Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 179 Aku Juga Sudah Berubah

Yuliana menunggu dalam kegelapan untuk waktu yang lama. Setelah langit menjadi sedikit cerah, Yuliana mendengar suara pintu terbuka. Ketika dia mendegar suara pintu, dia segera bangkit dan melihat ke arah pintu.

Meskipun dalam kegelapan hanya terlihat garis samar-samar, Yuliana segera mengenali bahwa orang yang datang adalah Wirianto. Yuliana bertanya dengan suara rendah: "Wirianto, kamu sudah kembali?"

Sosok Wirianto berhenti sejenak, lalu lampu menyala ketika dia menyalakan lampu. Wirianto tidak bisa menahan untuk menyipitkan matanya. Mengapa dia merasa bahwa cahaya lampu agak menakutkan? Ketika dia melihat cahaya yang menyinari wajah Yuliana, dia merasa tidak ada bedanya dengan saat cahaya lampu menyinari mayat Ferrick.

Wirianto segera mundur dan bertanya dengan panik, "Kamu, bagaimana kamu bisa mengenaliku?"

Yuliana belum pernah melihat Wirianto begitu panik. Dia menuangkan secangkir air panas untuk Wirianto dan bertanya sambil tersenyum: "Bagaimana mungkin aku tidak mengenalimu?"

Wirianto mengambil cangkir yang ber isikan air panas, lalu menghela nafas panjang. Ia perlahan mengangguk, ekspresinya masih sedikit panik.

Yuliana tidak bisa menahan untuk bertanya: "Ada apa denganmu? Apa yang terjadi?"

Yuliana tidak bisa menebak, apa lagi sekarang yang bisa menakuti Wirianto sampai menjadi seperti ini.

Wirianto menggosok pelipisnya, memegang gelas minum, dan perlahan berjalan ke sofa, lalu duduk dengan kelelahan. Wirianto yang dulunya terlihat seperti gunung es yang arogan dan acuh tak acuh, sekarang terlihat tampak seperti daun kuning yang berjatuhan di akhir musim gugur.

“Apa yang terjadi?” Yuliana tidak bisa berhenti bertanya.

Wirianto meremas gelas dengan erat. Setelah beberapa saat, dia menatap Yuliana. Kemudian berkata: "Kamu bilang kamu telah berubah, aku juga sama. Awalnya, aku memang tidak menghubungi kalian lagi untuk melindungimu dan Melly, bahkan sampai hanya bisa pasrah melihat kamu masuk penjara. Aku merasa bersalah padamu waktu itu dan merasa bahwa kamu mengorbankan diri untukku. Tetapi setelah beberapa lama, aku menjadi terbiasa dengan hal itu. Di posisiku saat ini, banyak orang bersedia berkorban untukku. Yuliana, kamu bukan yang paling istimewa. Sekarang hanya dengan melambaikan tangan, akan ada banyak perempuan yang rela masuk penjara dan melahirkan anak untukku.

Tidak ada perubahan dalam ekspresi di wajah Yuliana, tetapi ujung jarinya gemetar perlahan. Dia segera menyembunyikan tangannya di belakangnya, dan berkata, "Begitukah? Aku sudah menyadari ini sejak dulu, tapi aku tidak menyangka bisa mendengarkan kata-kata ini keluar dari mulutmu sendiri. "

Wirianto menatap Yuliana sambil menggigit bibir bawahnya dengan keras, kemudian berkata dengan suara yang dalam: "Aku pun tidak menyangka bahwa aku bisa mengeluarkan isi hatiku. Aku sebenarnya juga anggota keluarga Leng, tidak berbeda dengan anggota keluarga Leng lainnya. Ketika aku belum sepenuhnya memiliki kekuatan, aku bahkan tidak tahu seberapa menyenangkannya perasaan ini, aku seperti seorang kaisar yang bisa mengatur kehidupan orang lain sesuka hati, bahkan perasaan senang sedih banyak orang ada dalam kendaliku. Perasaan ini lebih baik daripada perasaan saat sedang bersamamu. Aku tidak tahu mengapa aku jatuh cinta padamu awalnya. Mungkin aku masih sangat muda pada waktu itu, mudah dikendalikan oleh impuls pria."

"Impuls pria? Apakah yang kau rasakan padaku hanya sekedar impuls pria?" Yuliana mengangkat kepalanya setelah mendengar ini, dan menatap Wirianto dengan serius.

Bertahun-tahun yang lalu, hanya dengan menatap Wirianto, Yuliana bisa menebak apa yang dia pikirkan, kemudian membantu Wirianto dengan semangat, bahkan dia akan masuk penjara tanpa ragu-ragu.

Tapi seberapa keras dan seriusnya ia menatap Wirianto sekarang, dia tidak bisa mengetahui isi pikiran Wirianto. Yuliana tidak tahu apakah Wirianto benar-benar mengatakan yang sebenarnya, atau apakah waktu membuatnya kehilangan kemampuannya untuk melihat isi hati Wirianto. Bagaimana pun juga, Yuliana merasa bahwa Wirianto bukanlah lagi orang yang dulu ia kenali.

Wirianto tersenyum kecil: "Mungkin selain dorongan hati, juga ada sedikit tanggung jawab."

Yuliana gemetar sambil menarik napas dalam-dalam: "Jadi, apa yang mau kau katakan padaku sekarang?"

Wirianto menunduk dan berkata dengan suara yang dalam, "Keberadaanmu tidak lah penting bagiku. Aku tidak akan melepaskan keuntunganku untuk bersama denganmu, tetapi identitasmu akan menempatkanmu dalam bahaya lagi. Aku berpikir, jika seseorang menggunakanmu untuk mengancamku di masa depan, pasti akan sulit bagiku. Tetapi pada akhirnya aku akan memilih untuk menyerahkanmu, perasaan bersalah tidak bisa dihindari. Aku tidak ingin merasa bersalah untuk orang lain, jadi lebih baik kau pergi sesegera mungkin. Kita bertemu satu sama lain dan kau melahirkan dua anak untukku. Aku tidak bisa memperlakukanmu dengan buruk karena itu, jadi aku mengizinkanmu untuk ... "

Berbicara sampai di sini, Wirianto berhenti sebentar, lalu menatap Yuliana sambil tersenyum: "Aku mengizinkanmu untuk mencintai pria lain, menyukai pria lain, dan bahkan menikah dengan pria lain, selama pria itu tidak ada urusannya dengan keluarga Leng. Jika kamu bertemu lelaki yang bisa membuatmu jatuh cinta lagi, bersamalah dengan lelaki itu. Tapi aku merasa bahwa kau adalah wanita yang cerdas dan tidak akan mungkin mencintai laki-laki yang terlibat dengan keluarga Leng."

Yuliana ikut tertawa: “Kalau ini, kamu bisa tenang, aku tidak akan lagi terlibat dengan orang-orang dari keluarga Leng. Aku telah berkencan dengan pria lain sebelumnya. Kamu seharusnya tau pria bernama Yansen Xender itu, aku merasa hubungan kita cukup baik. Jika bukan karena bertemu August, kita mungkin sudah bersama. "

Wirianto melirik Yuliana, dan kemudian berkata sambil tersenyum: "Aku tau pria itu, tapi sebaiknya jangan mencari pria seperti itu di masa depan. Lagi pula, kamu membawa seorang anak perempuan, kamu perlu menemukan seseorang dengan karakter yang lebih baik. Tunggu sampai situasinya lebih stabil. Aku akan memberimi banyak uang sehingga kamu bisa hidup makmur dan aman selama sisa hidupmu. "

"Tidak perlu uang, yang penting aman," kata Yuliana sambil tersenyum.

Jari-jarinya tidak bisa berhenti bergetar setelah mendengar Yuliana berkata seperti ini, kemudian ia berbisik: "Oke, keamanan adalah yang terbaik ..."

Bicara sampai di sini, Wirianto tiba-tiba berdiri dan berkata kepada Yuliana: "Oke, semuanya sudah jelas sekarang. Mulai sekarang kita tidak akan berhubungan lagi kan?"

Yuliana tersenyum dan berkata, "Sepertinya begitu, bagaimana denganmu? Akankah kamu mencari istri baru?"

Wirianto tersenyum dan berkata, "Sebagai presiden Grup Leng, bagaimana mungkin saya tidak punya istri? Aku sekarang mulai mencari orang yang tepat. Seorang wanita seperti Cindy Gu adalah yang paling cocok, tetapi sayangnya, dia terlalu serakah."

Yuliana mengangkat kepalanya dan menatap Wirianto. Setelah sekian lama, dia tertawa lagi: "Semoga kalian diberkati."

Wirianto menghela nafas lega lalu berkata sambil tersenyum, "Kalau begitu kamu harus istirahat awal."

Yuliana perlahan mengedipkan matanya dan bertanya dengan suara rendah, "Bukankah kau bilang untuk tinggal selama dua hari? Besok ... Bisakah besok mengajak Melly ke taman hiburan? Kita tidak pernah membawanya ke taman hiburan ..."

"Tidak," kata Wirianto dengan suara berat, "Itu tidak aman."

Yuliana buru-buru berkata: "Aku dan Melly bisa menyamar ..."

Wirianto mengerutkan kening pada Yuliana dan berkata dengan suara dingin: "Maksudku, itu tidak aman bagiku. Aku tidak boleh berada di keramaian seperti itu. Para pengawal tidak bisa melindungiku dengan baik."

"Ah ..." Yuliana tersenyum getir: "Ternyata begitu."

Wirianto menekan bibir bawahnya dengan keras dan berkata dengan kecil, "Tetap tinggalah disini besok, aku akan mengatur agar kamu pergi di malam hari."

Yuliana mengangguk dengan lembut dan berkata sambil tersenyum, "Kalau begitu aku akan istirahat."

Wirianto mengangguk: "Baiklah, istirahatlah."

Yuliana berjalan melewati Wirianto dan langsung kembali ke kamarnya. Ia berbaring di tempat tidur, Yuliana mengulurkan tangan dan memeluk Melly yang sedang tidur lelap. Melly juga memeluk Yuliana sambil bergumam pelan dalam tidurnya: "Ma, Melly punya papa koki ..."

Yuliana Memeluk Melly dan berbisik: "iya."

Wirianto berdiri di tempat sambil memandangi pintu yang ditutup oleh Yuliana. Dia bersandar ke dinding tanpa berdaya dan mengeluarkan sebatang rokok. Tetapi karena tangannya bergemetar hebat, ia tidak bisa menyalakan rokoknya. Wirianto mengerutkan kening, memandangi rokok yang tidak bisa dinyalakan di tangannya, ia tertawa sedih, dan berkata pada dirinya sendiri dengan suara yang sangat kecil: "Tampaknya bagi keluarga Leng, hidup mnyendiri adalah yang terbaik. Itu adalah akhir terbaik untuk diri sendiri dan juga orang lain. "

Wirianto perlahan berbalik dan berjalan kembali ke kamarnya. Saat berbaring di tempat tidur, Wirianto membelai tempat tidurnya yang pernah ia tiduri dengan Yuliana, lalu tertawa ringan: "Yuliana, selamat tinggal."

Keesokan harinya, ketika Melly bangun, dia berbalik dan melihat Yuliana memeluknya. Yuliana tidak tidur sepanjang malam. Ketika Melly sedikit bergerak, Yuliana membuka matanya dan bertanya kepada Melly sambil tersenyum: "Ada apa? Sudah bangun?"

Melly mengangguk sambil tersenyum, "Ya, Melly juga lapar, mau paman koki memasak untuk Melly."

Melly bicara sampai sini, kemudian dia berbaring di pelukan Yuliana sambil tersenyum, lalu berkata: "Mama juga harus berusaha keras. Melly merasa bahwa paman koki itu sangat baik, lebih baik dari paman dokter jahat yang ku temui sebelumnya. Mama... Semangat ... "

Yuliana tersenyum dan membelai kepala Melly, dan berkata sambil tersenyum: "Semangat juga tidak ada gunanya, dia tidak menyukai mama, dia tidak akan mau bersama mama."

Melly mengerutkan bibir dan keningnya, "Bagaimana mungkin dia tidak menyukai mama? Mama sangat baik, bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai mama. Kalau tidak suka Melly masih mending! Lagipula, Mellu kadang-kadang memang tidak patuh. Huh! Dia masih mengatakan bahwa jika Melly turut, dia akan menjadi papa Melly, ternyata semuanya bohong! Dia adalah pembohong besar! "

Bahkan jika Yuliana tidak bisa bersama Wirianto, dia tidak ingin mendengar Melly memarahi Wirianto seperti ini. Yuliana dengan cepat membekukan wajahnya dan berkata dengan dingin, "Melly Jian, kamu tidak boleh bicara seperti itu!"

Ketika Melly mendengar Yuliana memanggil nama lengkapnya, dia gemetar kaget, lalu kemudian menangis dengan mulut cemberut: "Mengapa mama harus memarahi Melly? Ini salahnya paman itu yang berbohong. Melly tidak akan pernah menginginkan seorang papa lagi! Semua papa bukanlah orang baik! "

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu