

Yuliana tersenyum melihat seluruh gerakan Anita, mendengar seluruh kata-katanya. Kalau bukan Yuliana mempunyai kepercayaan yang cukup terhadap Wirianto, mungkin dia sudah marah-marah daritadi. Yuliana menghela nafas ringan, berpaling melihat ke jendela, melihat sinar matahari hangat yang bersinar masuk ke rumah. Yuliana tiba-tiba merasa kelakuannya sekarang terlalu tidak berarti, untuk apa dia menemui orang seperti ini? Kalaupun hanya untuk menghabiskan waktu, juga tidak perlu melakukan hal membosankan seperti ini. Terlebih lagi kalau sampai Wirianto tahu, dia pasti akan merasa tidak senang.

Yuliana menggelengkan kepalanya, menghela nafas, kemudian berdiri: "Ya sudahlah, aku sudah tahu mengenai masalah ini, kamu pergi dulu saja."

Anita segera berdiri, melihat wajah Yuliana yang sama sekali tidak terlihat marah ataupun kesal, malah terlihat sedikit lelah. Anita dalam hati berpikir: Apakah mungkin Yuliana sama dengan para istri orang kaya lainnya, merasa suaminya tidur dengan perempuan muda di luar tidak ada apa-apanya, asalkan bisa mempertahankan posisinya sebagai istri utama?

Berpikir sampai sini, Anita segera mendekati Yuliana, mengulurkan tangannya menggenggam tangan Yuliana, segera berkata: "Nyonya, Nyonya jangan usir saya, saya benar-benar bukan sengaja."

"Bukan sengaja, tapi begitu pintar, tidak langsung pergi mencari Wirianto, malah datang mencariku, karena sudah tahu tidak ada gunanya pergi mencari Wirianto? Tapi aku, Nyonya Leng ini, terasa tidak begitu mencolok, seharusnya sangat mudah menghadapinya, kan?" Yuliana memiringkan kepalanya, tersenyum melihat Anita.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu