Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 198 Memancing Bersama

Yuliana Jian sekarang sedikit pusing, tidak tahu apa yang dia lakukan sekarang. Dia ingin bertemu dengan Wirianto Leng, bertanya pada Wirianto Leng apa yang sebenarnya pria itu pikirkan, tapi dia sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan pria itu.

Meskipun orang-orang yang melindungi Yuliana Jian itu, pasti tahu Wirianto Leng ada dimana, tapi Yuliana Jian juga tahu dia sama sekali tidak bisa mengetahui apapun dari mulut orang-orang itu, mereka tidak akan mengatakan apapun tentang Wirianto Leng.

Yuliana Jian tanpa bisa ditahan menelpon telepon Wirianto Leng. Tapi yang terdengar adalah suara wanita yang mengatakan bahwa nomor yang dia telepon adalah nomor kosong.

Yuliana Jian tersenyum pahit dan menutup mata di atas ranjang. Banyak orang yang bilang Yuliana Jian pintar, dia juga dulu kira dia tidak bodoh, tapi Yuliana Jian sekarang sama sekali tidak ada cara. Kondisi yang kacau ini, membuat Yuliana Jian benar-benar tidak bisa yakin padanya kalau dia adalah orang yang pintar.

Sampai di waktu Melly Jian pulang sekolah, Yuliana Jian menenangkan perasaan baru pergi menjemput Melly Jian. Ketika sampai di pintu sekolah dan melihat Melly Jian, Melly Jian melompat ke arah Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum, "Sekarang tidak ada orang yang ada di antara kita, benar-benar sangat nyaman."

Yuliana Jian berkata sambil tersenyum, "Tapi tidak ada mobil yang menjemput kamu pulang juga."

Melly Jian langsung berkata sambil tersenyum, "Aku tidak suka naik mobil, lebih suka jalan kaki!"

Melly Jian berkata sampai sana, bersender di samping Yuliana Jian, "Ibu, besok hari Sabtu dan libur. Kita main kemana besok?"

Yuliana Jian berpikir sebentar lalu berkata sambil tersenyum, "Bukankah kamu sangat ingin melihat-lihat villa yang ada di atas gunung?"

Melly Jian membelalakan mata, "Benarkah? Apa aku benar-benar boleh pergi?"

Yuliana Jian mengangguk, "Iya, mereka mengundang ibu dan kamu pergi. Hm, bagaimana kalau kita jalan-jalan sekarang, aku membelikan baju untukmu?"

Melly Jian langsung melompat, "Yeyy! Ibu, apa ibu tahu? Hari ini ada orang yang membicarakan villa itu. Mereka ada yang ingin diam-diam melihat, tapi sama sekali tidak bisa masuk dan diusir orang pergi. Mereka bilang orang di dalam sangat galak. Aku bilang ibuku membawaku masuk, mereka tidak percaya. Hehe, besok aku harus membuat mereka melihat, bagaimana tampilan villa mewah, lalu membanggakan diri di hapapan mereka."

Yuliana Jian menatap Melly Jian yang heboh dan tertawa. Kekesalan yang tadi juga langsung hilang.

Yuliana Jian menggandeng Melly Jian membeli baju, lalu makan di luar. Sampai kembali ke desa, Melly Jian masih sangat senang membicarakan masalah besok. Sampai sebelum tidur, Melly Jian masih ribut, "Ibu villa itu sangat besar bukan? Seberapa besar kali rumah kita?"

Yuliana Jian berpikir sebentar lalu berkata dengan tawa kecil, "Kira-kira sebesar lima atau enam kali rumah kita."

Melly Jian membelalakan mata, "Hebat sekali. Mereka tinggal di rumah sebesar itu, apakah rumah mereka sama seperti yang ada di TV, mempunyai pelayan juga. Rumah sebesar itu, pasti semua orang sangat sulit untuk bertemu bukan. Apakah harus telepon juga?"

Yuliana Jian tersenyum sambil menyelimuti Melly Jian dan bertanya, "Apa kamu suka rumah besar seperti itu?"

Melly Jian mengerutkan dahi, mengangguk dulu, lalu menggelengkan kepala, merapat ke samping Yuliana Jian dan berkata kecil, "Kalau aku bilang, ibu kamu jangan marah ya."

Yuliana Jian mengelus kepala Melly Jian dan tersenyum sambil berkata, "Kamu katakan saja, aku tidak marah."

Melly Jian berkata dengan suara kecil, "Sebenarnya aku ingin pergi ke villa itu karena ingin melihat tempat dimana ayahku biasanya tinggal. Kelihatannya pemilik villa itu sangat kaya. Ayah juga sangat kaya. Maka seharusnya ayah juga tinggal di villa. Aku ingin melihat tampang villa yang sebenarnya, juga bisa melihat ayah tinggal di tempat seperti apa. Kalau .... kalau ada satu hari, ayah menjemput kita kembali, aku juga bisa tahu bagaimana tampang villa. Tahu tidur dimana, makan dimana, toilet dimana. Aku takut membuat malu. Kalau aku melakukan kesalahan, maka ayah tidak menginginkanku lagi ...."

Yuliana Jian langsung memeluk Melly dan berkata dengan sedih, "Melly jangan takut, bagaimanapun kamu, ayahmu tidak mungkin tidak menginginkanmu lagi."

Melly Jian menarik ingus dan berkata kecil, "Ibu, apakah aku membuatmu sedih? Ibu jangan sedih, aku sekarang lumayan baik kok. Benar, aku juga suka tinggal di rumah kecil, hanya sedikit penasaran pada villa itu saja."

Yuliana Jian mengangguk dan berkata, "Iya, ibu tahu. Ibu besok akan bangun lebih awal dan membawamu pergi."

Melly Jian bersender di dada Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum, "Kalau begitu besok pagi aku juga mau bangun lebih awal."

Yuliana Jian mengangguk. Melihat Melly Jian sudah tertidur di pelukannya, Yuliana Jian menepuk pelan Melly Jian dan menghela napas kecil. Tidak lama setelah Yuliana Jian tertidur, langit juga sudah terang. Yuliana Jian baru bangun, Melly Jian juga langsung bangun, "Ibu, cepat sekali sudah hari Sabtu! Apakah kita akan pergi ke villa."

Yuliana Jian mengangguk sambil tersenyum, "Tapi setelah pergi harus sopan ya. Di dalam villa ada satu kakek, kamu panggil dia 'kakek'. Juga satu tuan, karena tubuhnya tidak terlalu sehat, mungkin harus mengenakan masker dan kacamata hitam. Kamu jangan selalu melihat dia, harus panggil dia 'tuan'. Mengerti tidak?"

Melly Jian langsung menjawab, "Iya, aku tahu. Aku tidak akan melakukan kesalahan."

Yuliana Jian mengelus kepala Melly Jian dan berkata sambil tersenyum, "Iya, ibu tahu kamu sangat patuh."

Setelah selesai berkata, Yuliana Jian mengikatkan rambut Melly Jian dan mengganti baju. Setelah makan sarapan, dia mengambil sedikit sayuran hijau di ladang, baru pergi ke villa. Yuliana Jian sampai di depan villa, lalu menengok ke dalam, melihat pintu hitam yang besar dan tanpa bisa menahan diri, teriak, "Wah ... pintu yang tinggi sekali ...."

Karena pintu terlalu tinggi, sedangkan Melly Jian terlalu pendek, saat Melly Jian mendongak melihat pintu, hampir saja terjatuh ke belakang sangking pusingnya. Yuliana Jian segera menahan Melly Jian dan berkata sambil tersenyum, "Hati-hati, jangan sampai jatuh."

Melly Jian mengangguk, "Ibu, apa aku boleh menekan bel?"

Yuliana Jian mengangguk, "Boleh."

Yuliana Jian segera berlari ke samping pintu, dan melompat menekan bel. Begitu bel berbunyi, pintu langsung terbuka. Pak tua keluar dari dalam villa dan tersenyum sambil melihat ke arah Yuliana Jian, "Kamu sudah datang."

Yuliana Jian tersenyum dengan tidak enak hati, "Maaf, kemarin terlalu tidak sopan. Aku tidak mempunyai barang apapun yang bisa dijadikan hadiah, hanya bisa memberikan sedikit sayuran saja. Aku harap paman dan tuan rumah ini tidak keberatan."

Pak tua tersenyum sambil menggelengkan kepala, "Mana mungkin keberatan? Kalian bersedia datang saja sudah membuat kami sangat senang. Haih, ini adalah putrimu kali?"

Tatapan pak tua melihat ke arah Melly Jian. Melly Jian langsung membungkuk sopan ke arah pak tua dan berkata patuh, "Halo kakek, aku adalah Elia Luo."

"Patuh sekali." pak tua berkata sambil tersenyum, "Kalau begitu ayo masuk. Aku juga tidak tahu kalian suka makan apa. Tapi kalau anak-anak biasanya suka makan yang manis-manis, BBQ, jadi aku siapkan sedikit manisan dan juga alat bakara. Membakar daging di halaman ...."

"Ah, enak sekali." Melly Jian berkata sambil tersenyum.

Yuliana Jian tanpa bisa ditahan mengerutkan dahi dan segera menggelengkan kepala, "Ini ... apakah terlalu merepotkan kalian?"

Pak tua menggelengkan kepala sambil tesenyum, "Tidak, tidak. Apanya yang merepotkan? Aku masih takut kalian tidak datang, tapi ..."

Pak tua menatap Melly Jian sambil tersenyum, "Ikan harus dipancing sendiri ya ..."

Melly Jian langsung membelalakan mata dan bertanya, "Boleh memancing ikan juga?"

Pak tua mengangguk sambil tersenyum, "Iya, kalau sudah memancing ikan, kita bisa makan ikan bakar. Alat pancingannya ada di samping kolam. Ikan-ikan itu belum dikasih makan hari ini, jadi sangat mudah dipancing."

Melly Jian mengangkat tangan dan berkata, "Ibu, apa aku boleh memancing ikan?"

Yuliana Jian menggelengkan kepala, "Tidak boleh, kamu masih belum menyapa tuan."

"Jangan menahan anak, biarkan dia melakukan yang dia suka saja." pak tua berkata, "Tuan masih belum tahu datang atau tidak. Dia sudah memberi pesan, kalian makan dan main dengan tenang saja. Santai saja, tidak usah canggung. Oh iya, istriku, cucuku, anak dan menantu juga datang untuk makan bersama, bisa lebih ramai sedikit."

Yuliana Jian melihat di halaman ada seorang perempuan berumur 7 atau 8 tahun sedang bermain di sana. Melihat Melly Jian masuk, perempuan itu melambaikan tangan sambil tersenyum, mengajak Melly Jian bermain bersama.

Melly Jian menoleh menatap Yuliana Jian, dan memanggil dengan suara kecil, "Ibu ...."

Yuliana Jian tersenyum tidak berdaya dan mengangguk, "Baiklah, kamu pergi saja."

Melly Jian berlari ke sana. Melly Jian yang awalnya ingin memancing, baru saja berlari ke samping kolam, langsung tertarik dengan jungkat-jungkit, trampolin, dan juga perosotan. Dia langsung bermain dengan perempuan tadi.

Yuliana Jian awalnya merasa saat dia dan Melly Jian bermain di sini, mungkin akan merasa sangat canggung. Tidak disangka ada begitu banyak orang, dan Yuliana Jian merasa jauh lebih nyaman. Yuliana Jian tidak tahu ini diatur oleh tuan itu, atau oleh pak tua ini. Tapi siapapun itu, ini sangatlah baik. Melly Jian pergi bermain, dia berpesan dari jauh, "Hati-hati, jangan sampai masuk ke dalam kolam."

Melly Jian membalas dari jauh, Yuliana Jian baru tersenyum pada pak tua, "Kalau begitu aku bantu paman saja."

Pak tua tersenyum dan berkata, "Tidak usah, pelayan sudah cukup orang. Kamu lihat anak saja di sini. Kamu sekarang adalah tamu, mana ada ceritanya tamu membantu tuan rumah."

Yuliana Jian berkata sambil bicara, "Kalau begitu aku juga harus menyapa keluarga paman dulu."

Pak tua menganggukan kepala dan bicara sambil tersenyum, "Boleh."

Selesai berkata, pak tua membawa Yuliana Jian ke dapur. Di dapur, keluarga pak tua sedang mempersiapkan bahan makanan, kelihatannya adalah orang-orang yang sangat ramah. Yuliana Jian menyapa mereka baru keluar dari dapur, berjalan ke samping kolam, melihat Melly Jian yang tadi bermain trampolin, sudah mengangkat alat pancingan.

"Ibu, di sini seru sekali, aku mau memancing ikan yang paling besar untuk ibu." Melly Jian berkata dengan tulus.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu