Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 338 Kacau balau

Wirianto Leng memandang Yuliana Jian yang menatapnya dengan muka tak berdaya, dia tidak bisa menahan diri untuk mengerutkan bibir dan tertawa kecil. Ketika Yuliana Jian melihat Wirianto Leng tidak hanya tidak menanggapi, malah tersenyum, Yuliana Jian pun hanya bisa mengerutkan kening tanpa daya, mengecilkankan suaranya dan berkata dengan lembut: "Mengapa kamu masih bisa tertawa, sudah kacau balau begini."

Wirianto Leng baru mengerutkan kening pada Melly Jian dan berkata: "Oke, Melly, jangan berisik, Mama mau beristirahat."

Melly Jian segera mengangkat tangannya dan memeluk Yuliana Jian, dan berbisik, "Tidak ... aku tidak ingin keluar. Mama, apakah kamu benar-benar tidak nyaman?"

Yuliana Jian tersenyum dan menatap Melly Jian, dan berkata dengan lembut, "Kamu tidak mau keluar juga tidak apa, tapi kamu jangan berisik lagi ya? Mama memiliki luka di perut, kalau berisik, mama akan sakit."

Melly Jian segera menutup mulutnya dan mengerutkan kening, "Ada luka di perut ya."

Yuliana Jian dengan pelan menyingkapkan pakaiannya, dan Melly Jian pun melihat luka di perut Yuliana Jian, Melly Jian pun segera menutup mulutnya dan mengambil napas dalam-dalam lalu berbisik: "Ini ... ini benar-benar menakutkan, semua luka ini ada karena melahirkan adik?"

Yuliana Jian mengangguk dan menjawab, "Itu benar, itu karena kamu melahirkan seorang adik perempuan, tetapi ketika kamu dan Melvin lahir, perut mama juga meninggalkan luka, jadi apakah kamu bisa tenang sedikit? "

Melly Jian segera duduk di sisi tempat tidur dengan patuh, dan dia dengan pelan meminta Melvin Jian untuk diam: "Berhenti bicara, Mama tidak nyaman, aku saja sudah tidak berisik."

Setelah Melvin Jian mendengar apa yang dikatakan Melly Jian, dia juga berhenti berbicara, dan duduk di samping tempat tidur Yuliana Jian. Yuliana Jian melihat bahwa Melly Jian dan Melvin Jian diam, segera mengambil napas lega dan tersenyum mengerjapkan mata pada Wirianto Leng. Wirianto Leng mengerutkan ujung mulutnya, sambil menggendong Michelle yang masih pusing, tertawa kecil dan berkata, "Kalau begitu aku akan bawa keluar bayi ini."

Setelah mendengarkan Wirianto Leng berkata begitu, Yuliana Jian mengangguk ringan, dan kemudian menyaksikan Wirianto Leng berjalan keluar sambil menggendong Michelle. Ternyata setelah Michelle yang sedang pusing dibawa keluar, ditambah Melly Jian berhenti membuat suara lagi, dan Melvin Jian yang berhenti berbicara, seluruh kamar pasien pun menjadi tenang. Yuliana Jian menghela nafas lega dan menoleh untuk melihat Melly Jian dan Melvin Jian, tersenyum dan bertanya: "Bagaimana? Beberapa hari ini Papa Mama tidak ada di rumah, kalian patuh atau tidak?

"Melly Jian, dia ..." Melvin Jian mengerutkan kening dan berkata dengan suara rendah.

Ketika Melly Jian melihat Melvin Jian hendak berbicara, dia segera berebut duluan berkata: "Aku tidak ada apa-apa, aku sangat patuh, selama ini aku selalu patuh, benaran ... ... Lihat aku, aku patuh, sekarang aku duduk di sini dengan baik tanpa mengucapkan sepatah kata pun, kan? Kakak ... "

Ngomong sampai di sini Melly Jian juga mengedipkan mata kepada Melvin Jian, Yuliana Jian melihat bahwa Melly Jian yang berusaha menyenangkan hati Melvin Jian, dia pun tahu bahwa Melly Jian tentu banyak membuat masalah di rumah, jadi dia tersenyum pada Melvin Jian dan bertanya, "Benarkah? Melvin, Melly benar-benar begitu baik?"

Melvin Jian yang mendengar pertanyaan Yuliana Jian dengan segera menggelengkan kepalanya, “Tidak, Melly tidak sekolah dengan serius, dan dia tidak patuh di rumah. Setiap hari keluar bermain dengan Ace. "

Melly Jian yang mendengarkan kata-kata Melvin Jian, segera mengerutkan kening dan menutup mulutnya, menatap Melvin Jian sambil mengambil napas panjang dan menggelengkan kepalanya, berkata dengan suara pelan, "Ada apa denganmu? Kenapa mengkhianatiku, aku sudah begitu baik, kamu masih mengkhianatiku, apakah itu masuk akal?"

Melvin Jian melirik Melly Jian sekilas dan berkata dengan dingin, "Itu justru tidak masuk akal dan tidak bertanggung jawab kepadamu jika tidak memberi tahu Mama apa yang telah kamu lakukan."

Melly Jian mengerutkan kening: "Mama sudah sakit, kamu masih memberi tahu Mama tentang aku, bukannya malah membuat Mama khawatir. Kalau kesehatan Mama tidak membaik, apa yang harus kamu lakukan? Bisakah kamu bertanggung jawab?"

Kata-kata Melly Jian yang penuh dengan rasa keadilan telah mendiamkan Melvin Jian, Melvin Jian membuka matanya sedikit, tapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Melly Jian memandangi ekspresi bisu Melvin Jian, langsung tidak tahan untuk tidak tertawa, menatap Melvin Jian dan berkata sambil tersenyum: "Hahaha ...... Kamu mau mengagetkanku tapi malah balik terkejut olehku, kamu benar-benar tidak bisa ditakut-takuti, lucu sekali! "

Melvin Jian yang mendengar kata-kata Melly Jian ini, mukanya langsung berkerut dan memerah. Meskipun Melvin Jian selalu memiliki wajah dengan ekspresi kaku, jarang ada ekspresi lain, tetapi Yuliana Jian juga bisa melihat bahwa Melvin Jian sangat peduli dengan Melly Jian, dan sekarang benar-benar sedikit marah karena malu. Yuliana Jian segera menghadang Melly Jian dan berkata sambil tersenyum: "Kamu gadis nakal, masih menggertak kakakmu. Sepertinya aku harus keluar rumah sakit lebih cepat, kalau tidak kamu akan benar-benar semakin keterlaluan. Kakakmu juga khawatir tentang kamu, sini minta maaf kepada kakakmu. "

Walaupun Melly Jian suka berbuat onar tapi dia masih pengertian. Setelah melihat Melly Jian, dia langsung bersandar pada Melvin Jian dan berkata sambil tersenyum: "Kakak ... Maafkan aku, Aku salah, aku ngaku salah masih gak bisakah? Maafkan aku. "

Setelah Melly Jian selesai berbicara, melihat Melvin Jian yang masih berwajah muram, dia pun bersandar pada Melvin Jian dan berkata sambil tersenyum: "Kakak ... "

Melvin Jian segera berbalik dan berkata dengan dingin, "Huh ..."

Mendengar Melvin Jian ada balasan, Melly Jian pun tahu bahwa Melvin Jian tidak lagi marah, dan langsung tersenyum dan menatap Yuliana Jian. Yuliana Jian menutup bibirnya dan terkekeh, dan segera mengangkat tangannya untuk memeluk Melly Jian, dan berkata sambil tersenyum: "Sungguh baik, putriku yang baik."

Melly Jian tersenyum dan mengangkat tangannya untuk memeluk Yuliana Jian, dan bertanya sambil tersenyum: "Kalau begitu jika aku tidak baik, bukan lagi putri baik Mama?"

Yuliana Jian tersenyum dan berkata, "Kamu tidak baik juga sama, bagaimanapun juga kamu dalah putri Mama yang baik."

Melly Jian tersenyum dan menyipitkan matanya, lalu tersenyum dan berkata, "Ma, ketika kakakku dan aku lahir, apakah benar-benar meninggalkan bekas luka di perut Mama?"

Yuliana Jian tersenyum dan mengangguk: "Benar, bukankah kamu sudah melihatnya? Mama sebelumnya berkata bahwa itu karena terjatuh. Faktanya, itu adalah ketika kamu dan Melvin lahir, bekas luka karena operasi."

Melly Jian mengerutkan kening, menatap perut Yuliana Jian dengan tegas, menarik napas, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku benar-benar keluar dari perut Mama?"

Ketika Melly Jian mengatakan ini, dia menoleh dan melirik Melvin Jian yang berada di sebelahnya, mengerutkan kening dan berbisik: "Apakah kakakku juga keluar dari perut Mama bersamaku?"

Melly Jian mengatakan kalimat ini seperti membenci, seolah-olah memalukan pernah berbagi tinggal di satu perut dengan Melvin Jian. Yuliana Jian tersenyum, menunjuk dahi Melly Jian, dan berkata dengan tak berdaya: "Melly, jangan membully kakakmu. Kamu dan kakakmu sama-sama lahir dari perut Mama, Bukankah Mama sudah memberi tahu kamu tentang hal itu? Bagaimana semua anak dilahirkan. "

Melly Jian menghela nafas dan menggelengkan kepalanya tanpa daya: "Memang sudah mengatakannya sebelumnya, tapi aku masih merasa sedikit aneh ketika melihatnya. Rasanya sangat menakutkan. Maka kelak kalau aku akan melahirkan anak, apakah juga dari perutku ... "

Melly Jian berkata, sambil menundukkan kepalanya dan melirik perutnya, dan menggelengkan kepalanya dengan ngeri: "Tidak, tidak, itu tidak benar, itu terlalu menakutkan, aku tidak ingin punya bayi ..."

Baru saja Melly Jian selesai berbicara, dan perawat di sebelahnya tidak bisa menahan tawa. Yuliana Jian juga tertawa, menatap perawat di sebelahnya, menggelengkan kepalanya tak berdaya, dan berbisik, "Mengapa anak-anak sangat suka berpikir sembarangan?"

Kemudian Yuliana Jian tersenyum dan menatap Melly Jian sambil berbisik, "Kamu tidak perlu memikirkannya. Memiliki bayi tidak seseram yang kamu kira. Meskipun Mama telah bekerja lebih keras, tetapi dengan adanya kamu dan Melvin, Mama juga merasa sangat bahagia. "

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu